TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

75 Tahun Merdeka, tapi Indonesia Belum Bebas dari 10 Penyakit Ini!

#MenjagaIndonesia Masih banyak PR kita dalam aspek kesehatan

Ilustrasi protokol kesehatan (IDN Times/Reja Gussafyn)

Tahun ini, bangsa kita merayakan 75 tahun kemerdekaan dari jajahan bangsa asing. Namun, sayangnya Indonesia belum bisa disebut merdeka seutuhnya. Bangsa ini masih memiliki segudang permasalahan yang perlu diselesaikan, salah satunya di bidang kesehatan. 

Menilik data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) dan Infodatin Kementrian Kesehatan RI, inilah 10 jenis penyakit yang masih “menjajah” kita karena angka prevalensinya (jumlah orang berpenyakit dalam populasi) yang tergolong tinggi. Apa sajakah penyakit yang dimaksud? Simak berikut ini!

1. Tuberkulosis

birmingham.ac.uk

Penyakit pertama yang masih belum terselesaikan di Indonesia adalah tuberkulosis (TB). Gangguan pernapasan yang juga menjadi masalah global ini menempati peringkat ke-10 penyebab kematian tertinggi di dunia menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO). 

Berdasarkan data Infodatin Kemenkes RI, per tahun 2018 kasus TB di Indonesia meningkat dari 35,8 persen menjadi 42,4 persen. Tercatat bahwa ini adalah angka tertinggi dalam 10 tahun terakhir. 

Perlu diketahui bahwa penyakit paru-paru ini menular melalui udara atau airborne. Gejalanya meliputi batuk yang berkepanjangan (tiga minggu atau lebih), batuk berdarah dan berdahak, nyeri dada, demam, dan hilangnya nafsu makan. 

2. Berbagai macam kanker

nbcnews.com

Tak perlu diragukan lagi, kanker adalah salah satu penyakit yang paling ditakuti oleh masyarakat Indonesia. Pasalnya, pasien kanker sering kali berakhir dengan kondisi yang buruk atau bahkan tak terselamatkan karena terlambat dideteksi.

Menurut data dari Riskesdas tahun 2018, angka prevalensi kanker secara keseluruhan meningkat dari 1,4 per seribu penduduk (2013) menjadi 1,8 per seribu penduduk (2018). Total kematiannya cukup tinggi, yaitu sebesar 207 ribu kasus per tahunnya, menurut data dari Global Cancer Observatory 2018.

Masih dari sumber yang sama, berikut ini jenis kanker yang paling banyak diderita penduduk Indonesia:

  1. Kanker payudara: 16,7 persen;
  2. Kanker serviks: 9,3 persen;
  3. Kanker paru-paru: 8,6 persen;
  4. Kanker usus besar: 8,6 persen;
  5. Kanker hati: 5,3 persen.

Sementara itu, jenis kanker paling mematikan di Indonesia secara urut ditempati oleh kanker paru-paru, kanker payudara, kanker serviks, kanker hati, dan leukemia. 

3. Stroke

alterg.com

Dilansir Mayo Clinic, stroke terjadi ketika suplai darah ke otak terhambat atau berkurang. Sel-sel otak akhirnya tidak mendapatkan oksigen dan nutrisi yang cukup. Jika tidak ditangani secara tepat, kondisi tersebut dapat membunuh hanya dalam hitungan menit.

Secara global, stroke adalah penyebab kematian nomor dua di dunia setelah penyakit jantung iskemik. Lalu bagaimana kondisi penyakit ini di negara kita?

Data dari Riskesdas 2018 menyatakan bahwa prevalensi stroke mengalami peningkatan yang cukup besar, dari 7 per seribu penduduk (2013) menjadi 10,9 per seribu penduduk (2018).

Tak hanya itu, sepanjang tahun 2017, sebanyak 29,2 persen kematian di Indonesia disebabkan oleh penyakit ini. Jadi, bisa dibilang bahwa stroke adalah pembunuh nomor satu di Tanah Air.

4. Diabetes melitus

healthline.com

Berikutnya ada diabetes melitus atau penyakit gula. Kondisi ini dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu diabetes tipe 1 dan 2. Diabetes tipe 1 disebabkan karena pankreas tidak mampu memproduksi insulin, sementara diabetes tipe 2 terjadi karena tubuh tak bisa menggunakan insulin yang dihasilkan secara optimal.

Menurut data WHO, Indonesia menempati peringkat keenam negara dengan penderita diabetes tertinggi di dunia, yaitu 10,3 juta pasien pada tahun 2017. Diperkirakan angka tersebut terus meningkat hingga mencapai 16,7 juta orang di tahun 2045. 

Baca Juga: Benarkah Golongan Darah O Lebih Kebal terhadap COVID-19? Ini Faktanya!

5. Hepatitis

sinclairstoryline.com

Beberapa tahun terakhir wabah hepatitis terjadi di beberapa wilayah di Indonesia. Penyakit menular yang menyerang organ hati ini masih menjadi masalah di negara kita, terutama di daerah dengan sanitasi buruk. 

Hepatitis bisa dibagi menjadi tujuh macam, yaitu hepatitis A, B, C, D, E, hepatitis toksik, dan autoimun. Namun, kasus yang paling banyak terjadi di Indonesia adalah hepatitis B yang menular melalui cairan tubuh dan hepatitis A yang menular secara fecal-oral. 

Data dari Riskesdas 2013 menyebutkan bahwa prevalensi hepatitis di Indonesia adalah 1,2 orang dari seribu penduduk. Angka ini bertambah dua kali lipat dibandingkan tahun 2007. Kemenkes pun mengatakan bahwa jumlah kasus penyakit ini terus meningkat setiap tahunnya.

6. Malaria

newatlas.com

Malaria adalah salah satu penyakit paling tua di dunia yang diperkirakan telah menjangkiti manusia sejak jutaan tahun yang lalu. Tak kunjung tuntas, prevalensi penyakit ini rupanya cukup tinggi di Indonesia. 

Berdasarkan data Kemenkes, hingga tahun 2017 sudah ada 261.671 kasus malaria di Indonesia, dan 100 orang di antaranya meninggal dunia. Walaupun 72 persen masyarakat Indonesia telah tinggal di wilayah bebas malaria, 28 persen lainnya masih menempati wilayah endemik.

Sejumlah tindakan pencegahan telah dilakukan. Di antaranya dengan memberikan vaksin hingga membasmi nyamuk yang membawa penyakit tersebut. Kemenkes menargetkan negara kita akan bebas dari penyakit ini di tahun 2030.

7. HIV

nyctherapy.com

Laporan dari United Nations Programme on HIV/AIDS (UNAIDS) menyatakan bahwa penanganan HIV di Indonesia masih jauh dari standar yang ditetapkan. Lembaga tersebut juga mengatakan bahwa negara kita menempati peringkat ketiga kasus HIV terbanyak di Asia Pasifik.

Bagaimana tidak, per tahunnya diperkirakan ada penambahan 46 ribu kasus HIV baru di negara tercinta ini. Jumlah tersebut terlampau banyak, bahkan tujuh kali lipat dari kasus di negara tetangga, Thailand. 

Tak cukup sampai di situ saja, orang dengan HIV/AIDS (ODHA) juga kurang mendapatkan dukungan. Mereka bahkan sering kali mengalami diskriminasi karena masyarakat menempelkan stigma yang buruk kepada mereka.

8. Stunting

stefvanbuuren.name

Tahukah kamu bahwa satu dari tiga balita di Indonesia mengalami stunting?

Stunting merupakan gagalnya pertumbuhan anak karena kekurangan gizi dalam jangka waktu yang lama. Tak hanya menyebabkan tubuh menjadi pendek dan kurus, kondisi tersebut juga menyebabkan keterlambatan pertumbuhan otak. 

Kondisi stunting di Indonesia bisa dibilang parah. Kita menempati peringkat ketiga negara dengan kasus stunting terbanyak di Asia. Tak hanya itu, data dari Riskesdas tahun 2018 menyebutkan bahwa angkanya mencapai 30,8 persen. Padahal, menurut data dari WHO, angka tersebut tidak boleh lebih dari 20 persen.

Kenapa kasus stunting di Indonesia masih mengkhawatirkan? Kemungkinan pertama adalah minimnya pengetahuan orangtua mengenai gizi yang seimbang untuk anak. Kedua, kondisi ekonomi juga turut berperan dalam masalah ini. 

9. Campak dan rubela

medicalnewstoday.com

Tak boleh ketinggalan, campak dan rubela juga termasuk penyakit yang belum terselesaikan di Indonesia. Keduanya ditandai dengan kemunculan ruam merah yang gatal di kulit. 

Campak biasanya berlangsung selama kurang lebih sepuluh hari dan sangat menular. Sementara rubela atau campak jerman memiliki gejala yang lebih ringan dan waktu infeksinya lebih singkat, yakni sekitar lima hari.

Bagaimana kondisi campak dan rubela di Indonesia? Data Kemenkes menyebutkan bahwa terdapat kenaikan kasus dari tahun 2015 hingga 2017, yaitu dari 3,2 kasus per 100 ribu penduduk menjadi 5,6 kasus per 100 ribu penduduk. 

Salah satu penyebab kenaikan ini adalah semakin banyaknya orang yang menganut gerakan antivaksin. Umumnya hal ini dilatarbelakangi oleh ketidakpercayaan masyarakat akan pentingnya vaksin. Padahal, vaksin merupakan menawarkan perlindungan terbaik terhadap banyak penyakit, termasuk campak dan rubela.

Baca Juga: 10 Minyak Gosok Khas Indonesia dengan Banyak Khasiat, Ada Favoritmu?

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya