Paul Alexander dari Dallas, Texas, Amerika Serikat (AS), seorang pria yang hidup dalam "paru-paru besi" selama tujuh dekade setelah tertular poliomielitis atau polio saat ia masih kecil dilaporkan meninggal dunia pada Senin (11/3/2024) waktu setempat. Usianya 78 tahun.
Paul diketahui mengalami kelumpuhan dari leher ke bawah setelah tertular virus polio pada tahun 1952. Usianya kala itu 6 tahun.
Dilaporkan oleh The Independent, Paul dilarikan ke rumah sakit setelah mengalami gejala dan terbangun di dalam paru-paru mekanisnya. Ia "tinggal" di dalam alat paru-paru besi atau iron lung selama sisa hidupnya.
Paru-paru besi bertindak sebagai diafragma untuk membantu Paul bernapas setelah dokter melakukan trakeotomi untuk menghilangkan penumpukan cairan di paru-parunya setelah ia terinfeksi polio.
Paul adalah salah satu dari banyak anak yang dimasukkan ke dalam paru-paru besi selama wabah polio di AS pada tahun 1950-an.
Walaupun nama dan bentuk alatnya terlihat menyeramkan, paru-paru besi adalah penemuan medis penyelamat banyak nyawa orang-orang yang menderita polio.
Sebelum vaksin polio ditemukan pada tahun 1955, virus polio bisa berakibat fatal, dan epidemi yang terjadi secara berkala membuat penduduk dunia ketakutan.
Di kalangan medis dan keinsinyuran, alat ini dikenal dengan nama lain seperti respirator kabinet, respirator tangki, ventilator tekanan negatif, dan lain-lain.
Alat yang terlihat seperti peti mati ini merupakan teknologi medis pendukung kehidupan tercanggih pada paruh pertama abad ke-20. Paru-paru besi pertama digunakan di Boston Children's Hospital, AS, untuk menyelamatkan nyawa seorang anak perempuan berusia 8 tahun yang menderita polio pada tahun 1928.