TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Anemia Normositik: Penyebab, Gejala, dan Pengobatan

Penyakit kronis merupakan salah satu penyebab utamanya

ilustrasi anemia normositik (unsplash.com/Ephraim Mayrena)

Anemia adalah suatu kondisi saat seseorang tidak mempunyai cukup sel darah merah untuk menyediakan oksigen yang cukup ke organ dan jaringan lainnya. Anemia normositik merupakan salah satu bentuk anemia yang paling umum.

Pada orang dengan kondisi ini, maka sel darah merahnya memiliki bentuk dan ukuran yang normal. Akan tetapi, orang tersebut tidak memiliki kadar sel darah merah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuhnya. Selain itu, anemia normositik juga sering menandakan adanya kondisi serius yang mendasari, seperti penyakit ginjal atau artritis reumatoid.

Gejala anemia normositik mirip jenis anemia lainnya. Mendiagnosis kondisi ini bisa dengan tes darah. Ada perawatan khusus untuk anemia normositik, tetapi mengobati penyebab yang mendasarinya (jika ada) biasanya menjadi prioritas.

1. Penyebab

ilustrasi sel darah merah (pixabay.com/vector8diy)

Anemia normositik terjadi ketika tubuh memiliki jumlah sel darah merah yang lebih rendah dari normal. Ini bisa terjadi karena pendarahan, penyakit kronis, atau produksi sel darah merah yang rendah, mengutip Verywell Health.

Ada banyak penyebab yang berbeda dan kondisinya bisa lebih parah jika ada lebih dari satu penyebab.

Penyebab umum anemia normositik dapat meliputi:

  • Pendarahan menstruasi yang banyak.
  • Pendarahan kronis, biasanya karena masalah gastrointestinal.
  • Pendarahan dari cedera.
  • Penyakit ginjal, jantung, atau hati kronis.
  • Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK).
  • Hemolisis (penghancuran dini sel darah merah) karena penyakit sel sabit atau infeksi.
  • Kanker atau pengobatan kanker.
  • Penyakit sumsum tulang.
  • Penyakit kronis dapat memperpendek umur sel darah merah, yang berkontribusi terhadap anemia.

Terkadang penyebab dan risiko sel darah merah yang rendah diketahui sebelum anemia normositik menjadi bergejala. Atau, gejala anemia dapat dimulai atau jumlah sel darah merah dapat menjadi diagnostik anemia sebelum kondisi penyebabnya diketahui. 

Baca Juga: Anemia Mikrositik: Penyebab, Gejala, Diagnosis, Pengobatan

2. Gejala

ilustrasi pusing (pexels.com/Kindel Media)

Efek anemia normositik bisa berkisar dari ringan hingga berat, tergantung jumlah sel darah merah dan kondisi medis lain yang bisa menambah gejalanya. Seseorang mungkin mengalami gejala yang bertahap dari waktu ke waktu jika anemia berkembang secara perlahan. Namun, gejalanya bisa memburuk secara tiba-tiba jika anemia berkembang dengan cepat.

Gejala umum anemia normositik di antaranya:

  • Kulit pucat.
  • Pusing. 
  • Sakit kepala.
  • Kelelahan, energi rendah.
  • Perasaan umum menjadi lemah.
  • Kabut otak (kesulitan dengan konsentrasi dan memori).
  • Kurang motivasi.

Seseorang bisa memiliki beberapa gejala di atas dengan anemia normositik, sementara beberapa lainnya bisa hanya mengalami beberapa efek terutama jika anemianya ringan.

Selain itu, seseorang mungkin juga mengalami gejala lain yang tidak selalu berkaitan langsung dengan anemia, tetapi gejala tersebut bisa menandakan penyebab anemia. Gejala terkait bisa meliputi:

  • Demam bisa terjadi karena terdapat infeksi.
  • Penurunan berat badan bisa terjadi dengan kanker atau penyakit kronis.
  • Darah dalam tinja atau tinja berwarna gelap bisa terjadi karena penyakit gastrointestinal (saluran pencernaan).
  • Batuk darah bisa terjadi dengan kanker paru-paru atau kanker esofagus (tabung makanan).
  • Sesak napas bisa terjadi jika seseorang mengidap PPOK atau penyakit jantung.

Anemia normositik merupakan komplikasi umum dari banyak penyakit yang berbeda, dan gejala yang terkait bisa dimulai sebelum atau sesudah gejala anemia.

3. Diagnosis

ilustrasi sampel darah untuk tes darah (pexels.com/Los Muertos Crew)

Dokter menggunakan tes darah untuk menegakkan diagnosis anemia normositik. Ini mencakup:

  • Hitung darah lengkap (CBC): Tes ini memberikan informasi ke dokter tentang kadar hemoglobin pasien dan aspek darah pasien tersebut.
  • Apusan darah tepi: Dokter melakukan tes ini untuk mengidentifikasi kondisi mendasar yang menyebabkan anemia normositik.
  • Jumlah retikulosit: Dokter mengukur retikulosit untuk menentukan apakah sumsum tulang pasien memproduksi cukup sel darah merah yang sehat.

Anemia normositik merupakan tanda dari kondisi medis yang mendasari dan tidak terdiagnosis. Apabila keadaannya seperti itu, maka dokter kemungkinan akan membutuhkan lebih banyak tes untuk menegakkan diagnosis. 

Misalnya, jika dokter curiga pasien menderita anemia normositik akibat penyakit ginjal kronis, maka kemungkinan dokter akan melakukan tes darah, tes protein urine, atau tes pencitraan lainnya. 

4. Pengobatan

ilustrasi transfusi darah (stanfordbloodcenter.org)

Pengobatan anemia normositik bisa mencakup pengendalian kehilangan darah, pengobatan penyakit yang mendasari, transfusi darah, dan obat-obatan untuk meningkatkan produksi sel darah merah. Pasien kemungkinan akan mendapat manfaat dari satu atau lebih perawatan tersebut, dan kebanyakan orang tidak memerlukan semuanya.

Perawatan untuk anemia normositik meliputi:

  • Transfusi darah: Terapi ini merupakan infus langsung dari darah donor. Ini dibutuhkan saat jumlah darah merah sangat rendah. Jika seseorang mengalami anemia karena trauma, misalnya, jumlah sel darah merahnya kemungkinan menjadi normal sesudah transfusi darah dan sesudah pendarahannya berhenti.
  • Perbaikan bedah: Luka traumatis yang besar kemungkinan tidak sembuh dengan sendirinya dan mungkin perlu segera diperbaiki dengan pembedahan untuk menghentikan kehilangan darah.
  • Erythropoietin: Ginjal secara alami memproduksi hormon ini untuk merangsang produksi sel darah merah di sumsum tulang. Dalam beberapa situasi, seperti penyakit ginjal kronis atau kanker, itu juga bisa digunakan sebagai obat untuk membantu meningkatkan sel darah merah.
  • Pengobatan penyakit yang mendasari: Jika anemia pasien disebabkan oleh kondisi medis seperti PPOK, penyakit hati, penyakit jantung, penyakit ginjal, atau kanker, maka pengobatan kondisi yang mendasari bisa membantu gejala anemia.

Perawatan untuk anemia itu penting, bahkan jika pasien tidak mempunyai gejala. Sebab, anemia bisa memperburuk kesehatan pasien secara keseluruhan dan mempersulit untuk sembuh dari penyakit.

Baca Juga: Anemia Sel Sabit: Penyebab, Gejala, Komplikasi, Pengobatan

Verified Writer

Eliza Ustman

'Menulislah dengan hati, maka kamu akan mendapatkan apresiasi yang lebih berarti'

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya