TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

6 Interaksi Asetaminofen yang Perlu Kamu Ketahui

Beberapa interaksi mungkin ringan, tetapi bisa juga serius

ilustrasi asetaminofen atau parasetamol (pexels.com/Alex Green)

Asetaminofen atau parasetamol (merek dagang Panadol, Sanmol, Paramol, Sanmol, dan lain-lain) adalah salah satu obat nyeri yang paling umum digunakan. Selain mengobati nyeri ringan, obat ini juga bisa membantu menurunkan demam.

Walaupun asetaminofen dijual bebas, tetapi interaksi obat tetap dapat dimungkinkan. Beberapa reaksi asetaminofen mungkin ringan, tetapi beberapa bisa serius dan mungkin membuat seseorang perlu menghindari asetaminofen sama sekali.

Berikut ini adalah beberapa interaksi aseteminofen yang perlu kita ketahui agar kamu bijak dalam menggunakan obat ini.

1. Obat lain yang mengandung asetaminofen

Asetaminofen adalah bahan umum dalam banyak obat yang dijual bebas, termasuk banyak obat kombinasi. Misalnya beberapa obat pilek mengandung asetaminofen di antara kandungan lainnya. Selain itu, beberapa obat nyeri juga mengandung asetaminofen.

Karena asetaminofen ada dalam begitu banyak produk obat yang dijual, mungkin sulit untuk memastikan kamu tidak mengonsumsinya terlalu banyak. Mengonsumsi asetaminofen dalam jumlah besar dapat meningkatkan risiko kerusakan hati. Ini juga dapat menyebabkan overdosis asetaminofen.

Efek samping ringan dari overdosis mungkin termasuk mual, muntah, atau sembelit. Dalam kasus parah, overdosis asetaminofen dapat menyebabkan kerusakan hati dan ginjal, kebingungan, dan bahkan kematian.

Dosis maksimum asetaminofen yang aman untuk kebanyakan orang dewasa adalah 4.000 mg per hari. Akan tetapi, kalau kamu mengonsumsi asetaminofen selama lebih dari 7 hari berturut-turut, dosis maksimal 3.250 mg per hari mungkin lebih aman. Dalam beberapa situasi, seperti pada orang dengan riwayat masalah hati, dosis asetaminofen yang lebih rendah adalah yang terbaik.

Untuk menghindari terlalu banyak mengonsumsi asetaminofen, selalu baca label obat. Kalau tidak yakin apakah suatu obat mengandung asetaminofen, bicarakan dengan apoteker atau dokter.

Baca Juga: Acetaminophen: Manfaat, Peringatan, Dosis, Interaksi, Efek Samping

2. Alkohol

ilustrasi mengonsumsi alkohol (unsplash.com/kchance8)

Efek alkohol bisa dirasakan hampir setiap organ, termasuk otak, jantung, dan ginjal. Penggunaan alkohol yang berlebihan juga dapat menyebabkan kerusakan hati. Demikian pula, terlalu banyak asetaminofen juga dapat menyebabkan kerusakan hati.

Alkohol dan asetaminofen dalam jumlah yang aman biasanya tidak merusak hati. Jika kamu peminum alkohol, dianjurkan untuk membatasi minuman beralkohol menjadi 1 gelas per hari untuk perempuan dan 2 gelas per hari pada laki-laki.

Meskipun menurut laporan dalam Journal of Clinical and Translational Hepatology tahun 2016 sesekali minum alkohol sambil mengonsumsi asetaminofen mungkin baik-baik saja, tetapi bicarakan dengan dokter kalau kamu minum alkohol di atas jumlah yang disarankan. 

Interaksi antara asetaminofen dan alkohol menjadi lebih berbahaya jika kamu mengonsumsi salah satu zat tersebut terlalu banyak. Untuk mencegah kerusakan hati, usahakan untuk mengonsumsi asetaminofen sesedikit mungkin, dan pastikan untuk mengurangi atau membatasi asupan alkohol.

3. Warfarin

Warfarin adalah antikoagulan oral. Ini adalah obat yang digunakan untuk mencegah dan mengobati pembekuan darah. Pembekuan darah yang tidak normal dapat menyebabkan stroke atau serangan jantung.

Dilansir Pharmacy Times, asetaminofen dapat memperkuat efek warfarin, yang dapat meningkatkan risiko efek samping seperti pendarahan. Kalau kamu sedang menggunakan warfarin, dokter akan memeriksa tes darah yang disebut international normalized ratio (INR) secara berkala.

INR adalah tes yang memeriksa seberapa baik darah dapat menggumpal. Asetaminofen dapat meningkatkan INR. Jadi, INR perlu diperiksa lebih sering kalau kamu mengonsumsi warfarin dan asetaminofen secara bersamaan.

4. Obat yang meningkatkan kadar asetaminofen

ilustrasi interaksi obat-obatan (unsplash.com/hikendal)

Beberapa obat dapat memengaruhi cara tubuh memetabolisme asetaminofen. Menurut laporan dalam American Journal of Gastroenterology tahun 2013, obat-obatan ini dapat menyebabkan kadar asetaminofen yang lebih tinggi. Ini membuat efek samping lebih mungkin terjadi, seperti yang dilaporkan dalam jurnal Pharmacotherapy tahun 2000.

Contoh obat yang dapat meningkatkan risiko efek samping asetaminofen antara lain fenobarbital, fenitoin, dan karbamazepin.

Obat-obatan tersebut dapat membuat kerusakan hati akibat asetaminofen lebih mungkin terjadi.

Sebelum mulai menggunakan asetaminofen, bicarakan dengan dokter atau apoteker untuk mengetahui apakah kamu minum obat yang dapat berinteraksi dengan aseteminofen. Mereka juga bisa memberi tahu kalau kamu memerlukan dosis asetaminofen yang lebih rendah atau harus menghindarinya sama sekali.

5. Isoniazid

Isoniazid adalah obat yang mengobati dan mencegah tuberkulosis. Berdasarkan laporan dalam jurnal Pharmacogenetics and Genomics tahun 2015, obat ini membuat beberapa enzim (protein) yang memetabolisme asetaminofen lebih aktif. Hal ini dapat menyebabkan asetaminofen untuk dimetabolisme menjadi bahan kimia beracun. Dan ini meningkatkan risiko kerusakan hati.

Jika kamu mengonsumsi isoniazid, bicarakan dengan dokter sebelum mengonsumsi asetaminofen. Dokter mungkin ingin kamu menghindari asetaminofen sepenuhnya. Dokter juga dapat menyarankan pereda nyeri yang dijual bebas lain jika kamu membutuhkan pereda nyeri.

Baca Juga: 5 Obat Demam Alami Aman untuk Anak,  Pengganti Paracetamol

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya