TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Mengenal Anemia Hemolitik, Waspadai karena Bisa Sebabkan Gagal Jantung

Bisa disebabkan karena faktor keturunan

ilustrasi anemia (hopkinsmedicine.org)

Anemia hemolitik atau hemolytic anemia merupakan salah satu jenis anemia, yang mana terjadi kelainan saat proses penghancuran sel darah merah (disebut proses hemolisis), yakni ketika sel darah merah dihancurkan lebih cepat daripada pembentukannya. 

Sel darah merah bertugas untuk membawa oksigen. Jika sel darah merah jumlahnya kurang, maka kamu akan mengalami anemia. Ketika kamu mengalami anemia, sudah dipastikan kamu juga dapat mengalami kekurangan oksigen, sehingga tubuhmu tidak mampu bekerja secara optimal.

Dilansir eMedicineHealth, sebanyak 5 persen penderita anemia mengidap jenis anemia hemolitik. Angka kejadian anemia hemolitik akut relatif jarang, dengan prevalensinya 1-3 kasus per 100.000 penduduk dalam satu tahun.

Mengingat dampaknya yang bisa serius, yuk, kenali fakta-fakta seputar anemia hemolitik yang akan dijelaskan di bawah ini!

1. Gejala anemia hemolitik

ilustrasi kedinginan (freepik.com/master1305)

Dilansir Johns Hopkins Medicine, penderita anemia hemolitik akan mengalami gejala yang bervariasi antara satu penderita dengan yang lainnya, di antaranya:

  • Kulit terlihat pucat
  • Mata, kulit, dan mulut lebih kekuningan (jaundice)
  • Warna urine gelap
  • Demam
  • Lemah
  • Pusing
  • Kebingungan
  • Keterbatasan melakukan aktivitas fisik
  • Pembesaran  hati dan limpa
  • Denyut jantung di atas normal (takikardia)
  • Bising jantung

Baca Juga: Lensa Kamera HP Berpotensi Deteksi Anemia? Ini Penelitiannya!

2. Penyebab anemia hemolitik

ilustrasi ibu dan bayi (unsplash.com/kevin liang)

Ada dua jenis anemia hemolitik berdasarkan penyebabnya, yaitu:

  • Anemia hemolitik yang diturunkan

Terjadi ketika seorang anak yang menderita anemia hemolitik karena orang tuanya mewariskan gen tersebut.

  • Anemia hemolitik di luar faktor keturunan

Anemia hemolitik yang didapatkan bukan sesuatu yang dialami sejak lahir. Hal tersebut dapat terjadi karena berbagai faktor penyebab di antaranya:

    • Infeksi tertentu, yang kemungkinan disebabkan virus atau bakteri
    • Obat-obatan tertentu (penisilin, obat sulfa, antimalaria, atau asetaminofen)
    • Kanker darah
    • Gangguan autoimun (seperti lupus, artritis reumatoid, atau kolitis ulseratif)
    • Tumor jenis tertentu
    • Limpa bekerja terlalu aktif (hipersplenisme)
    • Katup jantung mekanis yang merusak sel darah merah ketika keluar dari jantung
    • Reaksi berlebihan akibat transfusi darah
    • Anemia hemolitik jangka pendek (sementara)

3. Diagnosis anemia hemolitik

ilustrasi tes laboratorium (freepik.com/pressfoto)

Dokter akan mendiagnosis anemia hemolitik berdasarkan tanda dan gejala yang dikeluhkan oleh pasien. Kemungkinan dokter juga dapat melakukan pemeriksaan fisik dan lanjutan seperti:

  • Hitung darah lengkap (CBC): digunakan untuk mengukur berbagai jumlah sel darah
  • Tes urine: digunakan untuk memeriksa hemoglobin dan zat besi
  • Biopsi sumsum tulang: ini dilakukan dengan cara pengambilan sampel cairan sumsum tulang (aspirasi) atau juga bisa jaringan sumsum tulang padat (biopsi inti). Cara pengambilannya biasanya diambil dari bagi tulang pinggul, untuk mengetahui ukuran, jumlah, dan kematangan sel darah

4. Pengobatan anemia hemolitik

ilustrasi pemeriksaan dokter (freepik.com/jcomp)

Dilansir Healthline, dalam proses pengobatan anemia hemolitik bisa jadi berbeda antar pasien, tergantung gejala yang ditimbulkan, tingkat keparahan, usia pasien, keadaan umum, dan kemampuan dalam menoleransi obat-obatan tertentu.

Beberapa prosedur pengobatan untuk anemia hemolitik di antaranya:

  • Transfusi sel darah merah, bertujuan untuk meningkatkan jumlah sel darah merah secara cepat
  • Imunoglobulin intravena (IVIG)
  • Imunosupresan, pemberian resep kortikosteroid yang dapat mengurangi aktivitas sistem kekebalan tubuh, dengan cara mencegah sel darah merah dihancurkan
  • Pembedahan, untuk kasus yang parah, mungkin diperlukan pengangkatan limpa. Limpa merupakan tempat di mana sel darah merah dihancurkan. Mengangkat limpa diharapkan dapat mengurangi kecepatan sel darah merah dihancurkan. Opsi ini biasanya dipilih dalam kasus hemolisis imun yang tidak memberikan respons baik setelah pemberian kortikosteroid atau imunosupresan lainnya

Baca Juga: 12 Makanan Penambah Darah untuk Mengobati Penyakit Anemia

Verified Writer

Reni Purwanti

Haiiii...

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya