TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Fakta Rhodamin B, Zat Pewarna Berbahaya dalam Makanan

Rhodamin B bersifat racun dan bisa memicu kanker

ilustrasi makanan (pexels.com/Zak Chapman)

Intinya Sih...

  • Rhodamin B adalah zat pewarna sintetis yang dilarang oleh pemerintah karena dapat menyebabkan gangguan kesehatan seperti kanker hati jika dikonsumsi dalam jangka panjang.
  • Penggunaan rhodamin B pada makanan masih terjadi karena harganya lebih murah dibandingkan pewarna lainnya dan kurangnya pengetahuan penjual terkait zat pewarna yang diperbolehkan.

Kuliner kaki lima atau street food merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari masyarakat Indonesia.

Street food digemari karena harganya murah, memiliki cita rasa yang cocok dengan selera masyarakat, dan mudah ditemukan. Bahkan, banyak lokasi yang disediakan khusus untuk street food.

Namun, sebagai konsumen kamu harus jeli dalam memilih makanan yang akan kamu makan karena beberapa oknum mungkin menambahkan zat berbahaya dalam makanan yang mereka jual.

Ada beberapa risiko kesehatan yang bisa ditimbulkan dari kuliner kaki lima. Bisa dari penanganannya yang tidak higienis sehingga menyebabkan makan terkontaminasi mikroba berbahaya, ataupun penggunaan bahan tambahan pangan (BTP) yang tidak seharusnya digunakan, contohnya rhodamin B.

Apa itu rhodamin B dan apa bahayanya jika sampai dikonsumsi? Temukan jawabannya di bawah ini.

1. Bentuk fisik berupa kristal

ilustrasi bentuk Rhodamin B (Pixabay.com/Meszárcsek Gergely)

Rhodamin  B merupakan zat pewarna sintetis yang sering digunakan sebagai pewarna tekstil, cat printing, dan sebagainya. Namun, zat ini tak sedikit juga ditambahkan ke dalam makanan untuk meningkatkan daya beli konsumsi karena dapat memberikan warna merah yang mencolok pada makanan.

Zat pewarna ini tersedia dalam bentuk bubuk kristal, berwarna merah keunguan, tidak berbau, dan jika dalam bentuk larutan bewarna merah terang neon.

Selain larut dalam air, rhodamin  B juga larut dalam alkohol, HCL, NaOH.

Penggunaan rhodamin B pada makanan sudah dilarang oleh pemerintah melalui Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 239/MenKes/Per/V/85 mengenai zat warna tertentu yang dinyatakan sebagai bahan berbahaya.

Salah satu penyebab kenapa zat berbahaya ini masih digunakan dalam makanan adalah karena harganya yang lebih murah dibandingkan dengan pewarna lain yang diizinkan, sehingga dapat memaksimal keuntungan yang diperoleh.

Bisa juga karena kurangnya pengetahuan penjual terkait zat pewarna apa saja yang diperbolehkan dan yang tidak diperbolehkan untuk ditambahkan pada makanan.

2. Bisa menyebabkan kanker

ilustrasi wanita mengidap kanker (pexels.com/SHVETS production)

Zat pewarna sintetis seperti rhodamin B dapat berbahaya bagi tubuh. Ini karena dalam pembuatannya biasanya melibatkan pemberian asam sulfat atau asam nitrat yang sering kali terkontaminasi oleh arsen ataupun logam berat lainnya.

Rhodamin B mengandung klorin (Cl), yang merupakan senyawa halogen yang berbahaya dan juga reaktif. Jika kamu sampai menelannya, maka senyawa ini akan berusaha mencapai kenstabilan dalam tubuh dengan cara mengikat senyawa lain dalam tubuh, yang menyebabkan sifat racun pada tubuh dan akhirnya bisa memicu kanker.

Mengonsumsi rhodamin B dalam jangka pendek dan jumlah sedikit dapat menyebabkan muntah-muntah, iritasi saluran pernapasan, kulit, mata, saluran pencernaan, keracunan dan gangguan hati.

Sementara itu, konsumsi rhodamin B dalam jangka panjang dapat menyebabkan gangguan fungsi hati, kanker hati, dan jika sering tertelan dapat menyebabkan batuk hingga kesulitan pernapasan. Selain itu, dapat menjadi agen karsinogenik bagi tubuh serta karsinogen di dalam rongga mulut.

Baca Juga: Sedotan Kertas dan Bambu Mengandung Bahan Kimia PFAS, Ini Bahayanya!

3. Identik dengan makanan bewarna merah

ilustrasi saus tomat (pixabay.com/Catkin)

Pada makanan, rhodamin B diberikan untuk memberikan warna merah yang mencolok sehingga memikat mata konsumen.

Makanan dan minuman yang sering menggunakan rhodamin B sebagai pewarnanya antara lain kerupuk, makanan ringan, permen, sirop, minuman kemasan, es doger, manisan, saus tomat, dan lain-lain.

Ciri-ciri pangan yang mengandung rhodamin B antara lain:

  • Warnanya cerah mengilap dan lebih mencolok.
  • Terkadang warna terlihat tidak homogen (rata).
  • Ada gumpalan warna pada produk.
  • Bila dikonsumsi rasanya sedikit lebih pahit.

Biasanya produk pangan yang mengandung rhodamin B tidak mencantumkan kode, label, merek, atau identitas lengkap lainnya.

4. Cara mengidentifikasi rhodamin B pada makanan

ilustrasi seseorang sedang melakukan pengujian (Pixabay.com/Михаил Докукин)

Para ilmuwan menggunakan beberapa metode untuk mengidentifikasi apakah suatu makanan positif mengandung rhodamin B atau tidak.

Beberapa metode tersebut antara lain metode benang wol, kromatografi lapis tipis, kromatografi kertas, tes kit, dan spektrofometri UV-Vis.

Pengujian tersebut dikelompokkan menjadi dua, yaitu analisis kualitatif dan kuantitatif.

Analisis kualitatif bertujuan untuk mengidentifikasi adanya rhodamin B dalam sampel yang dilihat dari perubahan warna yang terjadi, sedangkan analisis kuantitatif bertujuan untuk menentukan berapa banyak kadar rhodamin B yang terkandung dalam sampel.

Writer

Mohammad Lutfi

orang gabut, kepoin ig ku ya @lut.f1_

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya