TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Sindrom Kelelahan Kronis: Penyebab, Gejala, dan Pengobatan

Waspadai bila kamu mengalami kelelahan sepanjang waktu

ilustrasi sindrom kelelahan kronis (pexels.com/Valeria Ushakova)

Sudah sewajarnya kita merasa lelah setelah seharian beraktivitas atau usai melakukan pekerjaan fisik yang berat. Untuk mengembalikan tenaga yang terkuras, biasanya istirahat sudah cukup. Namun, bagaimana jika kita sering merasa lelah bahkan dirasakan sampai sepanjang hari? Mungkin itu adalah tanda sindrom kelelahan kronis.

Sindrom kelelahan kronis atau chronic fatigue syndrome juga dikenal sebagai myalgic encephalomyelitis atau biasa disingkat dengan (ME/CFS). Menurut keterangan di laman American Myalgic Encephalomyelitis and Chronic Fatigue Syndrome Society, diperkirakan sebanyak 17-24 juta orang di dunia memiliki ME/CFS.

Lebih dari sekadar capek biasa dan hingga kini tidak ada obatnya, mari ketahui lebih lanjut apa itu sindrom kelelahan kronis.

1. Apa itu sindrom kelelahan kronis?

ilustrasi sindrom kelelahan kronis (pexels.com/Andrew Neel)

Dilansir Healthline dan MayoClinic, ME/CFS adalah kelelahan yang terjadi sepanjang waktu dan tidak hilang walaupun sudah tidur atau istirahat. Seseorang dicurigai mengalami kondisi ini bila kelelahan kronis setidaknya terjadi selama 6 bulan tanpa penyebab yang jelas.

Beda dari capek biasa, penderitanya akan terus merasa lelah dan tidak berenergi. Kondisi akan memburuk setelah penderitanya beraktivitas fisik maupun mental.

Baca Juga: 7 Penyebab Meninggal karena Kelelahan, Kenali Batasanmu dalam Bekerja

2. Dampak sindrom kelelahan kronis pada penderitanya

Kelelahan kronis memengaruhi fisik dan juga mental. (pexels.com/David Garrison)

ME/CFS dampaknya pada kualitas hidup penderitanya cukup signifikan. Rasa lelah yang berlebihan sering kali membuat penderitanya sulit melakukan aktivitas sehari-hari, misalnya mandi, menyiapkan makanan, bersih-bersih, dan sebagainya.

Kelelahan yang ditimbulkannya cukup berat, kadang sampai membuat penderitanya sulit beranjak dari tempat tidur. Kondisi ini juga tentu bisa menyulitkan pasiennya dalam bekerja, belajar, bahkan dalam kehidupan sosialnya.

Selain fisik, ME/CFS bisa memengaruhi kondisi mental. Penderitanya mungkin perlu melakukan perubahan gaya hidup untuk bisa beradaptasi dengan kelelahan kronis tersebut, dan tak jarang kondisinya memicu kecemasan hingga depresi. Lebih buruknya lagi, mereka bisa mengisolasi diri dan lebih memilih untuk beristirahat di rumah.

Oleh sebab itu, pendampingan oleh keluarga atau kerabat dekat sangat diperlukan untuk menjaga kondisi fisik maupun mental penderita.

3. Gejala

ilustrasi gejala sindrom kelelahan kronis (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Gejala ME/CFS yang ditimbulkan bervariasi, tergantung tingkat keparahan dan kondisi individu. Menurut keterangan dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC), selain rasa lelah yang dialami terus-terusan, gejala umum sindrom kelelahan kronis adalah:

  • Gangguan tidur, seperti merasa tidak segar saat bangun tidur, sulit tidur, dan gangguan tidur lainnya
  • Kesulitan dalam berkonsentrasi, fokus, dan mengingat sesuatu
  • Merasa pusing ketika berdiri atau duduk
  • Nyeri otot atau sendi
  • Sakit kepala

Gejala lainnya yang juga bisa dirasakan adalah pembengkakan kelenjar getah bening di leher atau ketiak, sakit tenggorokan, masalah pencernaan, menggigil dan berkeringat pada malam hari, sesak napas, dan detak jantung tidak teratur.

4. Penyebab

ilustrasi chronic fatigue syndrome (pexels.com/Matheus Bertelli)

Penyebab ME/CFS belum diketahui secara pasti. Namun, para ahli menduga bahwa beberapa faktor berikut dapat meningkatkan risikonya, yang meliputi:

  • Pengaruh genetik atau faktor keturunan
  • Infeksi virus atau bakteri
  • Sistem imun yang melemah
  • Ketidakstabilan hormon
  • Stres
  • Menurut CDC, kelelahan kronis umumnya terjadi pada usia 40-60 tahun, meski kondisi ini bisa dialami segala usia
  • Kemungkinan perempuan untuk mengalami ME/CFS 2-4 adalah 2-4 kali lebih tinggi ketimbang laki-laki

5. Diagnosis

ilustrasi sindrom kelelahan kronis (freepik.com/yanalya)

Diagnosis ME/CFS bisa menjadi tantangan bagi dokter. Pasalnya, belum ada tes diagnostik pasti untuk kondisi tersebut. Selain itu, gejalanya pun mirip dengan banyak kondisi medis lainnya. Bahkan, banyak penderita ME/CFS yang tidak tampak seperti orang sakit.

Menurut sebuah ulasan ilmiah dalam jurnal Primary Care Companion to The Journal of Clinical Psychiatry tahun 2008, kelelahan bisa menjadi bagian dari gejala depresi, kecemasan, gangguan afektif musiman, dan beberapa kondisi lainnya. Fakta lapangan, ME/CFS sering dikira sebagai depresi.

Mengetahui riwayat lengkap pasien disertai pemeriksaan lewat kuesioner bisa sangat membantu dokter dalam membedakan ME/CFS dengan gangguan depresi mayor.

Dalam menentukan diagnosis, dokter akan melakukan pemeriksaan secara menyeluruh termasuk fisik, tes laboratorium, dan riwayat kesehatan pasien. Dokter juga akan memastikan bahwa pasien memiliki gejala dan faktor risiko ME/CFS. Selain itu, pasien akan ditanya mengenai durasi dan keparahan dari kelelahan yang dialami.

Beberapa penyakit berikut memiliki gejala yang sama seperti sindrom kelelahan kronis:

  • Mononukleosis
  • Penyakit Lyme
  • Multiple sclerosis
  • Lupus
  • Hipotiroidisme (kekurangan hormon tiroid)
  • Fibromialgia
  • Gangguan depresi mayor
  • Obesitas
  • Gangguan tidur

Jika merasa lelah berkepanjangan, belum tentu kamu mengalami sindrom kelelahan kronis atau ME/CFS. Bisa saja itu merupakan gejala dari kondisi medis di atas. Maka dari itu, hindari diagnosis diri sendiri, periksakan ke dokter untuk mendapatkan diagnosis yang tepat.

Baca Juga: 7 Jenis Rasa Lelah Berdasarkan Penyebabnya, Kenali Perbedaannya

Verified Writer

Rifa

.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya