TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Phasmophobia: Gejala, Penyebab, Diagnosis, dan Perawatan

Ketika fobia hantu menjadi ancaman kesehatan

Ilustrasi gambar hantu (pexels.com/Ivan Samkov)

Phasmophobia merupakan istilah yang digunakan untuk melabeli seseorang yang memiliki ketakutan atau fobia intens terhadap hantu. Meskipun keberadaannya banyak menuai tanda tanya dan sikap skeptis, ketakutan pada hantu adalah fenomena nyata yang dapat dirasakan pengidap phasmophobia.

Orang dengan phasmophobia mungkin menyadari bahwa ketakutan berlebih mereka tidak berdasar. Namun, manifestasi ketakutan pada hantu dapat menyebabkan dampak negatif dalam hidup. Dengan demikian, orang dengan phasmophobia lebih mungkin merasa takut sendirian di rumah atau menghindari menonton acara TV atau film karena ketakutannya.

1. Gejala

Ilustrasi perempuan kesulitan tidur (pexels.com/Darina Belonogova)

Seseorang yang memiliki ketakutan berlebih terhadap hantu (phasmophobia) mungkin akan mengembangkan gejala, di antaranya adalah:

  • Serangan panik ketika terpapar oleh sesuatu yang berkaitan dengan hantu.
  • Kecemasan yang intens.
  • Rasa takut berlebihan.
  • Kesulitan untuk tidur sendirian.
  • Tidak mau pergi ke kamar mandi di malam hari.
  • Tidak mau sendirian.
  • Terjadi penurunan produktivitas akibat kurang tidur.

Studi dalam Frontiers in Psychiatry tahun 2018 mengungkap, orang dengan phasmophobia lebih mudah mengalami insomnia, kantuk di siang hari, dan kurang tidur secara kronis. Hal ini merupakan dampak akibat ketakutan berlebih terhadap hantu.

2. Penyebab 

Ilustrasi laki-laki ketakutan (pexels.com/Faruk Tokluoğlu)

Phasmophobia sering kali disebabkan oleh kombinasi dari berbagai faktor yang bisa berkontribusi. Beberapa kemungkinan penyebab ketakutan yang intens terhadap hantu, meliputi:

  • Genetika: beberapa bukti ilmiah menunjukkan bahwa genetika dapat berperan dalam pengembangan ketakutan yang intens, salah satunya phasmophobia. Salah satu studi kembar dalam Journal of Anxiety Disorders menunjukkan adanya hubungan antara genetika dan perkembangan ketakutan tertentu.
  • Pengalaman yang dipelajari: rasa takut pada hantu bisa dialami karena pengalaman-pengalaman tertentu dalam hidup. Misalnya, pengalaman negatif tinggal di rumah berhantu yang dapat menyebabkan kecemasan. Selain itu, seorang anak yang menyadari orang tuanya takut pada hantu juga bisa “belajar” dari ketakutan orang dewasa tersebut.
  • Pengalaman traumatis: kematian orang yang dicintai merupakan bentuk pengalaman traumatis yang dapat berkontribusi terhadap perkembangam phasmophobia dalam beberapa kasus.
  • Pengaruh budaya: keyakinan tentang hantu dapat mempengaruhi seseorang yang berhubungan dengan kecemasan. Ini bisa jadi dasar tercetusnya fobia spesifik, salah satunya phasmophobia

Baca Juga: Philemaphobia (Fobia Ciuman): Gejala, Risiko, Pengobatan

3. Diagnosis 

Ilustrasi proses diagnosis dengan melibatkan psikolog (pexels.com/Alex Green)

Phasmophobia bukan termasuk kondisi yang berdiri sendiri dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders-5 (DSM-5). Akan tetapi, untuk menegakkan diagnosis, penyedia layanan kesehatan dapat menggunakan kriteria diagnosis resmi untuk fobia tertentu.

Penyedia layanan kesehatan, misalnya psikolog dapat mengajukan berbagai pertanyaan mengenai gejala fobia yang dialami. Selanjutnya, menganalisis pengaruh fobia terhadap keberlangsungan kehidupan sehari-hari pasiennya. Di samping itu, penyedia layanan kesehatan mungkin akan memberlakukan prosedur diagnosis tambahan untuk mengesampingkan kondisi tertentu. 

4. Perawatan 

Ilustrasi pengobatan bagi penderita phasmophobia (pexels.com/cottonbro)

Beberapa orang dengan fobia spesifik, termasuk phasmophobia, mungkin merasa malu dengan kondisi yang mereka alami. Hal ini bisa jadi memengaruhi intervensi yang seharusnya mereka dapatkan guna memanajemen kondisi tersebut.

Menimbang pentingnya manajemen kondisi bagi penderita fobia, maka penyedia layanan kesehatan memberikan beberapa opsi terkait pengobatan dan perawatan. Setidaknya ada tiga pendekatan utama untuk mengelola phasmophobia, yakni:

  • Terapi eksposur: pilihan pengobatan untuk membantu mengelola gejala phasmophobia. Dalam terapi eksposur, penyedia layanan kesehatan akan memperkenalkan objek atau situasi yang cenderung memicu ketakutan. Melalui proses 'pembiasaan', pasien akan menghadapi sumber ketakutan saat mempraktikkan teknik relaksasi terpandu.
  • Pemberian obat-obatan: beberapa obat yang mungkin akan diresepkan seperti, beta-blocker atau obat anti-kecemasan untuk membantu mengurangi rasa takut jangka pendek.
  • Terapi perilaku kognitif: profesional kesehatan mental dapat membantu seseorang dengan phasmophobia mengubah pola pikir mereka tentang hantu, termasuk dunia supranatural.

Baca Juga: 7 Fobia Aneh yang Membuatmu Berpikir Dua Kali, Emangnya Ada?

Verified Writer

Indriyani

Full-time learner, part-time writer and reader. (Insta @ani412_)

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya