TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Waspada Penyakit Radang Usus, Bisa Sebabkan Malnutrisi!

Kasusnya terus meningkat dari tahun ke tahun

ilustrasi penyakit radang usus (virinchihospitals.com)

Penyakit yang menyerang saluran cerna ada banyak macamnya. Salah satunya adalah inflammatory bowel disease (IBD) atau radang usus. Pernah mendengar namanya?

Ini adalah penyakit inflamasi kronis saluran cerna akibat kombinasi kerentanan genetik, paparan lingkungan, serta disregulasi respons imun terhadap mikrobiota usus. Jangan anggap remeh, sebab IBD bisa menurunkan kualitas hidup!

Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat, PT. Takeda Indonesia menghadirkan Prof. dr. Aziz Rani, Sp.PD-KGEH, Ketua Pengurus Yayasan Gastroenterologi Indonesia (YGI), dan Prof. dr. Marcellus Simadibrata, Ph.D, Sp.PD, KGEH, FACG, FASGE, Dokter Spesialis Penyakit Dalam & Konsultan Gastroenterologi Hepatologi RSCM-FKUI, sebagai narasumber dalam "World IBD Day 2021: Hidup Berdamai dengan IBD, Penyakit Autoimun di Usus", yang dihelat secara virtual pada Sabtu (22/5/2021). Simak, yuk!

1. IBD dibagi jadi dua, yakni kolitis ulseratif dan penyakit Crohn

ilustrasi perbedaan kolitis ulseratif dan penyakit Crohn (healthmatters.nyp.org)

Sebelum beranjak lebih jauh, ketahui hal-hal mendasar terlebih dahulu. Penyakit radang usus atau IBD merupakan penyakit inflamasi kronis saluran cerna akibat kombinasi kerentanan genetik, paparan lingkungan, dan disregulasi respons imun terhadap mikrobiota usus.

IBD dibedakan atas dua entitas utama, yaitu kolitis ulseratif dan penyakit Crohn. Apa perbedaan di antara keduanya?

Penyakit Crohn bisa terjadi pada seluruh bagian saluran cerna (dari mulut hingga anus). Namun, paling sering terjadi pada bagian usus halus sebelum masuk ke usus besar. Sementara itu, kolitis ulseratif hanya menyerang usus besar dan rektum.

Perbedaan lainnya, pada penyakit Crohn, inflamasi bisa meluas hingga seluruh lapisan dinding usus. Sementara, pada kolitis ulseratif, inflamasi hanya terjadi pada lapisan dinding usus besar bagian dalam.

2. Kasus IBD di Indonesia termasuk rendah, tetapi terus meningkat

ilustrasi inflammatory bowel disease (Freepik/eddows-animator)

Bila dibandingkan dengan negara-negara lain, kasus IBD di Indonesia tergolong rendah. Contohnya, kasus IBD di Australia adalah 23,67 orang per 100.000 penduduk, sedangkan di Indonesia hanya 0,77 orang per 100.000 penduduk.

Apa penyebabnya? Menurut studi berjudul "The Role of Diet in Inflammatory Bowel Disease" yang diterbitkan di jurnal Gastroenterology and Hepatology tahun 2016, IBD disebabkan oleh kombinasi susunan genetik dan paparan lingkungan.

Dalam penelitian yang sama, disebutkan bahwa konsumsi produk hewani dikaitkan dengan penyakit Crohn dan kolitis ulseratif. Sebaliknya, konsumsi buah dan sayur dihubungkan dengan insiden yang lebih rendah.

Baca Juga: 5 Fakta Radang Usus Besar, Penyakit yang Dialami PM Jepang Shinzo Abe

3. Gejala paling umum adalah nyeri perut, diare kronis, dan BAB berdarah

ilustrasi buang air besar (Freepik/petzshadow)

Menurut Prof. Marcellus, gejala umum penyakit Crohn adalah diare yang persisten atau berulang, sakit perut, kelelahan, demam, penurunan berat badan, hingga kehilangan darah di usus. Terkadang, terjadi kembung dan sembelit.

Bagaimana dengan kolitis ulseratif? Gejalanya antara lain pendarahan rektal, diare persisten atau berulang, kelelahan, kram perut, penurunan berat badan, dan tenesmus (merasa BAB belum tuntas atau tidak bisa mengeluarkan semua feses dari usus besar).

Perbedaan lainnya, jika dilihat dengan teropong (kolonoskopi), terlihat benjolan-benjolan kecil di dinding usus pada pengidap penyakit Crohn, sedangkan pengidap kolitis ulseratif memiliki luka di usus.

4. Meningkatkan risiko malnutrisi

ilustrasi malnutrisi pada orang dewasa (tctmd.com)

Ternyata, kolitis ulseratif dan penyakit Crohn bisa memengaruhi kemampuan tubuh untuk mencerna makanan dengan baik dan menyerap nutrisi. Ini bisa mengarah ke kekurangan vitamin yang serius dan malnutrisi!

Seberapa besar kejadian malnutrisi? Pada penyakit Crohn, tingkat kejadian malnutrisi ialah 20-85 persen. Itulah mengapa pasien IBD memerlukan terapi nutrisi untuk menjaga atau mengembalikan keseimbangan nutrisi serta mengurangi peradangan.

Mengapa malnutrisi terjadi? Sebagian pasien mengaku membatasi makanan tertentu untuk mengurangi gejala yang dirasakan. Padahal, malnutrisi bisa meningkatkan risiko sepsis dan kematian.

Baca Juga: Kenali Gejala Inflammatory Bowel Disease (IBD) Sebelum Terlambat

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya