TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Gambaran Prediksi Akhir Pandemik COVID-19, Berkaca dari Wabah Lainnya

Akankah terjadi herd immunity seperti di masa flu Spanyol?

fox4kc.com

Dimulai dari Wuhan, Tiongkok, COVID-19 yang disebabkan oleh virus corona strain baru SARS-CoV-2 merebak dan akhirnya menjadi penyakit yang ditakuti di seluruh dunia. Semua orang tahu mengenai awal mula pandemik ini. Virus tersebut kemungkinan besar dibawa oleh hewan dan akhirnya menginfeksi manusia. 

Yang masih menjadi spekulasi adalah bagaimana COVID-19 akan berakhir dan sampai kapan kita akan menghadapinya. Diprediksi bahwa akhir pandemik kali ini kemungkinan besar tidak jauh berbeda dari pandemik sebelumnya. Seperti apa, ya, gambarannya? Simak berikut ini!

1. Berkaca dari flu babi, pandemik menjadi endemik dan penyakit musiman

globaltimes.cn

Dilansir ABC News, pandemik pertama yang bisa dijadikan pelajaran adalah flu babi yang disebabkan oleh virus H1N1 pada 1918-1919. Ketika pandemik ini terjadi, semua elemen masyarakat tidak siap. Itulah kenapa dalam waktu 2-3 tahun, flu babi menginfeksi sekitar 500 juta orang dan membunuh sedikitnya 50 juta orang.

Walaupun begitu, virus kemudian melemah tetapi tetap hidup di tengah masyarakat. Tahun-tahun berikutnya, flu babi pun menjadi endemik, wabah yang menyerang wilayah tertentu dalam satu waktu. Korban yang jatuh pun jumlahnya tidak sebanyak dulu.

Hingga puluhan tahun berikutnya, flu babi berubah lagi dan menyandang predikat penyakit musiman. Penyakit tersebut hanya muncul di waktu dan wilayah tertentu. Dilansir Scientific American, virus H1N1 pun hampir habis karena digantikan oleh H2N2 di tahun 1957. Ini merupakan salah satu sifat virus. Ketika ada strain baru, strain yang lama melemah perlahan.

Baca Juga: Mengenal Happy Hypoxia, Gejala Tak Biasa COVID-19 yang Ancam Nyawa

2. Wabah ini bisa berakhir dengan karantina, seperti kasus SARS

businessday.ng

Berikutnya ada SARS, penyakit pernapasan yang juga disebabkan oleh virus corona dengan jenis berbeda. Tak seperti COVID-19, SARS lebih tidak menular. Sebab, virus baru bisa menyebar ketika pasien telah memasuki kondisi yang parah. 

Ketika wabah ini berlangsung, negara-negara yang terdampak melakukan karantina pasien dengan ketat. Mereka harus tetap di rumah sakit hingga dinyatakan sembuh untuk bisa keluar lagi. 

Dua faktor di atas adalah alasan kenapa SARS tidak menimbulkan banyak korban seperti COVID-19, walaupun virus penyebabnya mirip. Wabah terparah hanya terjadi di wilayah Asia Timur dan Toronto, Kanada.

3. Mungkin saja tebentuk herd immunity seperti di masa flu Spanyol

wikimedia.org

Salah satu pandemik terbesar di dunia adalah flu Spanyol yang terjadi pada tahun 1918. Diperkirakan 500 juta orang terinfeksi dan 50 juta di antaranya meninggal dunia. Setidaknya sepertiga populasi dunia tertular penyakit tersebut. 

Lebih buruknya lagi, pada tahun 1918, tidak ada vaksin yang berhasil digarap untuk menuntaskan pandemik ini. Virus terus hidup bersama manusia hingga tiga tahun berikutnya. 

Yang membuat pandemik ini mereda adalah terbentuknya herd immunity atau kekebalan kelompok. Karena begitu banyaknya orang yang terinfeksi, tubuh penyintas pun membentuk imunitas, sehingga mereka tidak akan tertular oleh virus yang sama lagi. 

Virus yang tidak memiliki inang yang bisa diinfeksinya pun perlahan melemah. Flu Spanyol kemudian menjadi penyakit musiman hingga tahun 1958. Selama puluhan tahun itu, muncullah strain virus lain yang menggantikan keberadaannya. 

4. Vaksin diperlukan untuk bisa menghentikan penularan sepenuhnya

abc.net.au

Salah satu cara untuk sepenuhnya terbebas dari pandemik adalah vaksin. Metode penguat imunitas tubuh inilah yang akhirnya bisa mengendalikan pandemik flu babi yang terjadi lagi di tahun 2009. 

Dilansir Scientific American, saat itu para ahli berhasil menemukan vaksin hanya dalam waktu enam bulan. Sebab, virus ini sudah pernah menginfeksi puluhan tahun sebelumnya. 

Saat ini pun vaksin COVID-19 sedang gencar dibuat di berbagai belahan dunia. Namun, tentu saja pengembangannya butuh waktu yang tidak sebentar. Terlebih, virus sejenis flu seperti SARS-CoV-2 bermutasi setiap hari, sehingga ilmuwan harus benar-benar teliti dan presisi saat membuat vaksin. 

Baca Juga: Apa Jadinya Jika Vaksin COVID-19 Tak Ditemukan? Ini 7 Gambarannya!

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya