TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Suka Pakai Parfum Refill atau Isi Ulang? Pahami Bahayanya!

Memang lebih murah, tapi ada risiko di baliknya

ilustrasi pemakaian parfum (fragrancespot.com)

Walaupun sering menjadi bahan candaan di media sosial, parfum refill atau isi ulang banyak diminati oleh masyarakat. Berkatnya, kita bisa mencoba wewangian yang dikeluarkan oleh brand ternama tanpa perlu mengeluarkan banyak biaya. Parfum seharga jutaan rupiah bisa kita dapatkan tiruannya hanya dengan puluhan hingga ratusan ribu rupiah saja. Siapa yang tak tergoda?

Sayangnya, parfum refill, palsu, KW, dan sebangsanya menyimpan berbagai risiko kesehatan. Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) bahkan telah memperingatkan masyarakat mengenai hal ini. Ingin tahu seperti apa risiko pemakaian parfum-parfum tiruan dengan harga murah tersebut? Berikut penjelasannya!

1. Sulit untuk mendeteksi bahan-bahan yang dikandung oleh parfum isi ulang, palsu, dan KW

ilustrasi parfum (freepik.com/KamranAydinov)

Tak seperti parfum dengan merek yang jelas, wewangian isi ulang tidak mencantumkan komposisinya. Umumnya, hanya ada label nama di botolnya. Kira-kira apa saja kandungan dari parfum tersebut?

Sayangnya, tak ada yang bisa mengetahui komposisi parfum tersebut secara pasti. Studi dari The Campaign for Safe Cosmetics menuturkan bahwa setidaknya ada puluhan hingga ratusan bahan kimia yang digunakan sebagai campuran wewangian itu. Akan tetapi, sulit untuk menguraikan setiap komponennya karena telah tercampur menjadi satu. 

Ketidaktahuan konsumen tentang isi parfum tersebut membuatnya tidak sadar tentang bahaya yang mungkin ditimbulkan di kemudian hari. Terlebih, mengutip Harpers Bazaar, wewangian merupakan produk kecantikan yang "dicerna" oleh tubuh. Sebab, ketika kita menyemprotkannya ke kulit, cairan tersebut terserap ke dalam pori-pori. Jika ada bahan berbahaya, dampaknya mungkin bisa fatal. 

2. Salah satu bahan kimia berbahaya yang ditemukan adalah metanol

ilustrasi pemakaian parfum (pexels.com/cottonbro)

Walaupun sulit dilakukan, pada tahun 2016, BPOM berhasil mengidentifikasi satu bahan kimia berbahaya yang terkandung di mayoritas parfum refill Indonesia. Ia adalah metanol. Bahan kimia tersebut biasanya digunakan oleh penjual untuk melarutkan bibit parfum. 

Pemakaian metanol bisa dibilang cukup umum dilakukan. Namun sayangnya, banyak penjual yang tidak memahami dosisnya. Di antara 75 sampel yang diambil, 40 persen tak memenuhi syarat keamanan karena kandungan metanolnya melampaui batas wajar. Seharusnya kadar bahan kimia tersebut tidak boleh lebih dari 5 persen, menurut standar International Fragrance Association (IFRA), badan internasional yang menangani isu kosmetik. 

Baca Juga: Ini yang Dimakan Nabi Muhammad SAW saat Sahur dan Buka Puasa

3. Metanol dapat menimbulkan berbagai masalah kesehatan jika digunakan berlebihan

ilustrasi parfum (you.co.uk)

Lalu sebenarnya apa itu metanol? Dikenal pula sebagai metil etanol, ini merupakan alkohol ringan yang biasa digunakan untuk berbagai keperluan. Mulai dari pelarut cairan di laboratorium, pembuatan plastik, plywood, bahan bakar, hingga campuran parfum. 

Akan tetapi, pemakaian metanol dalam jumlah besar memiliki dampak yang buruk untuk tubuh kita. Dilansir MSDS Online, zat toksik ini mampu menimbulkan kebutaan jika terkena area mata, keracunan pada sistem saraf pusat, hingga koma. 

BPOM menambahkan bahwa menghirup metanol berlebihan juga bisa menimbulkan sesak napas. Sementara jika terkena kulit, bahan kimia tersebut dapat menimbulkan iritasi. Bahkan kedua efek ini bisa dirasakan secara langsung atau dalam jangka pendek. 

4. Ini bahan kimia lain yang berisiko untuk kesehatan

ilustrasi parfum (pexels.com/Castorly Stock)

Dari penelitian BPOM, mereka hanya menyebutkan metanol sebagai bahan kimia yang wajib diwaspadai terkait dengan parfum refill di Indonesia. Namun, menurut laporan IFRA, masih ada dua bahan kimia lain yang mungkin terkandung di dalam parfum yang beredar di pasaran.

Yang pertama adalah acetaldehyde. Ini merupakan salah satu jenis etanol yang dilabeli bersifat karsinogenik oleh The International Agency for Research on Cancer (IARC). Artinya, jika dipakai secara berlebihan, acetaldehyde dapat meningkatkan risiko kanker. Begitu pula dengan penyakit ginjal, pernapasan, dan reproduksi. Umumnya efek tersebut baru timbul dalam jangka panjang. 

Bahan kedua adalah benzophenone. Bahan kimia ini memang sering dipakai dalam kosmetik, termasuk parfum. Akan tetapi, jika konsentrasinya di atas 10 persen, ia dapat menimbulkan gangguan pada kelenjar endokrin.

Baca Juga: 10 Cara Menurunkan Berat Badan Lebih Cepat saat Berpuasa Ramadan

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya