TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Hiperemesis Gravidarum: Penyebab, Gejala, dan Pengobatan

Sensasinya lebih ekstrem dibanding morning sickess

ilustrasi ibu hamil mengalami hiperemesis gravidarum (americanpregnancy.org)

Mual muntah alias morning sickness pada kehamilan trimester pertama adalah hal yang umum terjadi akibat perubahan hormon. Namun, bila mual muntah yang dirasakan parah dan frekuensinya sering, kondisi tersebut disebut sebagai hiperemesis gravidarum atau hyperemesis gravidarum.

Pernah dialami oleh figur publik seperti Kate Middleton, Amber Rose, dan Amy Schumer, yuk, kenali hiperemesis gravidarum, kondisi yang merupakan bentuk ekstrem dari morning sickness ini!

1. Apa itu hiperemesis gravidarum?

ilustrasi ibu hamil (freepik.com/freepik)

Berdasarkan International Statistical Classification of Disease and Related Health Problems, Tenth Revision yang diterbitkan oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO), hiperemesis gravidarum adalah kondisi ibu hamil mengalami periode muntah berlebihan secara terus-menerus, dimulai sebelum akhir minggu ke-22.

Kondisi ini umumnya dikaitkan dengan gangguan metabolisme seperti defisiensi karbohidrat, dehidrasi, atau ketidakseimbangan elektrolit.

2. Penyebab dan faktor risiko hiperemesis gravidarum

ilustrasi ibu hamil (freepik.com/valeria_aksakova)

Berdasarkan keterangan dari America Pregnancy Association, sebagian besar ibu hamil mengalami beberapa jenis morning sickness (70-80 persen). Studi menunjukkan bahwa setidaknya 60.000 kasus hiperemesis gravidarum dilaporkan oleh mereka yang dirawat di rumah sakit, tetapi jumlah asilinya diperkirakan jauh lebih tinggi karena banyak perempuan yang dirawat di rumah atau rawat jalan.

Mengutip MedlinePlus, kebanyakan ibu hamil mengalami morning sickness terutama sekala 3 bulan pertama kehamilan. Penyebab pastinya tidak diketahui. Namun, diyakini kondisi ini disebabkan oleh peningkatan kadar hormon dalam darah yang disebut human chorionic gonadotropin (HCG). HCG dilepaskan oleh plasenta. Morning sickness ringan sering terjadi, sedangkan hiperemesis gravidarum kurang umum dan lebih parah.

Menurut National Health Service (NHS), ada beberapa bukti ilmiah yang menunjukkan bahwa faktor genetik bisa membuat ibu hamil mengembangkan hiperemesis gravidarum. Jika ibu atau saudara kandung kamu mengalaminya, kemungkinan kamu pun demikian. 

Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko ibu hamil mengembangkan hiperemesis gravidarum, yaitu:

  • Riwayat hiperemesis gravidarum pada kehamilan sebelumnya
  • Kelebihan berat badan
  • Hamil kembar
  • Baru hamil pertama kali
  • Adanya penyakit trofoblas gestasional, yang melibatkan pertumbuhan abnormal sel-sel di dalam rahim

Baca Juga: 9 Cara Menjaga Kehamilan Sehat, Mengurangi Risiko Keguguran

3. Hiperemesis gravidarum vs morning sickness

ilustrasi ibu hamil mengalami morning sickness (mumsgrapevine.com.au)

Hiperemesis gravidarum dan morning sickness adalah kondisi yang berbeda, tapi gejala yang ditimbulkannya sama, yaitu mual dan muntah. Namun, efek dan komplikasinya berbeda.

Berikut ini perbedaan antara hiperemesis gravidarum dan morning sickness:

  • Mengutip laman HER Foundation, ibu hamil yang mengembangkan hiperemesis gravidarum kemungkinan besar kehilangan nafsu makan, yang akhirnya bikin berat badan drop. Sementara pada kasus morning sickness, biasanya ibu hamil tidak kehilangan nafsu makan dan tidak sampai memengaruhi berat badan secara signifikan.

  • Hiperemesis gravidarum lebih sulit untuk pulih dan bisa menyebabkan dehidrasi parah, sedangkan morning sickness biasanya hilang setelah 12-14 minggu masa kehamilan dan tidak menyebabkan dehidrasi parah.

  • Hiperemesis gravidarum memengaruhi kesehatan ibu hamil lebih signifikan, yaitu kelelahan selama berminggu-minggu, bahkan sampai berbulan-bulan. Ibu hamil yang mengalami morning sickness juga bisa mengalami kelelahan, tapi tidak separah pada hiperemesis gravidarum.

4. Berapa banyak ibu hamil yang mengalami hiperemesis gravidarum?

ilustrasi mual pada hiperemesis gravidarum (livescience.com)

Angka pastinya masih tanda tanya besar.

Menurut laman Victorian Agency for Health Information, hiperemesis gravidarum diperkirakan memengaruhi 3,6 persen kehamilan. Sementara mengutip WebMD, persentasenya kurang dari 3 persen.

Lain halnya dengan hasil studi dalam jurnal Obstetrics & Gynecology, yang menyebutkan bahwa hiperemesis gravidarum terjadi pada sekitar 0,3-2,3 persen kehamilan. Angka tersebut juga mirip dengan temuan sebuah studi dalam International Journal of Women’s Health, yaitu 0,3-2 persen.

5. Gejala hiperemesis gravidarum

ilustrasi mual (unsplash.com/Mehrpouya H)

Hiperemesis gravidarum biasanya muncul pada trimester awal kehamilan, dengan gejala mual muntah yang parah. Lengkapnya adalah sebagai berikut:

  • Mual yang intens
  • Muntah lebih dari 3-4 kali sehari
  • Kehilangan selera makan
  • Dehidrasi
  • Kekurangan vitamin dan mineral
  • Pusing
  • Tekanan darah rendah (hipotensi)
  • Berat badan turun sekitar 5 persen dari berat badan awal

Menurut keterangan dari National Organization for Rare Disorders, gejala tambahan HG bisa berupa peningkatan denyut nadi, produksi air liur meningkat (ptyalism), detak jantung lebih cepat (takikardia), dan bau mulut (bau keton).

6. Diagnosis

ilustrasi perempuan menjalani pemeriksaan ultrasound atau USG (pexels.com/MART PRODUCTION)

Diagnosis bisa ditegakkan lewat evaluasi klinis secara menyeluruh, riwayat kesehatan terperinci, dan gejala khas yang ditunjukkan ibu hamil.

Dokter mungkin juga akan memeriksa tekanan darah, denyut nadi, sampel darah, dan tes urine.

Cek ultrasonografi (USG) juga dapat dilakukan untuk mengetahui kondisi kehamilan, misalnya jika ada masalah tertentu atau mengandung bayi kembar. Hiperemesis gravidarum disebut-sebut lebih mungkin terjadi pada kehamilan kembar.

Baca Juga: 7 Gejala Khas di Trimester Ketiga Kehamilan, yuk Antisipasi!

Verified Writer

Indriyani

Full-time learner, part-time writer and reader. (Insta @ani412_)

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya