TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Makanan yang Berbahaya untuk Otak, Segera Kurangi Konsumsinya!

Sangat berbahaya jika dikonsumsi berlebihan, nih

ilustrasi makanan cepat saji (freepik.com/freepik)

Otak berperan penting dalam mengatur seluruh aktivitas dalam tubuh. Oleh karena itu, kesehatan otak perlu dijaga agar tubuh bisa berfungsi secara optimal. Sadar atau tidak, makanan yang kita konsumsi sehari-hari juga berkontribusi terhadap kesehatan otak, lho, baik secara positif maupun negatif.

Omega-3 yang berasal dari ikan, olahan laut, atau minyak tumbuhan merupakan salah satu nutrisi yang dapat mendukung fungsi otak. Di sisi lain, ada pula beberapa makanan yang justru berdampak negatif bagi otak, khususnya jika dikonsumsi dalam jangka panjang.

Guna memelihara otak kita dari potensi kerusakan dan penyakit, yuk, mulai kurangi konsumsi sederet jenis makanan berikut ini!

1. Makanan tinggi indeks glikemiks

ilustrasi makanan tinggi indeks glikemiks (pexels.com/Igor Ovsyannykov)

Indeks glikemiks merupakan indikator seberapa cepat karbohidrat memengaruhi kadar gula darah. Semakin tinggi nilai indeks glikemiks sebuah makanan, maka semakin cepat pula kenaikan gula darah dalam tubuh. Dalam jangka panjang, hal ini berisiko menyebabkan diabetes mellitus tipe 2 pada individu.

Makanan tinggi indeks glikemiks biasanya berupa makanan olahan, seperti kue, biskuit, sereal sarapan, dan produk olahan susu yang mengandung pemanis buatan. Konsumsi makanan tinggi indeks glikemiks secara berlebihan juga bisa berdampak buruk terhadap otak.

Studi terbaru yang dipublikasikan dalam jurnal Frontiers in Nutrition pada 2021 melaporkan bahwa kebiasaan konsumsi makanan tinggi indeks glikemiks dapat meningkatkan akumulasi plak amiloid pada otak. Lebih lanjut, plak ini dapat memicu perkembangan alzheimer pada individu.

Baca Juga: Gejala Gegar Otak Tak Kunjung Pulih? Waspadai Sindrom Pasca Gegar Otak

2. Alkohol

ilustrasi alkohol (freepik.com/drobotdean)

Dalam dosis tertentu, alkohol masih aman dikonsumsi tubuh. Namun, menurut keterangan Centers for Disease Control and Prevention (CDC), alkohol sebaiknya tidak dikonsumsi melebihi dua gelas setiap harinya untuk pria, dan satu gelas saja untuk wanita.

Konsumsi alkohol berlebihan merupakan mimpi buruk bagi tubuh, khususnya otak. Salah satu bahayanya dijelaskan dalam studi yang terbit dalam Journal of the American Medical Association pada 2019.

Studi tersebut menemukan adanya gangguan kognitif tingkat sedang pada partisipan yang mengonsumsi alkohol lebih dari 14 gelas dalam seminggu. Selain itu, para partisipan ini berisiko 72 persen lebih besar mengalami demensia dibanding partisipan lain yang mengsonsuminya kurang dari segelas dalam seminggu.

3. Makanan olahan

ilustrasi orang makan (freepik.com/wayhomestudio)

Tanpa kita sadari, makanan olahan telah menjadi menu santapan kita sehari-hari, baik berupa camilan maupun makanan utama. Sayangnya, makanan olahan telah lama dikenal sebagai sumber utama lemak trans dan senyawa lainnya yang berbahaya bagi kesehatan otak.

Studi Bratislava Medical Journal pada 2016 menjelaskan bahwa lemak trans dapat memicu peradangan dan mengganggu komunikasi antar sel saraf di otak. Lebih jauh lagi, hal ini dapat memengaruhi mood, fokus, dan menyebabkan kecemasan serta penurunan kecerdasan dalam jangka panjang.

4. Pewarna makanan buatan

ilustrasi permen (pexels.com/Ylanite Koppens)

Berbagai makanan dengan tampilan warna yang menarik tentu menyita perhatian kita. Warna pada makanan juga dapat meningkatkan nafsu makan seseorang, khususnya anak-anak. Pertanyaannya, apakah pewarna makanan aman untuk dikonsumsi?

Penggunaan pewarna makanan sintetis yang telah mendapat izin Badan Pengawas Obat dan Makanan dinilai tidak berbahaya selama penambahannya tidak melebihi batas toleransi. Fakta ini dijelaskan dalam Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan tentang Bahan Tambahan Pangan tahun 2019.

Akan tetapi, beberapa penelitian menunjukkan adanya risiko kesehatan yang timbul akibat konsumsi makanan yang ditambahkan pewarna makanan. Dilansir Cleveland Clinic, pewarna makanan dapat menstimulasi anak menjadi hiperaktif, menyebabkan perubahan perilaku, serta memicu perkembangan tumor. 

Baca Juga: 7 Gangguan Otak Paling Langka di Dunia, Hanya Ada Sedikit Kasus!

Verified Writer

Nadhifa Aulia Arnesya

There's art in (art)icle. Hence, writing an article equals to creating an art.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya