TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Apakah Orang yang Sudah Terinfeksi COVID-19 Butuh Vaksin? Ini Faktanya

Apakah cukup hanya mengandalkan imunitas alami?

freepik.com/freepik

Setelah melalui proses pengembangan dan uji klinis selama berbulan-bulan, sebagian vaksin COVID-19 telah diberikan kepada masyarakat. Bahkan, pemerintah Indonesia juga mengaku telah siap menyalurkan produk yang diharapkan bisa menghentikan pandemik tersebut kepada masyarakat. 

Ini merupakan kabar yang menjanjikan bagi seluruh masyarakat dunia. Namun 652.513 pasien yang telah sembuh dari COVID-19 di Indonesia (data per 6/1/2021) pasti bertanya-tanya, apakah mereka juga membutuhkan vaksin tersebut? 

Sebelumnya, sejumlah studi menyatakan bahwa para penyintas atau orang-orang yang telah terinfeksi dan sembuh dari COVID-19 biasanya memiliki kekebalan terhadap penyakit tersebut. Namun, benarkah mereka tidak membutuhkan vaksin? Simak penjelasannya berikut ini!

1. Benarkah orang yang telah terinfeksi memiliki imunitas?

freepik.com/pressfoto

Imunitas yang dimiliki para penyintas COVID-19 telah menjadi perdebatan sejak awal pandemik. Tak bisa dimungkiri, sebagian pasien yang telah sembuh memang jadi lebih kebal terhadap virus SARS-CoV-2. 

Menurut studi yang telah dilakukan, kekebalan ini dihasilkan karena tubuh telah mengenali karakteristik virus tersebut. Jadi, ketika virus yang sama menyerang kembali, sistem imun memiliki data yang bisa mereka gunakan untuk memeranginya. 

Baca Juga: Makin Sehat di 2021, Ini 7 Hal yang Harus Ada di Resolusi Tahun Barumu

2. Seperti apa imunitas para penyintas COVID-19?

freepik.com/drobotdean

Menurut penjelasan di laman Health, imunitas yang dihasilkan setiap pasien COVID-19 berbeda-beda dan sulit untuk ditebak. Stephen Russel, MD, PhD, dokter sekaligus co-founder Imanis Life Sciences mengatakan bahwa orang yang mengalami gejala berat cenderung memiliki imunitas yang lebih tinggi. 

Ini berarti, bahwa semakin buruk kondisi pasien saat tertular COVID-19, semakin kuat pula imunitas yang dibentuk oleh tubuh. Jadi, jika kamu penyintas COVID-19 dan mengalami gejala yang ringan hingga sedang, sistem imun diprediksi tak cukup kuat dalam melawan infeksi berikutnya.

Akan tetapi, masih banyak faktor yang tidak diketahui mengenai imunitas. Pertama, kita tak bisa mengekspektasikan setiap orang bereaksi sesuai dengan prediksi para ahli. Kedua, kita tak tahu sekuat apa imunitas dan sampai kapan tubuh terlindungi dari virus yang sama. Terlebih lagi, kasus infeksi ulang semakin banyak terjadi di seluruh dunia.

3. Para ahli menyarankan agar penyintas juga menerima vaksin COVID-19

pexels.com/Gustova Fring

Karena sistem imun tiap orang bereaksi berbeda terhadap virus, para ahli menyarankan agar vaksin diberikan kepada seluruh masyarakat global. Termasuk kepada para penyintas COVID-19 sebagai langkah pencegahan.

Lebih lanjut, imunitas yang terbentuk setelah sembuh dari COVID-19 diprediksi hanya berlaku selama tiga hingga empat bulan, menurut laporan yang dipaparkan laman Healthline. Namun, data ini belum valid karena tidak ada bukti ilmiah yang pasti mengenainya.

4. Dengan vaksinasi, penyintas diharapkan terhindar dari infeksi ulang

pexels.com/Nataliya Vaitkevich

Imunitas yang terbentuk setelah sembuh dari COVID-19 tentu bisa melemah. Di situlah vaksin diharapkan bisa bekerja. Setelah penyintas COVID-19 menerima vaksin, imun tubuh mereka akan menjadi lebih kuat dan mengenal kembali karakteristik virus. Dengan begitu, diharapkan para penyintas akan terhindar dari potensi infeksi ulang atau reinfeksi.

Namun, perlu diperhatikan bahwa vaksin tidak boleh diberikan saat seseorang masih sakit. Melansir Health, vaksinasi hanya bisa dilakukan setelah pasien benar-benar sembuh, terbukti negatif, dan selesai melakukan isolasi mandiri. Jika tidak, dikhawatirkan vaksin tak mampu bekerja maksimal atau bahkan menimbulkan efek yang tidak diinginkan.

Baca Juga: Catat, 7 Tanda Orang Pernah Tertular COVID-19 Tanpa Disadari

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya