TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Fakta tentang Junk Food yang Bisa Menimbulkan Agresivitas Sel Imun

Ada risiko stroke dan serangan jantung di baliknya

ilustrasi makan junkfood (pexels.com/Tim Samuel)

Gaya hidup generasi muda yang cenderung menyukai hal-hal kekinian dan praktis membuat mereka tanpa sadar gemar mengonsumsi makanan dan minuman yang tidak bergizi, seperti junk food. Menjamurnya restoran dan kedai junk food yang memberikan diskon bahkan melibatkan influencer dan artis terkenal dalam mempromosikan produknya membuat gaya hidup yang tidak sehat ini semakin menjadi-jadi.

Kentang goreng, piza, burger, kue, sosis, mi instan, serta minuman soda memang memiliki rasa yang sangat lezat. Akan tetapi, apabila dikonsumsi dalam jangka panjang, junk food dapat mempengaruhi sel-sel imun menjadi lebih agresif. Kira-kira apa ya konsekuensinya bagi tubuh di masa yang akan datang? Yuk, simak penjelasannya!

1. Junk food, makanan minim nutrisi yang sangat digemari

ilustrasi pesta junkfood bersama teman (pexels.com/Mariana Silvestre)

Junk food banyak digemari karena rasanya lezat, mudah diperoleh, dan praktis. Meskipun demikian, kelompok makanan ini disebut sebagai makanan sampah bukan tanpa alasan. 

Makanan ini mengandung sedikit sekali nutrisi yang baik bagi tubuh, seperti protein, vitamin, serat, dan mineral. Sebaliknya, junk food justru kaya akan kalori, lemak, dan karbohidrat. Hal tersebut tentu saja tidak baik bagi pertumbuhan, perkembangan, dan daya tahan tubuh.

Baca Juga: 5 Cara Mengatasi Kecanduan Junk Food, Segera Terapkan Demi Kesehatan!

2. Sel imun mengenali junk food seperti infeksi mikroba

ilustrasi seseorang sedang menikmati junkfood (pexels.com/Pavel Danilyuk)

Ketika terjadi infeksi bakteri atau virus, tubuh biasanya merespons dengan meningkatkan jumlah sel-sel imun untuk membunuhnya. Menariknya, tubuh tenyata menyalahartikan makanan tinggi lemak dan karbohidrat sebagai ancaman infeksi.

Hal ini dikonfirmasi oleh sebuah riset di jurnal Cell pada tahun 2018 yang mengidentifikasi adanya kenaikan total granulosit dan monosit, dua jenis sel imun bawaan pada darah kelompok mencit yang diberi asupan makanan tinggi lemak dan karbohidrat (Western diet) selama 4 minggu. Kelompok mencit tersebut mengalami inflamasi (peradangan) akut.

3. Mekanisme kekebalan terlatih yang timbul karena junk food

ilustrasi pemeriksaan kesehatan (pexels.com/ Pranidchakan Boonrom)

Dalam riset tersebut, setelah pemberian makanan tinggi lemak dan karbohidrat pada mencit dihentikan, lalu diganti dengan makanan berbasis biji-bijian atau sereal selama 4 minggu, inflamasi akut dapat hilang. Akan tetapi, gen-gen yang berhubungan dengan pertumbuhan sel imun bawaan ternyata tetap aktif. Hal tersebut menandakan telah timbulnya suatu kekebalan terlatih pada sel-sel imun bawaan.

Aktifnya kekebalan terlatih tersebut diduga melibatkan inflamasom NLRP3, suatu sensor yang dapat menginduksi inflamasi pada tubuh apabila berhasil mendeteksi suatu sinyal yang dianggap berbahaya, yaitu makanan tinggi lemak dan karbohidrat. Meskipun demikian, mekanisme kerja spesifik dari inflamasom NLRP3 masih terus diselidiki.

4. Konsumsi junk food tingkatkan risiko penyakit degeneratif dan tidak baik untuk jantung

ilustrasi serangan jantung (blog.bonsecours.com)

Fenomena kekebalan terlatih pada sel imun bawaan yang dapat disebabkan oleh konsumsi makanan tinggi lemak dan karbohidrat. Hal ini memungkinkan sel-sel imun, khususnya granulosit dan monosit untuk merespons dan bereaksi lebih cepat ketika suatu saat terjadi infeksi yang sama. Akibatnya, tubuh menjadi rentan mengalami inflamasi.

Dilansir ScienceDaily, inflamasi yang terjadi dalam jangka panjang berasosiasi dengan timbulnya penyakit diabetes tipe 2 dan aterosklerosis. Ini merupakan penyakit yang ditandai oleh penyempitan pembuluh darah arteri.

Ateroskerosis berhubungan erat dengan reaksi inflamasi karena pada saat itu terjadi, sel-sel imun yang baru saja aktif akan bermigrasi ke dalam pembuluh darah. Hal tersebut menyebabkan terbentuknya plak pada pembuluh darah. Seiring berjalannya waktu, plak tersebut akan semakin membesar, sehingga menyumbat aliran darah. Inilah yang berpotensi menimbulkan stroke dan serangan jantung.

Baca Juga: Apa Iya Makanan Mentah Lebih Sehat Daripada Makanan Matang?

Writer

Honesty Nurizza Pinanti

Biologist, Writer, and Science communicator

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya