Neuritis Optik: Penyebab, Gejala, Diagnosis, Perawatan
Sering terjadi pada perempuan usia 20 hingga 40 tahun
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Neuritis optik atau optic neuritis adalah peradangan pada saraf optik, yaitu kumpulan serabut saraf yang menyampaikan informasi visual dari mata ke otak.
Saraf optik dilapisi dengan zat lemak yang disebut dengan mielin, yang membantu impuls listrik bergerak cepat dari mata ke otak, yang kemudian diubah menjadi informasi visual.
Ketika saraf optik meradang, mielin terpengaruh atau rusak. Hal tersebut mengganggu proses isyarat visual yang dikirim di sepanjang serabut saraf ke otak, sehingga bisa menyebabkan kehilangan penglihatan, nyeri dengan gerakan mata, atau penglihatan warna berkurang.
Neuritis optik bisa terjadi pada laki-laki maupun perempuan dalam semua kelompok usia. Dilansir Cleveland Clinic, kebanyakan kasus neuritis optik terjadi pada perempuan yang berusia 20 hingga 40 tahun. Sebagai contoh, di Amerika Serikat, neuritis optik lebih sering terjadi pada ras Kaukasia dibanding Afrika-Asia. Selain itu, neuritis optik juga lebih umum dialami orang Asia.
1. Penyebab
Penyebab pasti neuritis optik belum diketahui. Namun kondisi ini, diyakini berkembang saat sistem kekebalan secara keliru menyerang zat yang menutupi saraf optik, sehingga menyebabkan peradangan dan kerusakan pada mielin.
Biasanya, mielin membantu impuls listrik bergerak cepat dari mata ke otak, di mana mereka diubah menjadi informasi visual. Neuritis optik mengganggu proses ini dan memengaruhi penglihatan.
Dilansir Mayo Clinic, beberapa kondisi autoimun berikut ini sering dikaitkan dengan neuritis optik:
- Multiple sclerosis (MS): MS merupakan penyakit saat sistem autoimun menyerang selubung mielin, yang menutupi serabut saraf di otak. Pada penderita neuritis optik, risiko mengembangkan MS setelah satu episode neuritis optik yaitu sekitar 50 persen seumur hidup. Risiko mengembangkan MS setelah neuritis optik meningkat lebih lanjut jika pemindaian MRI menunjukkan lesi di otak orang tersebut.
- Neuromyelitis optica: Pada kondisi ini, peradangan memengaruhi saraf optik dan sumsum tulang belakang. Neuromyelitis optica punya kemiripan dengan MS. Namun, neuromyelitis optica lebih parah dari MS dan sering kali menyebabkan pemulihan yang berkurang setelah serangan dibanding MS.
- Gangguan antibodi myelin oligodendrocyte glycoprotein (MOG): Kondisi ini bisa menyebabkan peradangan pada saraf optik, sumsum tulang belakang, atau otak. Mirip dengan MS dan neuromyelitis optica, serangan berulang bisa terjadi. Pemulihan dari serangan MOG biasanya lebih baik dibanding pemulihan dari neuromyelitis optica.
Saat gejala neuritis optik lebih kompleks, maka penyebab terkait lainnya perlu dipertimbangkan. Ini termasuk:
- Infeksi: Infeksi bakteri, termasuk penyakit Lyme, demam cakaran kucing, dan sifilis, atau virus seperti campak, gondongan, dan herpes bisa menyebabkan neuritis optik.
- Penyakit lainnya: Penyakit seperti sarkoidosis, penyakit Behcet, dan lupus bisa menyebabkan neuritis optik berulang.
- Obat-obatan dan racun: Beberapa obat-obatan dan racun telah dikaitkan dengan perkembangan neuritis optik. Etambutol digunakan untuk mengobati tuberkulosis, dan metanol, bahan umum dalam antibeku, cat dan pelarut, berkaitan dengan neuritis optik.
Beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko neuritis optik meliputi:
- Usia: Neuritis optik sering terjadi pada individu yang berusia 20 hingga 40 tahun.
- Seks: Neuritis optik lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pria.
- Ras: Neuritis optik lebih sering terjadi pada orang kulit putih.
- Mutasi genetik: Mutasi genetik tertentu bisa meningkatkan risiko terkena neuritis optik atau MS.
Baca Juga: Mengenal Cat Eye Syndrome, Kelainan Mata Mirip Mata Kucing
Baca Juga: Mengenal Penyakit Balo, Gangguan Saraf dengan Lesi ‘Mata Banteng’
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.