Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow
WhatsApp Channel &
Google News
Gangguan pendengaran adalah salah satu kemungkinan yang bisa terjadi ketika kita berusia lanjut. Karenanya, mungkin saja kita terlihat seperti tidak nyambung saat diajak bicara dengan orang lain.
Ingin tahu lebih banyak tentang gangguan pendengaran pada lansia? Simak fakta-fakta gangguan pendengaran pada lanjut usia menurut dr. Hably Warganegara, Sp. THT-KL, MARS yang disarikan dari buletin HealthFirst Rumah Sakit Pondok Indah Group.
1. Gangguan pendengaran bisa terjadi pada satu atau kedua sisi telinga
Ilustrasi telinga (Pexels.com/Karolina Grabowska) Gangguan pendengaran adalah berkurangnya kemampuan mendengar pada sebagian (salah satu sisi telinga) atau seluruh telinga. Berkurangnya kemampuan tersebut terukur dengan ambang pendengaran kurang dari 25 desibel (dB).
Menurut data WHO 2018, 30-35 persen penduduk lanjut usia berusia 65 tahun ke atas, mengalami gangguan pendengaran. Angka ini diperkirakan akan terus
2. Gangguan pendengaran yang kerap dialami lansia
Ilustrasi telinga (Pexels.com/PNW Production) Ada sejumlah gangguan pendengaran yang dialami lanjut usia. Gangguan itu antara lain presbikusis (gangguan syaraf pendengaran akibat proses penuaan) dan gangguan konduksi akibat perubahan telinga luar (kulit daun telinga dan liang telinga kering serta mudah trauma, dan kotoran telinga mengeras).
Selain itu, masih ada kasus kekakuan gendang telinga. Terakhir, gangguan berupa kekakuan sendi-sendi tulang pendengaran akibat mengalami proses degenerasi.
3. Presbikusis adalah gangguan yang paling sering terjadi pada lansia
Ilustrasi lansia (pexels.com/barbara olsen) Gangguan syaraf pendengaran ini merupakan akibat proses penuaan/degenerasi organ pendengaran yang terjadi secara perlahan dan simetris pada kedua sisi telinga. Selain itu, gangguan ini bisa terjadi karena akumulasi produk metabolisme dan penurunan aktivitas enzim.
Sementara faktor yang memengaruhi terjadinya presbikusis adalah usia, paparan bising, kebiasaan merokok, genetik, dan penyakit. Penyakit yang mungkin biasanya adalah hipertensi, diabetes melitus, dan hiperkolesterol.
Baca Juga: 5 Masalah Kesehatan yang Menyebabkan Gangguan Pendengaran
Lanjutkan membaca artikel di bawah
Editor’s picks
4. Gejala-gejala umum presbikusis
Ilustrasi lanjut usia (Pexels.com/Askar Abayev) Sementara itu, gejala presbikusis adalah berkurangnya pendengaran secara perlahan. Bahkan terjadinya bersifat simetris pada kedua telinga.
Gejala lainnya adalah telinga berdenging atau disebut tinitus. Terakhir, ada gejala berupa bisa mendengar percakapan namun sulit memahaminya.
5. Presbikusis bisa memberikan dampak negatif yang cukup besar
Ilustrasi lansia (Pexels.com/kaboompics) Presbikusis bisa memberikan dampak negatif yang cukup besar. Sebut saja cemas, depresi, menarik diri dari lingkungan, dan frustasi. Jika itu terjadi, kehidupan sosial penderitanya tentu saja terganggu.
Penderita akan mengalami kesepian. Bahkan jika beraktivitas di jalanan, bisa terjadi kecelakaan akibat kurangnya pendengaran karena tidak mendengarkan klakson, teriakan orang, dan sebagainya.
6. Presbikusis adalah proses alami yang tidak bisa dicegah
Ilustrasi lansia olahraga (Pexels.com/Barbara Olsen) Meski begitu, presbikusis bisa diperlambat prosesnya. Caranya adalah menjaga fisik secara keseluruhan. Misalnya, mengonsumsi makanan sehat, olahraga, dan tidak merokok.
Hindari juga paparan kebisingan, termasuk pakai ear phone yang lama. Jangan juga meneteskan telinga dengan cairan yang tidak dianjurkan.
7. Yang harus dilakukan jika terjadi presbikusis
Ilustrasi periksa ke dokter (Pexels.com/LinkedIn Sales Navigator) Untuk lansia yang mengalami gejala ini, periksakan diri segera ke dokter spesialis THT. Pemeriksaan fisik, pemeriksaan pendengaran (audiometri), dan pemeriksaan lain sesuai indikasi akan dilakukan untuk memastikan apakah ada gangguan.
Jika terdiagnosa ada gangguan, rehabilitasi demi mengembalikan fungsi pendengaran akan dilakukan dengan pemasangan alat bantu dengar. Alat bantu ini akan disesuaikan pada jenis, tingkat, dan bentuk gangguan pendengaran yang setiap orangnya bisa berbeda-beda.
Selain itu, diperlukan pula kontrol berkala agar pengaturan alat bantu sesuai dengan kondisi. Pemasangan alat ini akan dikombinasikan dengan latihan membaca bibir dan latihan mendengar oleh terapis wicara.
Baca Juga: 7 Bahan Alami untuk Mengobati Infeksi Telinga, Patut Dicoba!