TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Chikungunya: Penyebab, Gejala, Pengobatan, Pencegahan

Penyakit ini juga dikenal awam sebagai 'flu tulang'

ilustrasi nyamuk Aedes yang menyebarkan virus chikungunya (iaea.org)

Chikungunya adalah penyakit akibat virus yang ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi virus chikungunya.

Menurut keterangan dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), virus chikungunya pertama kali diidentifikasi di Tanzania pada tahun 1952 dan selama 50 tahun berikutnya diisolasi dan menyebabkan wabah sesekali di Afrika dan Asia. 

Sejak tahun 2004, chikungunya telah menyebar dengan cepat dan telah diidentifikasi di lebih dari 60 negara di seluruh Asia, Afrika, Eropa, dan Amerika.

Virus penyebab chikungunya menyebabkan kondisi yang ditandai dengan demam tinggi, sakit kepala, ruam, dan nyeri sendi. Beberapa orang mendeskripsikannya seperti flu yang disertai sakit tulang. Maka dari itu beberapa orang menyebutnya sebagai flu tulang.

Karena penyakit ini juga ada di Indonesia, yuk, memahaminya lebih lanjut lewat penjelasan berikut ini!

1. Penyebab

Demam chikungunya atau sering disebut chikungunya adalah infeksi yang disebabkan oleh virus chikungunya (CHIKV). Virusnya sendiri disebarkan lewat gigitan nyamuk yang terinfeksi. Nyamuk penyebar virus ini adalah jenis nyamuk yang sama yang menyebarkan dengue dan virus Zika, yaitu Aedes aegypti dan Aedes albopictus.

Dilansir MedlinePlus, virus juga bisa menyebar dari ibu ke bayi yang baru lahir sekitar waktu kelahiran, tetapi ini sangat jarang terjadi. Virus juga bisa mungkin bisa menyebar melalui darah yang terinfeksi.

2. Gejala

ilustrasi gejala serius gigitan kutu busuk (pexels.com/ Karolina Grabowska)

Gejala awal chikungunya umumnya adalah demam secara tiba-tiba yang kemudian diikuti dengan ruam. Setelah digigit nyamuk yang terinfeksi virus, onset penyakit (waktu permulaan munculnya suatu penyakit) biasanya muncul 4 hingga 8 hari kemudian (tetapi kisarannya bisa sampai 2 hingga 12 hari).

Gejalanya meliputi:

  • Demam tinggi secara tiba-tiba (biasanya di atas 38,9 Celcius).
  • Nyeri sendi.
  • Sakit kepala.
  • Nyeri otot atau mialgia.
  • Artritis.
  • Konjungtivitis.
  • Mual.
  • Muntah.
  • Ruam makulopapular, yaitu area datar berwarna merah pada kulit yang ditutupi dengan benjolan kecil.

Sementara mayoritas orang yang terinfeksi virus akan memiliki gejala, tetapi sebanyak 3 hingga 28 persen orang yang terinfeksi virus chikungunya bisa tanpa gejala (asimtomatik), menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC). 

Baca Juga: 10 Penyakit yang Disebarkan lewat Gigitan Nyamuk, Waspada ya!

3. Diagnosis

Bila kamu baru saja kembali dari daerah yang punya kasus penularan atau wabah chikungunya dan mengalami gejala demam tinggi secara tiba-tiba dan nyeri sendi, dokter mungkin akan merekomendasikan serangkaian tes darah untuk mendeteksi keberadaan virus atau antibodi chikungunya.

Menurut WHO, beberapa metode dapat digunakan untuk mendiagnosis infeksi virus chikungunya.

Tes serologis, seperti enzyme-linked immunosorbent assays (ELISA), bisa mengonfirmasi adanya antibodi anti-chikungunya IgM dan IgG.

Antibodi virus chikungunya biasanya berkembang menjelang akhir minggu pertama sakit. Tingkat antibodi IgM tertinggi adalah 3 sampai 5 minggu setelah timbulnya penyakit dan bertahan selama sekitar 2 bulan.

Virus mungkin dapat langsung terdeteksi dalam darah selama beberapa hari pertama infeksi. Sampel yang dikumpulkan selama minggu pertama sakit diuji dengan metode serologis dan virologis.

Tes darah juga dapat mencari virus serupa seperti demam berdarah dan Zika, yang memiliki gejala serupa.

Hasil tes biasanya tersedia 4 hingga 14 hari setelah spesimen diterima oleh lab.

4. Pengobatan

ilustrasi obat-obatan (IDN Times/Aditya Pratama)

Infeksi virus ini jarang berakibat fatal. Namun, gejalanya bisa parah hingga melumpuhkan. Kebanyakan pasien sembuh dari demam dalam waktu seminggu, tetapi nyeri sendi bisa bertahan selama berbulan-bulan. Bahkan, sebanyak 20 persen pasien melaporkan nyeri sendi berulang (The New England Journal of Medicine, 2014).

Tidak ada obat khusus untuk mengobati chikungunya. Dokter biasanya akan merekomendasikan istirahat dan memastikan untuk memenuhi kebutuhan cairan.

Obat-obatan yang dijual bebas akan membantu meredakan demam dan nyeri sendi, seperti naproxen, ibuprofen, dan parasetamol.

Untuk nyeri sendi yang bertahan lama, fisioterapi mungkin dapat membantu.

5. Komplikasi yang dapat terjadi

Dilansir Medical News Today, beberapa komplikasi yang dapat terjadi akibat chikungunya antara lain:

  • Uveitis: Inflamasi atau peradangan pada lapisan mata antara retina bagian dalam lapisan fibrosa luar yang terdiri dari sklera dan kornea.
  • Retinitis: Peradangan pada retina.
  • Nefritis: Peradangan pada ginjal.
  • Perdarahan.
  • Miokarditis: Peradangan otot jantung.
  • Hepatitis: Peradangan pada hati.
  • Meningoensefalitis: Peradangan selaput otak dan jaringan otak yang berdekatan.
  • Mielitis: Peradangan sumsum tulang belakang.
  • Sindrom Guillain-Barré: Penyakit sistem saraf perifer langka yang ditandai dengan kelemahan otot.
  • Kelumpuhan saraf kranial: Hilangnya fungsi saraf kranial.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya