TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Hipospadia, Kelainan Genital yang Bikin Anak Tak Bisa Disunat

Hipospadia merupakan kelainan anatomi pada penis

ilustrasi anak laki-laki (pixabay.com/Alisa Dyson)

Momen libur sekolah biasanya dimanfaatkan bagi para orang tua untuk menikmati waktu bersama anak-anak mereka. Momen ini biasanya juga digunakan untuk melakukan sirkumsisi atau sunat untuk anak laki-laki.

Sayangnya, proses sirkumsisi ini tidak selalu berjalan lancar. Ada beberapa kondisi yang  menyebabkan proses sunat tidak bisa dilakukan, salah satunya adalah hipospadia. Yuk, mengenal lebih dalam tentang kondisi hipospadia.

1. Apa itu hipospadia?

ilustrasi bayi baru lahir (pexels.com/Christian Bowen)

Dokter Gampo Alam Irdam, SpU, dokter spesialis urologi Eka Hospital Cibubur, menjelaskan bahwa hipospadia merupakan kelainan anatomi pada penis. Kondisi ini menyebabkan muara saluran kencing terletak pada bagian bawah dari tempat semestinya.

Pada kondisi normal, muara saluran kencing laki-laki berada pada ujung glans (kepala) penis. Untuk orang yang mengalami hipospadia, muara saluran kencing bisa terletak di sepanjang bagian bawah batang penis.

Dalam kondisi yang lebih berat, lubang saluran kencing ini bisa terletak di kantung kemaluan dan selangkangan. Kelainan ini cukup sering dijumpai, sekitar 1 dari 300 kelahiran anak laki-laki.

Baca Juga: Hipospadia pada Anak, Kenali Gejala dan Penanganannya

2. Tanda hipospadia

ilustrasi seorang anak laki-laki (pixabay.com/FrancineS0321)

Kondisi hipospadia ditandai dengan posisi lubang kencing yang terletak tidak di ujung penis. Hipospadia juga disertai dengan tanda lain, seperti kurva penis mengarah ke bawah, kelainan bentuk kulup (biasanya lebih lebar), serta kelainan bentuk penis dan kantung kelamin.

Dalam beberapa kasus, testis (biji kemaluan) tidak berada di kantung kemaluan. Orang yang mengalami hipospadia akan mengeluarkan urine ke arah yang tidak semestinya.

3. Penyebab hipospadia

ilustrasi asap rokok (pixabay.com/maxknoxvill)

Penyebab hipospadia sampai sekarang belum diketahui dengan pasti. Menurut dr. Gampo, ada beberapa faktor risiko yang menyebabkan hipospadia, seperti:

  • Faktor genetik.
  • Kelahiran prematur.
  • Penggunaan kontrasepsi hormonal pada ibu yg tidak tepat.
  • Adanya paparan terhadap zat tertentu, seperti asap rokok atau pestisida.
  • Perempuan yang hamil di atas usia 35 tahun yang mengalami obesitas.

Hipospadia didiagnosis dengan cara pemeriksaan fisik oleh dokter. Pada pemeriksaan tersebut, dokter akan mengevaluasi posisi muara uretra serta beberapa kelainan pada genital yang menyertai.

Baca Juga: 6 Jenis Hipospadia, Kelainan Penis Bawaan sejak Lahir

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya