TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Hamil Bisa Mengubah Risiko Terkena 6 Penyakit Ini

Kehamilan efeknya berbeda-beda pada setiap orang

ilustrasi perempuan hamil (vecteezy.com/phimsitmanop753883)

Bagi banyak orang, memiliki anak bisa membawa kebahagiaan. Tak hanya itu, hamil dan melahirkan juga bisa memberi manfaat lain, yaitu melindungi perempuan dari berbagai masalah kesehatan.

Akan tetapi, jika terjadi komplikasi selama kehamilan atau berat badan bertambah dan bertahan setelah setiap melahirkan, ini juga bisa meningkatkan risiko kesehatan tertentu.

Berikut ini beberapa kondisi atau penyakit yang risikonya bisa berubah pada perempuan yang pernah hamil dan melahirkan.

1. Kanker payudara

Menurut National Cancer Institute, perempuan yang memiliki lima anak atau lebih memiliki risiko mengembangkan kanker payudara yang lebih rendah dibandingkan dengan perempuan yang tidak pernah melahirkan. Ini tampaknya karena menstruasi berhenti selama kehamilan, mengurangi paparan estrogen dan progesteron seumur hidup.

Selain itu, perempuan yang memiliki bayi pertama sebelum usia 20 tahun memiliki setengah risiko kanker payudara reseptor hormon positif dibandingkan dengan perempuan yang menunggu hamil setelah usia 30 tahun.

Dan, individu yang menyusui setidaknya selama satu tahun juga memiliki risiko kanker payudara yang lebih rendah, karena kebanyakan orang juga tidak menstruasi saat menyusui.

Menyusui juga dapat mengubah sel-sel payudara dengan cara yang membuat mereka lebih kecil kemungkinannya untuk berkembang menjadi keganasan.

2. Kanker ovarium

ilustrasi kanker ovarium (pexels.com/Anna Tarazevich)

Risiko kanker ovarium menurun seiring makin banyak anak yang dilahirkan. Mekanismenya mirip dengan kanker payudara, yaitu lebih sedikit paparan hormon reproduksi selama hidup.

Pernah menggunakan pil KB juga bisa menurunkan risiko.

Menyusui juga dikaitkan dengan risiko kanker ovarium yang lebih rendah (JAMA Oncology, 2020).

Walaupun demikian, peningkatan risiko dari tidak memiliki anak (atau tidak memiliki banyak anak) tidak sepenting faktor risiko lainnya.

Mutasi genetik, yaitu BRCA1 atau BRCA2, menempatkan seseorang pada risiko tertinggi dalam mengembangkan kanker ovarium dan kanker payudara.

3. Kanker endometrium

Kanker endometrium juga risikonya bisa turun dengan lebih banyak kehamilan. Lagi-lagi, ini dikatakan karena berkurangnya paparan hormon dan siklus menstruasi.

Akan tetapi, tetap harus diingat bahwa jumlah anak yang dimiliki bukanlah satu-satunya faktor yang memengaruhi risiko kanker endometrium dan jenis kanker lainnya.

Faktor lainnya, termasuk usia, pola makan dan kebiasaan olahraga, riwayat keluarga, dan (dalam beberapa kasus) berat badan, juga bisa berkontribusi.

Baca Juga: 7 Masalah Hormonal yang Menyebabkan Perempuan Sulit Hamil

4. Penyakit jantung

ilustrasi penyakit jantung (freepik.com/shayne_ch13)

Sebetulnya bukan kehamilan itu sendiri yang memengaruhi risiko penyakit jantung, tetapi komplikasi selama kehamilan bisa menjadi tanda masalah jantung di masa mendatang (European Journal of Preventive Cardiology, 2016).

Studi tersebut menyimpulkan bahwa orang-orang yang melahirkan bayi dengan berat badan rendah, persalinan prematur, preeklamsia, dan diabetes gestasional mungkin lebih berisiko mengalami penyakit kardiovaskular di masa mendatang.

Beberapa peneliti telah mencatat bahwa perempuan yang mengalami komplikasi-komplikasi tersebut tampaknya memiliki masalah pembuluh darah dan metabolisme yang belum terlihat sebelum mereka hamil.

Dengan kata lain, ini menjadi alasan penting untuk mencegah komplikasi-komplikasi tersebut selama kehamilan jika memungkinkan.

5. Obesitas

Memiliki lebih banyak anak mungkin memiliki efek sebaliknya pada peluang mengalami obesitas, terutama jika perempuan mempertahankan berat badan tambahan setelah setiap kehamilan.

Menurut studi, hingga rata-rata 20 persen orang mempertahankan lebih dari 8 pon (3,6 kg) berat badan yang diperoleh selama kehamilan setelah satu tahun pascapersalinan (Journal of Clinical Medicine, 2021).

Dikatakan bahwa retensi berat badan pascapersalinan adalah prediktor kuat obesitas di kemudian hari dengan konsekuensi kesehatan jangka panjang, seperti penyakit jantung, diabetes, dan kanker tertentu.

Tidak ada yang tahu pasti mengapa ini bisa terjadi. Resistansi insulin, yang berhubungan dengan kehamilan, dapat menyebabkan penambahan berat badan.

Bisa jadi ada hubungannya dengan perubahan hormonal atau "berat badan bayi" yang tidak kunjung hilang.

Pola makan dan aktivitas fisik ibu juga bisa berubah setelah kehamilan hanya karena mereka sudah memiliki anak yang harus diasuh.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya