TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Mielitis Transversa: Gejala, Penyebab, Diagnosis, Pengobatan

Merupakan kondisi peradangan pada sumsum tulang belakang

ilustrasi nyeri akibat mielitis transversa (colonychiro.com)

Mielitis transversa atau transverse myelitis (TM) adalah kondisi peradangan pada sumsum tulang belakang. Sumsum tulang belakang merupakan bagian dari sistem saraf pusat, yang mengirimkan impuls dari otak ke saraf tubuh. Selain itu, sumsum tulang belakang juga membawa informasi sensorik kembali ke otak.

Menurut keterangan dari National Institute of Neurological Disorders and Stroke (NINDS), istilah ''mielitis'' mengacu pada radang sumsum tulang belakang, sementara istilah ''transversa'' mengacu pada pola perubahan sensasi, sering kali terdapat sensasi seperti pita di seluruh batang tubuh, dengan perubahan sensorik di bawahnya.

Dilansir Mayo Clinic, mielitis transversa sering kali merusak bahan penyekat yang menutupi serabut sel saraf (mielin). Akibatnya, pesan yang dikirim oleh saraf sumsum tulang belakang ke seluruh tubuh terganggu, yang nantinya bisa menyebabkan nyeri, kelemahan otot, kelumpuhan, masalah sensorik, atau disfungsi kandung kemih dan usus.

Mielitis transversa bisa menyerang semua kelompok usia, jenis kelamin, atau ras. Gangguan saraf ini biasanya terjadi antara usia 10 dan 19 tahun, serta 30 dan 39 tahun. Untuk mewaspadai kondisi ini, berikut ini deretan fakta seputar mielitis transversa yang perlu diketahui.

1. Penyebab

ilustrasi penyebab mielitis transversa (osmosis.org)

Penyebab pasti mielitis transversa tidak diketahui. Infeksi virus, bakteri, dan jamur yang memengaruhi sumsum tulang belakang bisa menjadi penyebabnya. Dalam kebanyakan kasus, gangguan inflamasi muncul sesudah sembuh dari infeksi. Virus yang terkait meliputi:

  • Virus herpes, termasuk yang menyebabkan herpes zoster dan cacar air
  • Cytomegalovirus 
  • Virus Epstein-Barr
  • HIV
  • Enterovirus seperti poliovirus dan coxsackierus
  • Virus West Nile
  • Echovirus
  • Zika
  • Influenza
  • Hepatitis B
  • Gondongan, campak, dan rubela

Virus tersebut bisa memicu reaksi autoimun tanpa langsung menginfeksi sumsum tulang belakang.

Sementara itu, infeksi bakteri yang berkaitan dengan mielitis transversa meliputi:

  • Penyakit Lyme
  • Sifilis
  • Tuberkulosis
  • Actinomyces
  • Pertusis
  • Tetanus
  • Difteri

Infeksi kulit akibat bakteri, gastroenteritis, dan jenis pneumonia bakterial tertentu juga bisa menyebabkan mielitis transversa. Dalam kasus yang jarang, infeksi parasit dan jamur bisa menginfeksi sumsum tulang belakang. Selain itu, ada sejumlah kondisi peradangan yang tampaknya bisa menyebabkan mielitis transversa, termasuk:

  • Multiple sclerosis: merupakan kelainan di mana sistem kekebalan tubuh menghancurkan mielin yang mengelilingi saraf di sumsum tulang belakang dan otak. Mielitis transversa bisa menjadi tanda pertama dari multiple sclerosis atau menunjukkan kekambuhan. Mielitis transversa sebagai tanda dari multiple sclerosis biasanya menyebabkan gejala hanya pada satu sisi tubuh.
  • Neuromyelitis optica (penyakit Devic): merupakan suatu kondisi yang menyebabkan peradangan dan hilangnya mielin di sekitar sumsum tulang belakang dan saraf di mata yang mengirimkan informasi ke otak. Mielitis transversa yang berkaitan dengan neuromyelitis optica biasanya memengaruhi kedua sisi tubuh. Selain mielitis transversa, seseorang mungkin juga mengalami gejala kerusakan mielin saraf optik, termasuk nyeri pada mata dengan gerakan dan kehilangan penglihatan sementara. Ini bisa terjadi dengan atau terpisah dari gejala mielitis transversa. Namun, beberapa orang dengan neuromyelitis optica tidak mengalami masalah yang berhubungan dengan mata, dan mungkin hanya mengalami episode mielitis transversa yang berulang.
  • Gangguan autoimun: mungkin berkontribusi pada mielitis transversa pada beberapa orang. Gangguan ini termasuk lupus, yang bisa memengaruhi banyak sistem tubuh, dan sindrom Sjogren, yang menyebabkan kekeringan parah pada mulut dan mata. Mielitis transversa yang berkaitan dengan gangguan autoimun mungkin merupakan tanda peringatan dari neuromyelitis optica. Neuromyelitis optica lebih sering terjadi pada orang dengan penyakit autoimun lainnya.
  • Vaksinasi: vaksinasi untuk penyakit menular terkadang dihubungkan sebagai pemicu yang mungkin. Namun, saat ini asosiasi tersebut tidak cukup kuat untuk menjamin pembatasan vaksin apa pun.
  • Sarkoidosis: merupakan kondisi yang menyebabkan peradangan di banyak area tubuh, seperti sumsum tulang belakang dan saraf optik. Ini kemungkinan meniru neuromyelitis optica. Namun, biasanya gejala sarkoidosis berkembang lebih lambat. Penyebab sarkoidosis tidak diketahui.

Baca Juga: Penyebab Sakit Punggung Bagian Bawah Bisa Jadi karena Gangguan Saraf

2. Gejala

ilustrasi mielitis transversa atau transverse myelitis (hopkinsmedicine.org)

Tanda dan gejala mielitis transversa umumnya berkembang selama beberapa jam hingga beberapa hari, dan kadang berkembang secara bertahap selama beberapa minggu. Mielitis transversa biasanya menyerang kedua sisi tubuh di bawah area sumsum tulang belakang yang terkena. Namun, kadang hanya ada gejala pada satu sisi tubuh.

Tanda dan gejala khasnya meliputi:

  • Rasa sakit. Nyeri bisa dimulai secara tiba-tiba di punggung bawah. Selain itu, nyeri tajam dapat menyerang kaki atau lengan atau di sekitar dada atau perut. Gejala nyeri bervariasi berdasarkan bagian sumsum tulang belakang yang terpengaruh.
  • Sensasi abnormal. Beberapa pasien mengalami sensasi mati rasa, kesemutan, dingin, atau terbakar. Beberapa orang sangat sensitif terhadap sentuhan ringan pakaian atau panas atau dingin yang ekstrem. Selain itu, pasien mungkin merasa seolah-olah ada sesuatu yang membungkus erat kulit dada, perut, atau kaki.
  • Kelemahan di lengan atau kaki. Beberapa orang melaporkan gejala berat di kaki, atau bahwa mereka tersandung atau menyeret salah satu kaki. Sementara pasien lainnya mungkin mengalami kelemahan parah atau bahkan kelumpuhan total.
  • Masalah kandung kemih dan usus. Ini mungkin termasuk perlu buang air kecil lebih sering, inkontinensia urine, kesulitan buang air kecil, dan sembelit.

3. Komplikasi yang bisa terjadi

ilustrasi kursi roda (pexels.com/@marcus-aurelius)

Pasien umumnya hanya mengalami satu episode. Namun, komplikasi tetap bisa terjadi. Komplikasi yang mungkin terjadi yaitu:

  • Nyeri merupakan salah satu komplikasi jangka panjang yang paling sering melemahkan dari gangguan saraf ini.
  • Kekakuan, sesak napas, atau kejang yang menyakitkan di otot (spastisitas otot). Ini paling sering terjadi pada bokong dan tungkai.
  • Kelumpuhan sebagian atau total pada lengan, kaki, atau bahkan keduanya. Ini mungkin bertahan setelah gejala pertama.
  • Disfungsi seksual, yang merupakan komplikasi umum dari mielitis transversa. Laki-laki mungkin mengalami kesulitan mencapai ereksi atau orgasme, sedangkan perempuan mungkin sulit mencapai orgasme.
  • Depresi atau kecemasan, yang umum terjadi pada mereka yang mengalami komplikasi jangka panjang karena perubahan gaya hidup yang signifikan, stres akibat rasa sakit atau kecacatan kronis, dan dampak disfungsi seksual pada hubungan.

4. Diagnosis

ilustrasi pemeriksaan MRI (beaumont.org)

Dalam proses diagnosis, dokter akan memeriksa riwayat kesehatan pasien dan melakukan pemeriksaan neurologis secara menyeluruh. Menurut keterangan dari NINDS, tes yang bisa membantu menegakkan diagnosis dan menyingkirkan kemungkinan penyebab lainnya meliputi:

  • Pencitraan resonansi magnetik (MRI): untuk menghasilkan tampilan penampang atau gambar tiga dimensi jaringan, termasuk otak dan sumsum tulang belakang. MRI tulang belakang hampir selalu memastikan adanya lesi di dalam sumsum tulang belakang, sementara MRI otak bisa memberikan petunjuk penyebab lain yang mendasari. Dalam beberapa kasus, computed tomography (CT), bisa digunakan untuk mendeteksi peradangan.
  • Tes darah: untuk menyingkirkan kemungkinan berbagai kelainan, termasuk infeksi HIV dan kekurangan vitamin B12. Darah diuji untuk mengetahui adanya autoantibodi (anti-aquaporin-4, anti-mielin oligodendrocite) dan antibodi yang berhubungan dengan kanker (antibodi paraneoplastik). Kehadiran autoantibodi (protein yang diproduksi oleh sel-sel sistem kekebalan) yang berhubungan dengan gangguan autoimun yang menunjukkan penyebab pasti dari mielitis transversa.
  • Pungsi lumbal dan analisis cairan tulang belakang (spinal tap): ini bisa mengidentifikasi lebih banyak protein daripada biasanya pada beberapa orang dengan mielitis transversa dan peningkatan jumlah sel darah putih (leukosit) yang membantu tubuh untuk melawan infeksi.

Jika dari tes-tes di atas tidak ada yang menunjukkan penyebab spesifik, maka orang tersebut diduga menderita mielitis transversa idiopatik (penyebab spesifik tidak terindetifikasi).

Baca Juga: Bisa Pengaruhi Sistem Saraf, Berikut Ini 7 Fakta Penting Tetanus

Verified Writer

Eliza Ustman

'Menulislah dengan hati, maka kamu akan mendapatkan apresiasi yang lebih berarti'

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya