TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Perbedaan Gejala Pneumonia dan Bronkitis, Awas Keliru

Gejala pneumonia biasanya lebih parah daripada bronkitis

ilustrasi batuk (freepik.com/jcomp)

Batuk adalah gejala umum infeksi pernapasan seperti pilek atau flu, cara tubuh membersihkan iritasi dari saluran udara untuk membantu mencegah infeksi. Namun, batuk yang tak kunjung sembuh bahkan setelah sakit tenggorokan, demam, dan gejala lainnya membaik, dan disertai mengi atau sesak napas, bisa jadi ini menandakan sesuatu yang lebih serius, seperti bronkitis atau pneumonia.

Mengingat adanya kemiripan gejala, tak heran banyak orang menyalahartikan bronkitis sebagai pneumonia atau sebaliknya. Simak perbedaan gejala pneumonia dan bronkitis berikut.

Persamaan dan perbedaan utama pneumonia dan bronkitis

Mungkin sulit untuk membedakan antara bronkitis dan pneumonia berdasarkan hidung tersumbat dan batuk saja. Namun, kedua kondisi ini memiliki penyebab, gejala, dan pengobatan yang sangat berbeda.

Perbedaan besar dalam gejala melibatkan tingkat keparahan. Gejala pneumonia biasanya lebih parah daripada bronkitis, dan pneumonia biasanya lebih terlihat seperti infeksi di seluruh tubuh disertai demam atau menggigil.

Pneumonia dan bronkitis dapat berkembang dari bakteri atau virus yang menyebabkan infeksi pernapasan.

Bronkitis terbatas pada saluran bronkial yang mengalirkan udara ke paru-paru, sementara pneumonia berkembang dan memburuk lebih dalam di jaringan paru-paru.

Pneumonia juga bisa disebabkan oleh infeksi jamur dan aspirasi (menghirup sesuatu, seperti makanan atau air liur, ke dalam paru-paru).

Gejala bronkitis

ilustrasi mimisan (pexels.com/Pavel Danilyuk)

Bronkitis terdiri dari dua jenis, yaitu bronkitis akut (berlangsung selama beberapa minggu dan biasanya sembuh dengan sendirinya) dan bronkitis kronis (lebih serius, dan ini lebih mungkin terjadi pada perokok).

Gejala bronkitis akut sangat mirip dengan infeksi saluran pernapasan atas, seperti:

  • Kelelahan.
  • Sakit tenggorokan.
  • Pilek.
  • Hidung tersumbat.
  • Demam.
  • Menggigil.
  •  
  • Pegal-pegal.
  • Sakit kepala ringan.
  • Saat batuk, mungkin dahak terlihat hijau atau kuning.

Gejala bronkitis akut biasanya membaik dalam beberapa hari, tetapi batuk dapat bertahan selama beberapa minggu.

Bronkitis kronis menyebabkan batuk terus-menerus yang sering berlangsung selama minimal 3 bulan. Kamu mungkin juga merasa batuk melewati siklus menjadi lebih baik dan lebih buruk. Ketika makin parah, itu dikenal sebagai flare-up.

Bronkitis kronis adalah bagian dari kelompok kondisi yang disebut penyakit paru obstruktif kronis (PPOK). PPOK juga termasuk emfisema kronis dan asma.

Gejala tambahan PPOK, termasuk bronkitis kronis, antara lain:

  • Sesak napas.
  • Mengi.
  • Kelelahan.
  • Ketidaknyamanan dada.

Baca Juga: Perokok Aktif dan Pasif Berisiko Tinggi Terkena Bronkitis

Gejala pneumonia

Gejala pneumonia bisa mirip dengan gejala bronkitis. Namun, menurut National Library of Medicine, perbedaan utamanya adalah tingkat keparahan gejala, yang dapat meliputi:

  • Demam.
  • Menggigil.
  • Batuk, biasanya dengan dahak.
  • Sesak napas.
  • Sakit dada saat batuk atau bernapas.
  • Mual.
  • Muntah.
  • Diare.

Gejala-gejala di atas bisa bervariasi di antara populasi. Anak kecil misalnya, bisa mengalami masalah gastrointestinal. Sebaliknya, orang dewasa yang lebih tua mungkin mengalami gejala pernapasan versi ringan.

Umumnya, pneumonia berlangsung beberapa minggu hingga beberapa bulan, biasanya lebih lama dari bronkitis. Selain itu, beberapa kasus pneumonia dapat menyebabkan masalah parah seperti:

  • Bakteremia, yang terjadi ketika bakteri berpindah ke aliran darah.
  • Abses paru-paru.
  • Gagal ginjal.
  • Kegagalan pernapasan.

Apakah bronkitis bisa berkembang menjadi pneumonia?

ilustrasi pneumonia (freepik.com/freepik)

Sementara bronkitis dan pneumonia sama-sama berkaitan dengan peradangan dada, tetapi keduanya adalah kondisi yang terpisah dan berbeda, yang terjadi secara independen satu sama lain, yang artinya satu tidak selalu menyebabkan yang lain. Dan, kamu bisa menderita bronkitis dan pneumonia secara bersamaan, dilansir Everyday Health.

Konon, dalam beberapa kasus bronkitis berubah menjadi (sehingga menyebabkan) pneumonia. Ini terjadi ketika infeksi menyebar dari saluran bronkial ke paru-paru atau terjadi infeksi sekunder. Meskipun kedua skenario tersebut jarang terjadi, hal itu cenderung lebih sering dialami oleh orang-orang yang memiliki sistem kekebalan yang lemah atau kondisi lain yang membuat mereka lebih rentan terhadap infeksi.

Dirangkum dari InformedHealth.org dan National Health Service, risiko bronkitis berkembang menjadi pnueomonia dapat dialami oleh kelompok ini:

  • Orang-orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah.
  • Perokok.
  • Individu yang memiliki kondisi kesehatan kronis, seperti penyakit jantung, ginjal, atau hati.
  • Orang dengan penyakit paru-paru yang mendasari.
  • Lansia.
  • Anak-anak.
  • Ibu hamil.

Sementara dokter tidak yakin persis bagaimana infeksi virus dapat membuat seseorang lebih rentan terkena pneumonia atau infeksi sekunder lainnya, tetapi ada beberapa teori.

Studi terhadap hewan dalam The Journal of Immunology tahun 2013 menunjukkan bahwa ketika kamu memiliki infeksi, itu melemahkan kemampuan tubuh untuk melindungi diri dari infeksi bakteri.

Studi lain dalam jurnal Therapeutics and Clinical Risk Management tahun 2015 menyebut bahwa jaringan epitel saluran napas, yang berfungsi sebagai penghalang terhadap virus dan bakteri, dapat terganggu setelah infeksi virus, sehingga bakteri lebih mudah menyerang.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya