TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Sindrom Horner: Penyebab, Gejala, Diagnosis, Pengobatan

Ditandai pupil mata yang satu lebih kecil dari mata lainnya

ilustrasi sindrom Horner (unsplash.com/Alexandru Zdrobău)

Sindrom Horner, juga dikenal sebagai oculosympathetic palsy atau sindrom Bernard-Horner atau kelumpuhan okulosimpatik, adalah kondisi yang memengaruhi mata dan bagian wajah. Ini terjadi akibat gangguan jalur saraf simpatik yang menghubungkan batang otak ke mata dan wajah. Kondisi ini dilaporkan relatif jarang.

Umumnya, sindrom Horner hanya memengaruhi satu sisi wajah. Sindrom Horner bisa mengakibatkan gejala seperti kelopak mata terkulai, penurunan ukuran pupil, dan penurunan keringat di sisi wajah yang terkena. Meski gejalanya tidak berbahaya, tetapi gejala tersebut kemungkinan bisa mengindikasikan masalah kesehatan yang lebih serius.

1. Penyebab

ilustrasi sindrom Horner (mayoclinic.org)

Dilansir Mayo Clinic, sindrom Horner disebabkan oleh kerusakan jalur tertentu dalam sistem saraf simpatik. Sistem saraf simpatik mengatur detak jantung, ukuran pupil, keringat, tekanan darah, dan fungsi lain yang memungkinkan seseorang merespons dengan cepat perubahan di lingkungannya.

Jalur saraf yang terkena sindrom Horner dibagi menjadi tiga kelompok sel saraf (neuron), yaitu mencakup:

  • Neuron orde pertama: Jalur neuron ini mengarah dari hipotalamus di dasar otak, melewati batang otak dan meluas ke bagian atas sumsum tulang belakang. Masalah di wilayah ini yang bisa mengganggu fungsi saraf yang terkait dengan sindrom Horner antara lain: stroke, tumor, trauma leher, penyakit yang mengakibatkan hilangnya selubung pelindung pada neuron (mielin), dan kista di tulang belakang (syringomyelia).
  • Neuron orde kedua: Jalur neuron ini memanjang dari tulang belakang, melintasi bagian atas dada dan ke sisi leher. Penyebab yang berkaitan dengan kerusakan saraf di wilayah ini kemungkinan termasuk: kanker paru-paru, tumor selubung mielin (scwannoma), kerusakan pada pembuluh darah utama yang berasal dari jantung (aorta), operasi di rongga dada, dan cedera traumatis.
  • Neuron orde ketiga: Jalur neuron ini memanjang di sepanjang sisi leher dan mengarah ke kulit wajah dan otot-otot iris dan kelopak mata. Kerusakan saraf di wilayah ini kemungkinan terkait dengan: tumor atau infeksi di dekat pangkal tengkorak, sakit kepala cluster, gangguan yang menghasilkan pola siklus sakit kepala parah, migrain, kerusakan pada arteri karotis di sepanjang sisi leher, dan kerusakan pada vena jugularis di sepanjang sisi leher.

Sindrom Horner bisa menyerang siapa pun, usia berapa pun. Penyebabnya yang paling umum pada anak-anak meliputi:

  • Cacat aorta hadir ketika lahir.
  • Cedera pada leher atau bahu ketika melahirkan.
  • Tumor sistem hormonal dan saraf (neuroblastoma).

Dalam beberapa kasus, penyebab sindrom Horner tidak bisa diidentifikasi. Ini dikenal sebagai sindrom Horner idiopatik.

Baca Juga: Sindrom Vena Cava Superior: Gejala, Penyebab, Pengobatan

2. Gejala

ilustrasi seorang pria dengan sindrom Horner (mrcophth.com)

Gejala sindrom Horner biasanya memengaruhi hanya satu sisi wajah, mengutip Healthline. Seseorang kemungkinan mengalami berbagai gejala, termasuk:

  • Pupil mata yang satu lebih kecil dari mata yang lain, dan akan tetap lebih kecil.
  • Pupil mata yang mengalami gejala tidak melebar di ruangan yang gelap, atau sangat lambat membesar. Kemungkinan susah bagi penderitanya untuk melihat dalam kondisi gelap.
  • Kelopak mata atas kemungkinan terkulai. Ini disebut ptosis.
  • Kelopak mata bawah kemungkinan terlihat sedikit terangkat.
  • Seseorang kemungkinan kekurangan keringat di satu sisi atau satu area wajah. Ini disebut anhidrosis.
  • Bayi kemungkinan mempunyai iris warna yang lebih terang di mata yang terkena.
  • Anak-anak kemungkinan tidak mengalami kemerahan atau kemerahan pada sisi wajah yang terkena.

3. Diagnosis

ilustrasi konsultasi dokter (freepik.com/tirachardz)

Sindrom Horner didiagnosis secara bertahap. Proses diagnosis dimulai dengan pemeriksaan fisik. Selain itu, dokter juga akan mengamati gejala yang dimiliki pasien. Jika pasien dicurigai menderita sindrom Horner, maka dokter akan merujuk pasien ke dokter spesialis mata untuk pemeriksaan lebih lanjut.

Dokter mata akan melakukan tes tetes mata untuk membandingkan reaksi kedua pupil. Jika hasil tes ini menentukan bahwa gejala yang dimiliki pasien disebabkan oleh kerusakan saraf, maka pengujian lebih lanjut akan dilakukan.

Pengujian tambahan ini akan digunakan untuk menemukan penyebab kerusakan yang mendasarinya. Beberapa tes tambahan tersebut yaitu mencakup:

  • MRI.
  • CT scan.
  • Sinar-X.
  • Tes darah.
  • Tes urine.

4. Pengobatan

ilustrasi prosedur operasi atau pembedahan (unsplash.com/JAFAR AHMED)

Perawatan sindrom Horner tergantung pada jenis gangguan yang mendasari. Nah, karena terdapat banyak kemungkinan penyebabnya, maka jenis perawatannya bisa sangat bervariasi. Terkadang, tidak ada pengobatan yang dibutuhkan kecuali pasien mengalami rasa sakit atau ketidaknyamanan lainnya.

Jika tumor atau kelainan lain ditemukan, pilihan perawatan kemungkinan termasuk operasi. Jika tumornya ganas, perawatan pascaoperasi mungkin mencakup kemoterapi dan radiasi. Selain itu, konseling genetik juga bisa membantu dalam situasi apabila terdapat riwayat sindrom Horner dalam keluarga, seperti dilansir Cleveland Clinic.

Baca Juga: Sindrom Bloom: Penyebab, Gejala, Diagnosis, dan Pengobatan

Verified Writer

Eliza Ustman

'Menulislah dengan hati, maka kamu akan mendapatkan apresiasi yang lebih berarti'

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya