TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Neuritis Optik: Penyebab, Gejala, Diagnosis, Perawatan

Sering terjadi pada perempuan usia 20 hingga 40 tahun

ilustrasi seseorang dengan neuritis optik (unsplash.com/Mehrpouya H)

Neuritis optik atau optic neuritis adalah peradangan pada saraf optik, yaitu kumpulan serabut saraf yang menyampaikan informasi visual dari mata ke otak.

Saraf optik dilapisi dengan zat lemak yang disebut dengan mielin, yang membantu impuls listrik bergerak cepat dari mata ke otak, yang kemudian diubah menjadi informasi visual. 

Ketika saraf optik meradang, mielin terpengaruh atau rusak. Hal tersebut mengganggu proses isyarat visual yang dikirim di sepanjang serabut saraf ke otak, sehingga bisa menyebabkan kehilangan penglihatan, nyeri dengan gerakan mata, atau penglihatan warna berkurang.

Neuritis optik bisa terjadi pada laki-laki maupun perempuan dalam semua kelompok usia. Dilansir Cleveland Clinic, kebanyakan kasus neuritis optik terjadi pada perempuan yang berusia 20 hingga 40 tahun. Sebagai contoh, di Amerika Serikat, neuritis optik lebih sering terjadi pada ras Kaukasia dibanding Afrika-Asia. Selain itu, neuritis optik juga lebih umum dialami orang Asia.

1. Penyebab

ilustrasi seseorang dengan neuritis optik (unsplash.com/Hanna Postova)

Penyebab pasti neuritis optik belum diketahui. Namun kondisi ini, diyakini berkembang saat sistem kekebalan secara keliru menyerang zat yang menutupi saraf optik, sehingga menyebabkan peradangan dan kerusakan pada mielin.

Biasanya, mielin membantu impuls listrik bergerak cepat dari mata ke otak, di mana mereka diubah menjadi informasi visual. Neuritis optik mengganggu proses ini dan memengaruhi penglihatan.

Dilansir Mayo Clinic, beberapa kondisi autoimun berikut ini sering dikaitkan dengan neuritis optik:

  • Multiple sclerosis (MS): MS merupakan penyakit saat sistem autoimun menyerang selubung mielin, yang menutupi serabut saraf di otak. Pada penderita neuritis optik, risiko mengembangkan MS setelah satu episode neuritis optik yaitu sekitar 50 persen seumur hidup. Risiko mengembangkan MS setelah neuritis optik meningkat lebih lanjut jika pemindaian MRI menunjukkan lesi di otak orang tersebut. 
  • Neuromyelitis optica: Pada kondisi ini, peradangan memengaruhi saraf optik dan sumsum tulang belakang. Neuromyelitis optica punya kemiripan dengan MS. Namun, neuromyelitis optica lebih parah dari MS dan sering kali menyebabkan pemulihan yang berkurang setelah serangan dibanding MS. 
  • Gangguan antibodi myelin oligodendrocyte glycoprotein (MOG): Kondisi ini bisa menyebabkan peradangan pada saraf optik, sumsum tulang belakang, atau otak. Mirip dengan MS dan neuromyelitis optica, serangan berulang bisa terjadi. Pemulihan dari serangan MOG biasanya lebih baik dibanding pemulihan dari neuromyelitis optica.

Saat gejala neuritis optik lebih kompleks, maka penyebab terkait lainnya perlu dipertimbangkan. Ini termasuk:

  • Infeksi: Infeksi bakteri, termasuk penyakit Lyme, demam cakaran kucing, dan sifilis, atau virus seperti campak, gondongan, dan herpes bisa menyebabkan neuritis optik. 
  • Penyakit lainnya: Penyakit seperti sarkoidosis, penyakit Behcet, dan lupus bisa menyebabkan neuritis optik berulang. 
  • Obat-obatan dan racun: Beberapa obat-obatan dan racun telah dikaitkan dengan perkembangan neuritis optik. Etambutol digunakan untuk mengobati tuberkulosis, dan metanol, bahan umum dalam antibeku, cat dan pelarut, berkaitan dengan neuritis optik. 

Beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko neuritis optik meliputi:

  • Usia: Neuritis optik sering terjadi pada individu yang berusia 20 hingga 40 tahun. 
  • Seks: Neuritis optik lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pria. 
  • Ras: Neuritis optik lebih sering terjadi pada orang kulit putih.
  • Mutasi genetik: Mutasi genetik tertentu bisa meningkatkan risiko terkena neuritis optik atau MS.

Baca Juga: Mengenal Cat Eye Syndrome, Kelainan Mata Mirip Mata Kucing

2. Gejala

ilustrasi gangguan penglihatan (unsplash.com/David Travis)

Dilansir Medical News Today, gejala neuritis optik yang paling umum yaitu meliputi:

  • Kehilangan penglihatan: Gejala ini umumnya terjadi pada satu mata. Mulai dari sedikit kabur atau titik buta, hingga kebutaan total. Itu dapat bertahan hingga 2 minggu. 
  • Nyeri di sekitar mata: Gerakan mata dapat memperburuk keadaan. 
  • Kehilangan penglihatan warna: Warna kemungkinan terlihat kurang jelas dari biasanya. Sementara beberapa orang kemungkinan tidak bisa membedakan antara warna individu. 
  • Lampu berkedip atau berkedip: Gejala ini terjadi dengan gerakan mata. 
  • Penglihatan yang memburuk: Peningkatan suhu tubuh karena panas atau olahraga bisa menyebabkan perubahan penglihatan ini. 

3. Komplikasi yang bisa ditimbulkan

ilustrasi mengucek mata (freepik.com/user18526052)

Dilansir Mayo Clinic, komplikasi yang bisa ditimbulkan oleh neuritis optik dapat meliputi:

  • Kerusakan saraf optik: Kebanyakan orang mengalami kerusakan saraf optik permanen sesudah episode neuritis optik. Namun kerusakan tersebut kemungkinan tidak menyebabkan gejala permanen.
  • Ketajaman visual menurun: Kebanyakan orang kembali mendapatkan penglihatan normal atau mendekati normal dalam beberapa bulan, namun hilangnya sebagian diskriminasi warna, kemungkinan tetap ada. Bagi sebagian orang, kehilangan penglihatan terus berlanjut. 
  • Efek samping pengobatan: Obat steroid yang digunakan untuk mengobati neuritis optik, bisa menurunkan sistem kekebalan penderitanya, sehingga menyebabkan tubuh orang tersebut menjadi lebih rentan terkena infeksi. Efek samping lainnya yaitu termasuk peningkatan berat badan dan perubahan mood

4. Diagnosis

ilustrasi konsultasi dokter (freepik.com/tirachardz)

Dilansir Healthline, pemeriksaan fisik, gejala, dan riwayat kesehatan pasien menjadi dasar untuk mendiagnosis neuritis optik. Selain itu, dokter juga akan melakukan tes tambahan untuk menentukan penyebab dari neuritis optik agar bisa memberikan perawatan yang tepat. 

Jenis penyakit yang bisa menyebabkan neuritis optik meliputi:

  • Penyakit demielinasi, seperti MS.
  • Neuropati autoimun, seperti lupus.
  • Neuropati tekan, seperti meningioma (sejenis tumor otak).
  • Kondisi peradangan, seperti sarkoidosis.
  • Infeksi, seperti sinusitis.

Neuritis optik merupakan peradangan pada saraf optik. Kondisi dengan gejala menyerupai neuritis optik yang tidak meradang, yaitu meliputi:

  • Neuropati optik iskemik anterior 
  • Leber neuropati optik herediter

Karena neuritis optik berkaitan dengan MS, maka dokter kemungkinan akan melakukan tes berikut ini:

  • Pemindaian OCT untuk memeriksa saraf di belakang mata.
  • Pemindaian MRI otak.
  • CT scan.

Baca Juga: Mengenal Penyakit Balo, Gangguan Saraf dengan Lesi ‘Mata Banteng’  

Verified Writer

Eliza Ustman

'Menulislah dengan hati, maka kamu akan mendapatkan apresiasi yang lebih berarti'

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya