TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

239 Ahli di Seluruh Dunia Klaim COVID-19 Airborne, Menular lewat Udara

Kritik untuk WHO yang sering menampik kemungkinan airborne

npr.org

Airborne atau tidak airborne? Perkara ini telah menjadi perdebatan sengit sejak COVID-19 dinyatakan sebagai pandemik. Tak ada yang mengira bahwa penyakit pernapasan akut ini bisa menyebar secepat itu ke seluruh dunia padahal virus tersebut dinyatakan tidak airborne atau tidak menular melalui udara.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengklaim sebelumnya bahwa COVID-19 tidak airborne, setidaknya di kondisi normal. Namun para ahli di seluruh penjuru dunia menuntut WHO untuk mengubah pernyataan tersebut karena mereka menemukan bukti bahwa COVID-19 bisa menular lewat udara. 

Berikut ini penjelasannya dilansir New York Times dan berbagai sumber lain!

1. Sebelumnya WHO mengatakan COVID-19 mungkin airborne ketika ada aerosol di lingkungan sekitar

Débora F. Barreto-Vieira/Fiocruz

Update terbaru dari WHO mengenai dugaan COVID-19 airborne dirilis pada 29 Juni 2020. Melalui publikasi resmi, berikut ini pernyataannya:

“Transmisi udara (airborne) dari virus penyebab COVID-19 mungkin terjadi dalam kondisi dan pengaturan di mana prosedur pembuatan aerosol (AGP) dilakukan,” tulis WHO. “Masih tidak jelas apakah aerosol yang dihasilkan oleh terapi nebulizer atau high-flow oxygen menular atau tidak, mengingat data masih terbatas.”

Perlu diketahui bahwa aerosol adalah partikel padat atau cair yang sangat halus di udara (fine particle). Contoh alami aerosol adalah asap dan kabut. Kamu juga bisa menemukannya pada parfum, hair spray, dan asap rokok. 

Lebih lanjut, IDN Times menghubungi Sidrotun Naim, Ph.D., M.P.A., virolog dan analis kebijakan Indonesia Strategic Institute (Instrat) Bandung untuk memperjelas hal ini. Berikut pendapatnya:

"SARS-CoV-2 dianggap mungkin airborne sebagai kehati-hatian karena hasil eksperimen oleh New England Journal of Medicine (berlaku terutama di lingkungan medis). Tapi secara umum, SARS-CoV-2 tidak airborne. Kalau di rumah sakit, bisa kalau kena karena nasocomial (infeksi yang berasal dari rumah sakit),"  terang virolong tersebut.

Jadi, yang ingin dikatakan WHO adalah SARS-CoV-2 dapat menempel di udara yang mengandung aerosol. Mereka juga sempat mengatakan melalui akun Instagramnya bahwa masyarakat tidak perlu khawatir dengan kemungkinan airborne ini. Sebab droplet dari pasien tidak akan menggantung di udara dalam waktu yang lama, sehingga tak akan sempat menginfeksi. Namun, banyak peneliti mendapatkan temuan baru terkait penularan wabah pandemik ini.

2. Ratusan pakar baru-baru ini mengajukan laporan bahwa COVID-19 airborne

Débora F. Barreto-Vieira/Fiocruz

Namun ternyata pernyataan tersebut dinilai bisa menyesatkan menurut ilmuwan. Dilansir New York Times, melalui surat terbuka kepada WHO pada Sabtu (4/7/2020), 239 ilmuwan dari 32 negara di dunia menyatakan bahwa WHO harus mengganti pernyataannya mengenai kemampuan airborne dari virus penyebab COVID-19 atau SARS-CoV-2. 

Mereka mendapatkan bukti bahwa tidak semua droplet dari bersin dan batuk langsung jatuh ke lantai. Masih ada partikel kecil yang melayang di udara dan bisa menginfeksi orang lain. Para ahli yang terlibat mengatakan akan merilis bukti tersebut dalam publikasi ilmiah minggu depan.

3. Terjadi perdebatan antara WHO dan para ahli

rollingstone.com

WHO masih belum menyetujui surat yang diajukan para ahli. Mereka berargumen bahwa belum ada bukti yang menjelaskan kemungkinan penularan lewat udara tersebut. Dr. Benedetta Allegranzi, kepala teknis untuk pencegahan infeksi WHO mengatakan bahwa bukti tersebut tidak meyakinkan.

“Terutama dalam beberapa bulan terakhir, kamu telah menyatakan beberapa kali bahwa kamu menganggap transmisi airborne memungkinkan tapi yang jelas tidak didukung oleh bukti yang solid. Ada perbedatan kuat mengenai hal ini,” katanya dilansir New York Times.

Di sisi lain, sekitar 20 ilmuwan, termasuk konsultan WHO mengatakan bahwa pertimbangan organisasi tersebut tidak sesuai dengan sains. Mengutip sumber yang sama, para ahli mengatakan bahwa SARS-CoV-2 bisa ditularkan melalui udara dan dapat menginfeksi orang yang menghirupnya. Terlepas dari seberapa besar ukuran droplet yang dikeluarkan pasien. 

4. Airborne pada COVID-19 berbeda dengan penyakit lainnya

amazonaws.com

Ternyata sifat airborne yang dimiliki COVID-19 sedikit berbeda dengan pemahaman airborne kita pada penyakit lain. Berikut ini penjelasan Dr. Bill Hanage, ahli epidemiolog Harvard T.H. Chan School of Public Health dilansir New York Times.

“Kita memiliki pemahaman transmisi airborne berarti droplet bergantung di udara dalam beberapa jam dan masih bisa menginfeksi kita, melayang di jalanan, melalui kotak surat, dan menemukan jalan untuk masuk ke rumah-rumah,” terangnya. 

Nyatanya hal itu tidak terjadi pada SARS-CoV-2. Semua ilmuwan menyetujuinya. Yang dimaksud airborne pada COVID-19 adalah droplet yang keluar dari pasien masih bisa menginfeksi orang lain yang berada dalam satu ruangan atau dekat dengannya. Terlebih dengan kondisi udara yang mengandung aerosol.

Jika kemungkinan airborne ini berperan signifikan dalam penularan, upaya pencegahan harus diperketat. Ventilasi ruangan perlu dijaga agar pertukaran udara lancar, masker harus tetap dipakai di ruangan, bahkan di kondisi yang mendukung physical distancing sekalipun, dan para petugas medis wajib mengenakan masker N95. 

Baca Juga: Virus Corona Pasti Tidak Airborne? IG dan Situs WHO Menyatakan Berbeda

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya