TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Pseudotumor Cerebri: Penyebab, Gejala, Diagnosis, dan Pengobatan

Kondisi ini juga dikenal sebagai tumor otak palsu

ilustrasi migrain (pexels.com/Kindel Media)

Pseudotumor cerebri adalah kondisi medis yang menyebabkan peningkatan tekanan di dalam tengkorak (tekanan intrakranial). Kata "pseudo" berarti "palsu" atau "bukan sebenarnya", tumor mengacu pada benjolan yang tidak normal, dan "cerebri" adalah "otak". Jadi, pseudotumor cerebri adalah gejala seperti ada tumor pada otak namun sebetulnya tidak alias tumor palsu, karena beberapa gejalanya menyerupai tumor otak.

Kondisi ini rentan dialami individu yang sedang menjalani pengobatan untuk mengobati kanker, bahkan jerawat, seperti dilansir MedicineNet.

Pseudotumor cerebri juga dikenal sebagai hipertensi intrakranial idiopatik atau hipertensi intrakranial benigna, karena tidak ada penyebab jelas dari peningkatan tekanan intrakranial pada kondisi ini.

Kondisi ini menyebabkan gejala seperti sakit kepala dan kehilangan penglihatan yang makin memburuk seiring waktu, serta bisa menyebabkan komplikasi serius dan permanen jika tidak segera ditangani, seperti hilangnya penglihatan progresif dan permanen.

1. Penyebab dan faktor risiko

ilustrasi kelebihan berat badan, obesitas, dan penumpukan lemak perut (pexels.com/Towfiqu barbhuiya)

Penyebab pasti pseudotumor cerebri tidak diketahui. Namun, kemungkinan terkait dengan terlalu banyak cairan serebrospinal di tengkorak.

Cairan yang biasanya melindungi otak dan sumsum tulang belakang ini biasanya diserap ke dalam aliran darah. Pseudotumor cerebri bisa terjadi jika cairan serebrospinal ini tidak terserap sepenuhnya, menyebabkannya menumpuk, yang akhirnya menciptakan peningkatan tekanan di tengkorak.

Pseudotumor cerebri bisa menyerang anak-anak, laki-laki, dan orang dewasa lebih tua, tetapi kondisi ini paling sering terjadi pada perempuan usia subur yang mengalami berat badan berlebih atau obesitas.

Dilansir Healthline, faktor yang bisa meningkatkan risiko seseorang mengembangkan pseudotumor cerebri antara lain:

  • Kegemukan: Obesitas adalah salah satu faktor utama yang bisa meningkatkan risiko pseudotumor cerebri. Dilansir Mayo Clinic, risikonya hampir 20 kali lebih tinggi pada perempuan dengan berat badan berlebih usia di bawah 44 tahun dibanding populasi umum. Selain itu, anak-anak juga berisiko lebih tinggi mengembangkan kondisi ini. Pusat Pengendalian dan Pengendalian Penyakit Amerika Serikat (CDC) melaporkan 79 persen orang dengan sindrom pseudotumor cerebri sekunder kelebihan berat badan atau obesitas. Selain itu, obesitas sentral, atau lemak di sekitar bagian tengah perut, juga dikaitkan dengan risiko yang lebih tinggi.

  • Pengobatan: Obat-obatan tertentu bisa membuat seseorang lebih rentan terhadap kondisi ini. Ini termasuk pil KB, tetrasiklin, antibiotik, kadar vitamin A yang berlebihan, dan steroid (bila berhenti mengonsumsinya).

  • Kondisi kesehatan lainnya: Kondisi kesehatan yang terkait dengan psedotumor cerebri meliputi penyakit ginjal, sleep apnea (pernapasan abnormal ketika tidur yang ditandai dengan fase henti napas), penyakit Addison (kelainan di mana kelenjar adrenal tidak menghasilkan cukup hormon), dan penyakit Lyme (penyakit mirip flu kronis yang disebabkan oleh kutu).

  • Cacat lahir: Beberapa kondisi bisa menyebabkan penyempitan pembuluh darah di otak, yang kemungkinan membuat seseorang lebih berisiko mengembangkan pseudotumor cerebri. Pembuluh darah yang menyempit membuat cairan lebih sulit mengalir melalui otak.

Baca Juga: COVID-19 Menyebabkan Masalah Kardiovaskular Jangka Panjang?

2. Jenis

ilustrasi pseudotumor cerebri (openpr.com)

Tergantung pada permulaan dan durasi gejala, pseudotumor cerebri terdiri dari dua jenis, yaitu:

  • Pseudotumor cerebri akut: Gejala terjadi secara tiba-tiba. Jenis ini sering terjadi setelah cedera kepala atau stroke.
  • Pseudotumor cerebri kronis: Gejala berkembang secara bertahap seiring waktu. Jenis ini bisa disebabkan oleh beberapa kondisi medis yang mendasari.

3. Tanda dan gejala

ilustrasi sakit kepala (unsplash.com/Usman Yousaf)

Gejala pseudotumor cerebri mirip tumor otak, yang meliputi:

  • Sakit kepala
  • Penglihatan kabur
  • Diplopia (penglihatan ganda)
  • Kehilangan penglihatan
  • Pusing
  • Mual dengan atau tanpa muntah
  • Leher kaku
  • Kesulitan berjalan
  • Tinitus (telinga berdenging)
  • Kelupaan
  • Depresi

Gejala bisa memburuk buruk saat mengejan atau melakukan aktivitas fisik seperti olahraga. Ini karena olahraga bisa meningkatkan tekanan intrakranial.

4. Diagnosis

ilustrasi pemindaian MRI (netdoctor.co.uk)

Dalam proses diagnosis, dokter akan meninjau gejala dan riwayat kesehatan pasien, melakukan pemeriksaan fisik, dan memesan beberapa tes yang dibutuhkan seperti:

  • Pemeriksaan mata: Jika pasien dicurigai mengidap pseudotumor cerebri, dokter mata akan mencari pembengkakan khas yang memengaruhi saraf optik di bagian belakang mata pasien. Selain itu, pasien juga akan menjalani tes lapangan visual untuk melihat apakah ada titik buta dalam penglihatannya, selain yang disebut titik buta normal di setiap mata tempat saraf optik memasuki retina. Dokter kemungkinan juga akan mengambil foto mata pasien dan melakukan tes pencitraan untuk mengukur ketebalan lapisan retina (optical coherence tomography).

  • Pencitraan otak: Dokter kemungkinan akan memesan MRI atau CT scan. Tes ini bisa mengesampingkan masalah lain yang bisa menyebabkan gejala serupa, seperti tumor otak dan pembekuan darah.

  • Lumbal pungsi atau spinal tap: Tujuannya untuk mengukur tekanan di dalam tengkorak dan menganalisis cairan tulang belakang pasien. Dalam tes ini, seorang spesialis akan memasukkan jarum di antara dua tulang belakang di punggung bawah pasien dan mengeluarkan sejumlah kecil cairan serebrospinal untuk pengujian laboratorium.

Baca Juga: Ulkus Duodenum: Gejala, Penyebab, Diagnosis, Pengobatan

Verified Writer

Eliza Ustman

'Menulislah dengan hati, maka kamu akan mendapatkan apresiasi yang lebih berarti'

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya