TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Ini Kabar Terbaru Vaksin dan Inovasi untuk Atasi COVID-19 di Indonesia

Apakah vaksin masih membutuhkan waktu yang lama?

vijesti.hrt.hr

Perjalanan Indonesia untuk mengatasi pandemik COVID-19 masih terus berlanjut. Setelah beberapa wilayah terutama kota besar mencabut status pembatasan sosial berskala besar (PSBB), ini adalah waktunya untuk membiasakan diri hidup bersama dengan COVID-19. 

Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (Menristek/Kepala BRIN) Bambang PS Brodjonegoro dalam acara "Ngobrol Seru" IDN Times pada Kamis (11/6) mengatakan bahwa pola hidup seperti ini harus dilaksanakan cepat atau lambat setidaknya sampai vaksin COVID-19 ditemukan.

Ia juga menambahkan bahwa terdapat sejumlah produk inovasi COVID-19 yang telah ditemukan berkat kolaborasi sejumlah pihak sehingga kita tak perlu mengimpor lagi. 

Untuk mengetahui perkembangan vaksin di Indonesia beserta dengan produk inovasi lainnya, simak penjelasan berikut ini!

1. Indonesia memiliki dua strategi pengembangan vaksin, yang pertama adalah membuatnya sendiri dari nol

pharmaceutical-technology.com

“Kita berupaya agar Indonesia tidak ketinggalan dalam pengadaan vaksin. Karenanya kita melakukan pengembangan vaksin secara paralel, di satu sisi kita mengembangkan sendiri dari awal. Di sisi lain, bekerja sama dengan perusahaan asing sehingga Indonesia bisa menjadi lokasi uji klinis,” kata Bambang

Untuk strategi pertama, Eijkman adalah lembaga yang memimpinnya. Hingga saat ini, mereka telah mendapatkan total 13 whole genome sequencing yang nantinya bisa mempermudah pembuatan vaksin. Dari ketigabelasnya, tujuh berasal dari Eijkman dan enam dari Universitas Airlangga. 

Perlu diketahui bahwa whole genome sequencing merujuk pada genome atau karakter virus corona atau SARS-CoV-2. Data tersebut dapat menjadi pondasi para peneliti untuk menciptakan vaksin yang ampuh.

Namun sayangnya, Bambang sendiri mengaku bahwa perjalanan untuk mendapatkan vaksin ini masih lama. Perlu beberapa kali uji klinis sebelum vaksin diproduksi secara massal. Jadi, proses pengembangan vaksin ini akan terus berlanjut setidaknya hingga akhir tahun nanti. 

"Bio Farma, satu-satunya pengembang vaksin di Indonesia sendiri kapasitasnya 200 juta ampul per tahun, tapi kebutuhan vaksin COVID-19 di Indonesia itu diperkirakan 350 juta," ungkapnya.

Baca Juga: Mengenal Tes Serologi, Alternatif Rapid Test COVID-19 yang Lebih Murah

2. Strategi kedua adalah dengan menggandeng negara lain

euronews.com

Strategi paralel yang adalah dengan menggandeng negara lain yang juga sedang membuat vaksin. Melalui cara ini, Bambang mengatakan bahwa nantinya jika Indonesia menjadi lokasi uji klinis vaksin tersebut, perusahaan farmasi dapat memproduksinya secara massal untuk kebutuhan masyarakat. 

“Jadi seed vaccine-nya dikembangkan oleh negara asing. Kalau cocok, perusahaan seperti Biofarma dan Kalbefarma bisa membuat vaksin itu untuk kebutuhan masyarakat Indonesia,” kata Bambang

3. Produk inovasi untuk mencegah dan mendiagnosis COVID-19

vox.com

Karena vaksin masih membutuhkan waktu yang lama, sebagai upaya pencegahan, pemerintah memiliki produk inovasi COVID-19 yang bisa digunakan sekarang ini. Berikut ini sejumlah produk yang dimaksud:

  • Immunomodulator: suplemen imun yang secara khusus digunakan untuk mencegah COVID-19;
  • PCR Test Kit: alat swab yang dapat mendeteksi keberadaan SARS-CoV-2 pada saluran pernapasan;
  • Rapid Diagnostics Test Kit: tes cepat untuk mendeteksi antibodi yang dibentuk ketika seseorang terpapar SARS-CoV-2.

4. Produk inovasi untuk menurunkan angka kematian akibat COVID-19

evidentlycochrane.net

Selain produk untuk mencegah, ada pula terapi berupa plasma konvalesens yang ditujukan untuk orang-orang dengan gejala berat dan menggunakan ventilator. Pengobatan ini dilakukan dengan cara menginjeksikan plasma darah orang yang telah sembuh dari COVID-19. 

Di dalam plasma tersebut diharapkan tersimpan antibodi yang bisa membantu pasien melawan SARS-CoV-2  yang ada di tubuhnya. Bambang mengungkapkan bahwa sejauh ini, terapi plasma konvalesens menunjukkan hasil yang baik.

“Di Rumah Sakit Angkatan Darat, mayoritas yang mendapatkan ini (plasma konvalesens) bisa sembuh. Memang masih ada yang meninggal, tapi kebanyakan karena mereka komorbid, yaitu yang punya penyakit berat lain,” ungkap Bambang

Baca Juga: Sambut New Normal, Benarkah Face Shield Lebih Baik daripada Masker?

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya