TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Bangun Tidur Lemas, Jengkel, atau Uring-uringan? Waspada Sleep Inertia

Bangun tidur di pagi hari bisa jadi perjuangan berat!

pxfuel.com

Tidur adalah waktunya mengistirahatkan tubuh dan pikiran, sehingga ketika bangun kamu akan merasa segar dan bugar. Namun, jika saat bangun tidur kamu malah merasa lemas, jengkel, uring-uringan, atau merasa kesulitan untuk bangun, itu adalah tanda sleep inertia atau tidur inertia.

Banyak orang yang melaporkan sleep inertia dan menganggap ini hal yang wajar. Benarkah demikian? Menarik untuk diketahui, simak ulasan lengkapnya berikut ini!

1. Apa saja gejalanya?

unsplash.com/Kinga Cichewicz

Menurut sebuah artikel dalam “Sleep Medicine Reviews”, sleep inertia digambarkan sebagai kondisi transisi antara tidur dan bangun, yang ditandai dengan gangguan psikomotor, penurunan kognitif, dan keinginan untuk kembali tidur.

Penjelasan lainnya, sleep inertia adalah kondisi kamu tiba-tiba terbangun dari fase tidur rapid eye movement (REM), yaitu fase ketika kamu mimpi dan tubuh tengah memperbaiki diri.

Saat bangun tidur, umumnya kamu butuh waktu untuk "mengumpulkan nyawa" sebelum mulai beraktivitas. Berapa lama, sih, waktu mengumpulkan nyawa yang wajar? Tiap orang bisa berbeda-beda. Menurut sebuah studi, sleep inertia bisa hilang 15 menit, 30 menit, bahkan ada yang sampai 1 jam setelah bangun tidur.

Gejala sleep inertia meliputi rasa kantuk, pusing, dan sulit konsentrasi. Pada masa ini, kamu bakal sulit mengambil keputusan, melakukan kegiatan yang sifatnya kompleks, grogi secara mental, atau keinginan kuat untuk tidur lagi.

Sleep inertia juga bisa terjadi kalau kamu tidur siang terlalu (lebih dari 20 menit). Efeknya bisa mengacaukan aktivitas. Misalnya menumpahkan minuman, tersandung, bahkan bisa menyebabkan kecelakaan yang membahayakan nyawa.

Baca Juga: Selain Insomnia, Ini 6 Gangguan Tidur yang Perlu Kamu Waspadai  

2. Kenapa kamu bisa mengalami sleep inertia?

unsplash.com/Charles Deluvio

Menurut sebuah studi dalam jurnal “Nature and Science of Sleep” tahun 2019, ada beberapa kemungkinan penyebab sleep inertia, yaitu terjadinya reaktivasi otak yang lebih lambat dan aliran darah melambat di otak (setelah bangun tidur), serta tingkat gelombang data yang lebih tinggi.

Melansir PsyPost, penurunan kinerja kognitif selama sleep inertia berhubungan dengan peningkataan aktivitas gelombang otak delta. Ini diperkuat dengan penelitian dalam jurnal "NeuroImage" tahun 2019, yang menjelaskan kaitan antara sleep inertia dan penurunan kinerja kognitif.

3. Ternyata banyak yang mengalaminya fenomena sleep inertia. Mungkin kamu juga!

unsplash.com/Adi Goldstein

Menurut sebuah studi dalam jurnal “Sociedad Espanola de Medicina de Familia y Comunitaria” tahun 2014, diperkirakan sleep inertia dialami oleh 42 persen remaja, meski gejala kebingungan akan berkurang seiring berjalannya waktu dan bertambahnya usia.

Selain itu, berdasarkan studi dalam “Chronobiology International” tahun 2002, tidak ada perbedaan signifikan antara sleep inertia pada perempuan maupun laki-laki. 

4. Apakah kondisi ini mesti dikhawatirkan?

Unsplash.com/Tatiana Rodriguez

Meskipun umum terjadi, tapi sleep inertia tak bisa dianggap wajar bila sering dialami dan gejala yang muncul berlangsung lama dan/atau parah. Kamu bisa konsultasi ke dokter yang ahli dalam bidang gangguan tidur ke ahli kejiwaan.

Nantinya, akan dicari tahu kondisi apa yang mendasarinya. Bisa jadi itu terjadi akibat tekanan, gangguan tidur lainnya, depresi, kerja sistem shift, atau mungkin merupakan efek samping dari obat-obatan yang dikonsumsi. Selain itu, tes polisomnografi juga mungkin bisa dilakukan.

Baca Juga: 7 Cara Efektif Agar Makin Berenergi Setelah Bangun Tidur 

Verified Writer

Indriyani

Full-time learner, part-time writer and reader. (Insta @ani412_)

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya