TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Levator Ani Syndrome: Gejala, Penyebab, Diagnosis, dan Pengobatan

Sakit di area dubur akibat ketegangan otot daerah panggul

Ilustrasi perempuan sedang sakit (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Levator ani syndrome (LAS) merupakan permasalahan medis yang ditandai dengan rasa nyeri di sekitar dubur akibat otot panggul mengalami penegangan. Kondisi ini menjadi bagian dari gangguan pencernaan yang menimbulkan gejala dan tanda tanpa diketahui penyebab secara pastinya.

Studi dalam Gastroenterology clinics of North America menyebutkan bahwa sindrom ini mempengaruhi sekitar 7,4 persen perempuan dan 5,7 persen laki-laki pada populasi secara umum. Adapun lebih dari setengahnya teridentifikasi dengan usia 30 sampai 60 tahun.

LAS termanifestasi ke dalam gejala spesifik berupa nyeri yang intens di di area sekitar dubur. Sindrom ini memiliki nama lain, yakni nyeri anorektal kronis, proctalgia kronis, kejang levator, mialgia ketegangan panggul, sindrom piriformis, dan sindrom puborektalis. Berikut adalah ulasan lengkapnya yang menarik untuk diketahui.

1. Gejala 

Ilustrasi perempuan menahan sakit (pexels.com/cottonbro)

Seperti yang telah di singgung pada bagian sebelumnya, gejala khas LAS adalah nyeri di area sekitar dubur. Namun, ada beberapa gejala yang bisa menjadi indikasi dari sindrom ini yang mencakup:

  • Rasa sakit pada dubur yang tidak dikaitkan dengan masalah buang air besar. 
  • Rasa sakit berlangsung dari periode singkat atau mungkin datang pergi beberapa jam bahkan beberapa hari.
  • Rasa sakit dapat ditimbulkan atau diperburuk dengan duduk atau berbaring.
  • Nyeri punggung bagian bawah yang dapat menyebar ke daerah selangkangan atau paha.
  • Nyeri saat buang air kecil.
  • Mengalami masalah terkait pencernaan, seperti sembelit.
  • Masalah terkait seksualitas, seperti ejakulasi menyakitkan atau disfungsi ereksi. 

Baca Juga: Bukan Dehidrasi, 5 Penyakit Ini Sebabkan Urine Berwarna Cokelat

2. Penyebab 

Ilustrasi kesakitan pada bagian anus (pexels.com/Sora Shimazaki)

Penyebab pasti LAS belum dapat ditetapkan. Namun, sindrom ini kemungkinan berkaitan dengan masalah lain, seperti:

  • Kebiasaan menahan buang air kecil dan/atau besar.
  • Kondisi vagina menyusut atau nyeri pada vulva (vulvodinia).
  • Tetap melanjutkan hubungan seksual dengan pasangan saat nyeri dubur terasa menyakitkan.
  • Cedera pada dasar panggul akibat pembedahan atau trauma.
  • Mengidap penyakit yang berhubungan dengan nyeri panggul kronis, seperti sindrom iritasi usus besar, endometriosis, atau sistitis.

Dilansir laman Pelvic Rehabilitation Medicine, terdapat faktor lokal dan sistemik yang diduga kuat berkontribusi terhadap perkembangan gejala LAS. Jika dikaji dari faktor lokal, ketegangan otot dasar panggul dapat berkorelasi terhadap permasalahan kesehatan mental, seperti stres dan kecemasan. Adapun faktor sistemik mengacu pada unsur genetika yang bisa diturunkan dari generasi ke generasi.

3. Faktor risiko

Ilustrasi perempuan terbaring menahan sakit (pexels.com/Polina Zimmerman)

Bicara perihal faktor risiko, levator ani syndrome banyak dikaitkan dengan beberapa persoalan yang menyangkut:

  • Riwayat medis: individu dengan pengalaman persalinan pervaginam (kelahiran lewat jalur vagina) memiliki risiko lebih tinggi terkena LAS, terlebih jika ada unsur sayatan atau sobekan vagina yang besar. Selain itu, riwayat terkait pembedahan atau trauma yang berhubungan dengan tulang belakang, panggul, dan anus juga dapat meningkatkan risiko LAS.
  • Disfungsi otot: salah satu masalah kesehatan yang berhubungan dengan disfungsi otot adalah defekasi dissinergi. Keadaan ini melibatkan ketidakmampuan otot-otot dasar panggul tidak berfungsi sebagaimana mestinya.
  • Penyakit radang: kondisi yang berhubungan dengan iritasi atau peradangan di dekat daerah dubur, termasuk sindrom iritasi usus besar, penyakit radang usus, sembelit kronis, serta infeksi dapat meningkatkan risiko LAS.

4. Diagnosis 

Ilustrasi proses diagnosis (pexels.com/Thirdman)

Diagnosis LAS tetap harus dilakukan untuk mengesampingkan kondisi lain yang mungkin ada kemiripan dengan gejala. Adapun penggalakan diagnosis bisa dilakukan dengan prosedur medis melalui evaluasi kesehatan menyeluruh dan tes khusus.

Tahap awal pemeriksaan fisik dilakukan dengan melakukan tinjauan medis secara lengkap. Dokter akan mencurigai sindrom ini apabila gejala yang dirasakan pasien melibatkan nyeri kronis pada area dubur dan sekitarnya selama 20 menit atau lebih. Selain itu, pasien yang bersangkutan juga merasakan nyeri tekan yang parah ketika mendapatkan sentuhan berupa tekanan. 

Beberapa tes khusus yang mungkin diberlakukan guna mengesampingkan masalah medis lain di antaranya:

  • Pengujian sampel feses.
  • Tes darah.
  • Tes pencitraan.
  • Endoskopi.

Baca Juga: Sindrom Syok Toksik: Penyebab, Gejala, Komplikasi, dan Pengobatan

Verified Writer

Indriyani

Full-time learner, part-time writer and reader. (Insta @ani412_)

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya