TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

8 Masalah Penglihatan Ini Paling Banyak Terjadi, Mana yang Kamu Alami?

Kalau dibiarkan, bisa berakibat buruk, lho!

unsplash.com/David Travis

Punya fungsi vital, sayangnya kesehatan mata sering dikesampingkan. Daya penglihatan akan memengaruhi aktivitas sehari-hari. Kalau ada masalah, tentunya produktivitas jadi terganggu, kan?

Ada beberapa faktor yang dapat memicu masalah pada mata, seperti kebiasaan buruk mengucek mata, menatap layar laptop atau perangkat elektronik lainnya selama berjam-jam tanpa istirahat, infeksi bakteri, cedera, debu, dan sebagainya.

Dari sekian banyak gangguan pada mata, berikut ini adalah yang paling sering terjadi dan mungkin kamu alami.

1. Kelainan refraksi

unsplash.com/Dmitry Ratushny

Kelainan refraksi mata membuat mata jadi tak bisa melihat dengan jelas. Kondisi ini terjadi saat cahaya yang masuk ke mata jatuh ke depan atau belakang retina, sehingga penglihatan jadi buram. Penyebab lainnya bisa juga karena perubahan bentuk kornea dan penuaan lensa mata.

Jenis kelainan refraksi yang paling umum adalah rabun jauh (miopi), rabun dekat (hipermetropi), mata silinder (astigmatisme), dan mata tua atau rabun tua (presbiopi).

Menurut “International Journal of Science and Research” tahun 2015, kelainan refraksi mata bisa ditangani dengan penggunaan kacamata, seperti kacamata lensa cekung untuk rabun jauh, kacamata lensa cembung untuk rabun dekat, penggunaan lensa kontak, dan Lasik.

Baca Juga: Gangguan Penglihatan Bisa Jadi Indikasi Adanya 5 Penyakit Kronis Ini

2. Katarak 

newatlas.com

Katarak adalah kondisi lensa mata menjadi keruh, membuat pandangan menjadi kabur. Katarak disebabkan karena proses penuaan atau trauma yang mengakibatkan perubahan jaringan mata. Umumnya, katarak terjadi pada orang tua, tapi tak menutup kemungkinan usia lebih muda dan anak-anak juga bisa mengalaminya.

Gejala katarak yang mesti diwaspadai adalah:

  • Penglihatan kabur seperti berkabut.
  • Melihat lingkaran di sekeliling cahaya.
  • Pandangan ganda.
  • Sulit melihat pada malam hari.
  • Silau saat melihat lampu atau sinar matahari.
  • Sering mengganti ukuran kacamata.
  • Warna di sekitar mata terlihat memudar.

Satu-satunya terapi untuk pasien katarak atau kekeruhan lensa adalah lewat prosedur bedah katarak. Tak perlu khawatir, studi menyebutkan bahwa lebih dari 90 persen penderita katarak yang menjalani operasi mengalami perbaikan fungsi penglihatan.

Faktor risiko katarak antara lain: penuaan, riwayat trauma pada mata, menderita penyakit tertentu (diabetes, hipokalsemia, atau dermatitis atopik), konsumsi obat-obatan tertentu dalam jangka waktu lama (misalnya obat kortikosteroid dan amiodaron), infeksi saat kehamilan (seperti rubela), merokok, dan paparan racun.

3. Glaukoma 

unsplash.com/Mari Lezhava

Glaukoma adalah penyakit yang merusak sistem saraf mata akibat peningkatan tekanan pada mata. Hal ini disebabkan karena penumpukan cairan (aqueous humor) yang mengalir ke bagian dalam mata.

Glaukoma merupakan salah satu penyebab kebutaan pada usia di atas 60 tahun. Meski lebih sering dialami lansia, tapi penyakit ini bisa dialami semua umur.

Efek glaukoma terjadi secara bertahap, dan mungkin perubahannya tidak disadari hingga akhirnya kondisinya sudah terlanjur parah. Gejalanya meliputi adanya bintik buta (blind spot), terdapat lingkaran seperti pelangi ketika melihat ke arah cahaya, buram, sakit kepala, mata merah, dan sakit mata.

Faktor risiko glaukoma di antaranya usia lebih dari 60 tahun, keluarga dengan riwayat glaukoma, cedera mata, penyakit tertentu seperti diabetes, sakit jantung, dan tekanan darah tinggi.

Kerusakan akibat glukoma tidak bisa dipulihkan. Itulah pentingnya diagnosis dini untuk mencegah kehilangan penglihatan lebih jauh.

4. Retinopati diabetik 

unsplash.com/Nrd

Dilansir Mayo Clinic, retinopati diabetik adalah penyakit akibat komplikasi diabetes berdampak pada mata. Kondisi ini merupakan akibat dari kerusakan pembuluh darah pada bagian yang peka terhadap cahaya di retina.

Gejala yang dialami seperti penglihatan buram, noda yang melayang (floaters), noda hitam pada penglihatan, penglihatan menurun secara bertahap, hingga bisa kehilangan penglihatan.

Inilah kenapa penderita diabetes juga sering dianjurkan untuk cek rutin ke dokter mata.

5. Buta warna 

unsplash.com/Ricardo Gomez Angel

Tanda khas buta warna adalah kesulitan dalam membedakan warna-warna tertentu. Jenis buta warna yang paling sering ditemui adalah buta warna merah-hijau. Pada kasus ini, merah dan hijau terlihat sebagai warna yang sama, yaitu kecokelatan.

Dilansir laman allaboutvision.com, umumnya buta warna adalah kondisi keturunan yang lebih banyak dialami laki-laki. Faktor lainnya juga bisa berperan adalah katarak, konsumsi obat-obatan tertentu, cedera mata, dan pertambahan usia.

6. Ambliopia

unsplash/Melanie Kreutz

Dilansir laman National Eye Institute, ambliopia atau mata malas adalah gangguan penglihatan pada sebelah mata, umumnya dialami saat usia anak-anak. Ini merupakan akibat otak dan mata tidak terhubung dengan baik, sehingga mengakibatkan penglihatan menurun.

Seiring berjalannya waktu, otak akan semakin bergantung pada mata yang lebih kuat atau normal, sedangkan penglihatan mata yang lemah akan semakin memburuk.

Bila tidak ditangani dengan tepat, ambliopia bisa menyebabkan kebutaan pada anak. Pengobatan biasanya dilakukan untuk mencegah masalah penglihatan jangka panjang.

Penyebab ambliopia adalah kelaian refraksi, strabismus, dan katarak.

Sayangnya, gejala ambliopia sulit dikenali. Namun, ada tanda-tanda yang bisa diperhatikan, seperti anak sering menyipitkan mata, sering melihat sambil menutup satu mata, atau memiringkan kepala.

7. Strabismus 

pixabay.com/Pezibear

Strabismus atau mata juling adalah kondisi mata yang tidak lurus atau tidak sejajar satu sama lain. Hal ini akibat otot mata yang tidak berfungsi dalam berkoordinasi secara sempurna. Jika masalah ini tidak diobati bisa menyebabkan ambliopia.

Gejala umum strabismus adalah penglihatan kabur, penglihatan ganda, sakit kepala, dan menyipitkan mata berlebihan.

Pada kebanyakan kasus, penanganan yang paling efektif adalah lewat operasi. Selain itu, bisa juga dengan terapi penglihatan dengan kacamata korektif dan latihan mata.

Verified Writer

Rifa

.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya