TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Kesalahan saat Melakukan Pertolongan Pertama, Segera Hentikan!

Berisiko memperburuk kondisi korban

ilustrasi pertolongan pertama (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Ketika menghadapi situasi mengancam nyawa, kita perlu melakukan pertolongan pertama untuk mencegah keparahan. Pemahaman mengenai pertolongan pertama menjadi sangat krusial dan harus dikuasai dengan baik. Ini meliputi kemampuan cardiopulmonary resuscitation (CPR), penanganan pendarahan, demam, dan yang lainnya. 

Sayangnya, masih banyak kesalahan yang dilakukan orang ketika melakukan pertolongan pertama. Ini akibat mitos yang berkembang luas di masyarakat. Bukannya menolong korban, tindakan ini justru memperburuk kondisinya. Untuk mencegah hal ini, simak kesalahan umum yang biasa terjadi saat memberi pertolongan pertama.

1. Kompres hangat saat nyeri otot

ilustrasi mengompres dengan kantung es (pexels.com/Vidal Balielo Jr.)

Nyeri otot merupakan pertanda bahwa tubuh mengalami inflamasi atau peradangan. Alih-alih kompres hangat, agar peradangan dan pembengkakan mereda, kita dianjurkan memberikan kompres dingin. Dengan begitu, suhu di area nyeri bisa menurun. 

Caranya, tempelkan kantong es yang dilapisi kain ke bagian yang mengalami nyeri selama 10 hingga 20 menit sebanyak setidaknya 3 kali dalam sehari. Lakukan hingga rasa nyeri hilang sepenuhnya. Selain itu, pastikan istirahatkan bagian yang nyeri agar penyembuhan berjalan lebih cepat.

Baca Juga: 6 Tips Pertolongan Pertama saat Mengalami Luka Bakar di Rumah

2. Memberi minum orang yang kecelakaan

ilustrasi memberi minum (pexels.com/Liliana Drew)

Ketika menyaksikan kecelakaan, kita berupaya membantu korban semaksimal mungkin. Salah satu cara yang paling umum dilakukan ialah memberi minum pada korban guna mengurangi kepanikan. Faktanya, hal ini sangat tidak disarankan karena berpotensi membahayakan korban.

Setelah kecelakaan, korban biasanya akan mengalami trauma. Hal ini ditandai dengan meningkatnya detak jantung dan ritme pernapasan yang tak beraturan. Minum berisiko menyebabkan korban tersedak. Jika korban mengalami cedera, khususnya di bagian perut, minum justru akan memperburuk cedera yang dialami.

3. Mengoleskan odol pada luka bakar

ilustrasi penanganan luka (pexels.com/Stephanie Alen)

Odol telah lama dipercaya ampuh mengobati luka bakar. Mitos ini berkembang luas di masyarakat. Tentu saja hal ini tak terbukti benar. Ketika mengalami luka bakar, jangan pernah mengaplikasikan atau mengoleskan minyak, salep, atau bahkan odol pada area luka.

Dijelaskan dalam laman WebMD, penanganan luka bakar tingkat pertama dan kedua dengan luas area yang kecil bisa dilakukan dengan membasuh luka menggunakan air dingin yang mengalir. Ini berfungsi untuk mendinginkan area yang terdampak. Setelahnya, tutup area luka dengan perban nonadhesive untuk melindungi area dari paparan kuman. 

Namun untuk luka bakar dengan tingkatan lebih tinggi dan area lebih luas, segera hubungi nomor telepon darurat. Dengan begitu, korban akan mendapat pertolongan medis dengan cepat. 

4. Mendongakkan kepala saat mimisan

ilustrasi mimisan (unsplash.com/Velizar Ivanov)

Sekilas, cara ini tampak efektif dalam menghentikan perdarahan saat terjadi mimisan. Faktanya tidak demikian. Menurut keterangan University of Michigan Health, mendongakkan kepala justru berisiko membuat darah tertelan dan mengiritasi lambung, bahkan hingga menyebabkan muntah.

Saat mengalami mimisan, jepit cuping hidung selama 10 menit dan condongkan tubuh ke depan. Bernapaslah lewat mulut sebagai gantinya. Cara ini bertujuan untuk memberikan tekanan pada pembuluh darah sehingga pendarahan bisa berhenti sempurna. 

Baca Juga: 5 Cara Atasi Cedera Otot, Pertolongan Pertama Wajib Diketahui 

Verified Writer

Nadhifa Aulia Arnesya

There's art in (art)icle. Hence, writing an article equals to creating an art.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya