TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Mielitis Transversa, Renggut Nyawa Mantan Drummer Slipknot

Terdapat 1-8 kasus per 1 juta orang

Joey Jordison, mantan drummer band Slipknot. (nme.com)

Kabar duka datang dari mantan drummer band Slipknot, Joey Jordison. Keluarganya menyatakan Joey meninggal dunia pada Senin (26/7/2021). Kematiannya dikaitkan dengan mielitis transversa, penyakit saraf yang diidapnya beberapa tahun belakangan.

"Saya kehilangan kaki saya. Saya tidak bisa bermain lagi. Itu adalah bentuk multiple sclerosis yang tidak saya harapkan. (Lalu) saya bangkit kembali, saya kembali ke gym dan terapi untuk mengalahkan ini," ucapnya di tahun 2016, melansir The Guardian.

Merasa asing dengan penyakit mielitis transversa? Apa penyebab, gejala, dan bagaimana cara mengobatinya? Let's find out together!

1. Apa itu mielitis transversa?

ilustrasi mielitis transversa (hopkinsmedicine.org)

Melansir Johns Hopkins Medicine, mielitis transversa merupakan kondisi neurologis di mana kedua sisi sumsum tulang belakang meradang. Peradangan ini bisa merusak myelin, zat lemak yang menutupi saraf.

Apa yang terjadi jika myelin hilang? Akibatnya, jaringan parut sumsum tulang belakang menghalangi impuls saraf dan menyebabkan masalah fisik, seperti rasa sakit, kelemahan otot, masalah sensorik, disfungsi kandung kemih dan usus, serta kelumpuhan, dikutip Mayo Clinic.

Berdasarkan data dari National Organization for Rare Disorders, ada 1-8 kasus baru mielitis transversa per 1 juta orang atau sekitar 1.400 kasus baru per tahun. Mielitis transversa bisa menjangkiti semua orang dari segala usia, namun paling sering terjadi pada anak-anak berusia 10-19 tahun dan orang dewasa berusia 30-39 tahun.

2. Apa penyebab mielitis transversa?

ilustrasi mielitis transversa (hopkinsmedicine.org)

Sebenarnya, penyebab mielitis transversa belum diketahui pasti. Namun, diduga ada kaitannya dengan infeksi virus, bakteri, dan jamur yang memengaruhi sumsum tulang belakang. Mengutip Mayo Clinic, umumnya gangguan inflamasi muncul setelah pulih dari infeksi.

Virus yang dikaitkan dengan mielitis transversa adalah virus influenza, hepatitis B, virus herpes (termasuk yang menyebabkan herpes zoster atau shingles dan cacar air alias chickenpox), zika, Nil Barat (West Nile), cytomegalovirus, gondongan (mumps), campak (measles), dan rubella, human immunodeficiency virus (HIV), echovirus, Epstein-Barr, serta enterovirus seperti poliovirus dan coxsackievirus.

Sedangkan, infeksi bakteri yang dikaitkan dengan mielitis transversa ialah tuberkulosis, tetanus, difteri, pertusis, sifilis, penyakit Lyme, dan actinomyces. Selain itu, gastroenteritis, infeksi kulit akibat bakteri, dan beberapa jenis pneumonia bakteri juga bisa menyebabkan mielitis transversa. Dalam kasus yang sangat jarang, sumsum tulang belakang bisa terinfeksi oleh parasit dan infeksi jamur.

Baca Juga: Waspada Penyakit Radang Usus, Bisa Sebabkan Malnutrisi!

3. Seperti apa gejala mielitis transversa?

ilustrasi sakit punggung bawah (njpaindoc.com)

Biasanya, mielitis transversa memengaruhi kedua sisi tubuh di sekitar sumsum tulang belakang. Terkadang, gejala nampak pada satu sisi tubuh saja. Melansir Mayo Clinic, berikut ini gejalanya:

  • Muncul nyeri tiba-tiba di punggung bawah. Lalu, rasa sakit yang tajam menjalar ke lengan, kaki, atau di sekitar dada dan perut. Nyeri yang dirasakan tergantung bagian sumsum tulang belakang mana yang terpengaruh.
  • Merasakan kesemutan, mati rasa, sensasi dingin, atau terbakar. Beberapa orang sangat sensitif, bahkan terhadap sentuhan ringan sekalipun.
  • Lengan dan kaki terasa lemah. Kaki terasa berat, sehingga sebagian orang harus berjalan dengan menyeret kakinya. Bahkan, ada yang mengalami kelemahan parah dan kelumpuhan total!
  • Muncul masalah kandung kemih dan usus. Termasuk, perlu buang air kecil lebih sering, inkontinensia urin, atau justru kesulitan buang air kecil dan sembelit.

4. Komplikasi apa yang mungkin terjadi?

ilustrasi kelumpuhan (unsplash.com/Steven HWG)

Jika mielitis transversa tidak ditangani dengan baik, mungkin komplikasi akan terjadi. Contohnya seperti:

  • Nyeri, komplikasi jangka panjang yang paling umum dan dialami banyak orang.
  • Kekakuan, sesak, dan kejang yang menyakitkan pada otot. Kondisi ini disebut sebagai spastisitas otot dan paling sering terjadi di kaki atau bokong.
  • Kelumpuhan sebagian atau total pada lengan, kaki, atau keduanya.
  • Terjadi disfungsi seksual, di mana pengidapnya mungkin kesulitan ereksi atau mencapai orgasme.
  • Muncul depresi dan kecemasan. Ini karena perubahan gaya hidup yang signifikan, stres berat akibat kecacatan dan nyeri kronis, merasa tidak berdaya, serta dampak disfungsi seksual pada hubungan mereka.

Baca Juga: Mengenal Kanker Limfoma yang Diderita Mark Hoppus, Bassis Blink-182

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya