Whole Genome Sequencing, Kunci Penanganan Pandemik COVID-19
Pengurutan genom sangat penting untuk dilakukan
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Pertempuran dengan pandemik COVID-19 masih belum usai. Sejauh ini, belum ada tanda-tanda penurunan kasus, justru kasus positif COVID-19 masih menanjak dari hari ke hari.
Menurut Prof. dr. Herawati Supolo Sudoyo, Ph.D, Wakil Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman di bidang Penelitian Fundamental, ilmu biologi molekuler adalah landasan ilmiah untuk penanganan pandemik. Whole genome sequencing dianggap sebagai kunci untuk penanganan pandemik COVID-19.
Hal ini dia ungkapkan pada Kuliah Umum LIPI Sarwono Prawirohardjo Memorial Lecture XX yang diselenggarakan di Jakarta pada Jumat (28/8). Kuliah umum ini mengusung tema "Peran Riset COVID-19 untuk Indonesia Maju" dan ditayangkan secara virtual lewat Zoom dan YouTube Live. Simak penjelasan lengkapnya di sini!
1. Memahami COVID-19 lewat pandemik influenza di tahun 1918
Prof. Herawati tidak memulai orasinya dengan langsung berbicara tentang COVID-19. Menurutnya, berbicara tentang pandemik COVID-19 berarti juga harus memahami pandemik yang pernah terjadi di dunia, contohnya pandemi influenza atau flu Spanyol yang terjadi pada tahun 1918 silam.
Menurut Prof. Herawati, untuk menyelamatkan manusia setidaknya ilmuwan harus memahami tiga pertanyaan mendasar. Pertama, ilmuwan perlu memahami epidemiologi influenza, bagaimana karakter dan penyebarannya. Pada masa itu, ilmuwan telah menemukan cara untuk mengontrol penyakit seperti tifus, kolera, pes (bubonic plague) dan lainnya berkat memahami epidemiologi. Itu terjadi sebelum mereka mengembangkan vaksin dan pengobatan.
Selanjutnya, ilmuwan harus mempelajari patologi, yakni apa yang terjadi pada tubuh kita dan bagaimana perjalanan penyakitnya. Dan ketiga, ilmuwan perlu mengetahui apa yang mereka hadapi dengan mengidentifikasi penyebab dari pandemik tersebut.
"Semua pengetahuan ini akan membuka jalan untuk tujuan pengobatan, pencegahan, serta penyediaan serum dan vaksin," tutur perempuan kelahiran Kediri, 2 November 1951 ini.
Baca Juga: Tantangan yang Dihadapi Indonesia untuk Mengakhiri Pandemi COVID-19