TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Kemajuan Teknologi Tingkatkan Angka Keselamatan Pasien PJB

Ada sekitar 80.000 bayi lahir dengan PJB per tahun

ilustrasi jantung (unsplash.com/jesse orrico)

Penyakit jantung bawaan adalah penyakit jantung yang ada sejak lahir akibat kelainan pada organ atau struktur jantung. Ini termasuk ruang jantung, dinding jantung, dan katup jantung. Penyakit jantung bawaan dapat disebabkan karena malnutrisi, konsumsi obat-obatan tertentu atau infeksi yang dialami selama masa kehamilan.

Heartology, sebuah cardiovascular center yang berfokus pada penanganan masalah jantung, baru saja melaksanakan media gathering pada Senin (27/2/2023).

Acara ini menghadirkan dr. Radityo Prakoso, SpJP(K), spesialis jantung dan pembuluh darah konsultan kardiologi pediatrik, untuk memberikan informasi terkait penyakit jantung bawaan dan penanganannya. 

1. Prevalensi penyakit jantung bawaan di Indonesia

ilustrasi penyakit jantung bawaan (freepik.com/shayne_ch13)

Kasus penyakit jantung bawaan (PJB) menjadi salah satu masalah jantung yang mengkhawatirkan. Dokter Radityo mengatakan ada sekitar 80.000 bayi per tahunnya lahir dan mengalami penyakit jantung bawaan. Sekitar 25 persen di antaranya membutuhkan penanganan serius pada usia pertamanya.

Gejala PJB yang sering dijumpai meliputi warna kulit (kaki, tangan, bibir) yang kebiruan, sesak napas, berat badan yang sulit naik, infeksi batuk demam yang berulang dan kesulitan menyusui atau menyusui terputus-putus.

"50 persen dari PJB di Indonesia datang dengan keadaan yang sudah terlambat, misalnya karena mengabaikan tanda, pertimbangan biaya dan tidak meratanya sebaran fasilitas dan informasi tentang PJB, sehingga banyak kasus PJB yang tidak tertangani dengan baik," kata dr. Radityo. 

Baca Juga: Alat Pacu Jantung: Kegunaan, Cara Kerja, Pemasangan, Risiko

2. Perkembangan teknologi tingkatkan survival rate pasien PJB

ilustrasi penyakit jantung (pexels.com/Engin Akyurt)

Dengan kemajuan teknologi di bidang kesehatan, khususnya dalam bidang intervensi kardiologi anak, beberapa kasus PJB tidak memerlukan penanganan operasi atau pembedahan terbuka. 

Penangan tersebut bisa digantikan dengan tatalaksana prosedur intervensi menggunakan kateter. Kemajuan penanganan metode ini memberikan peningkatan angka survival pasien PJB. 

"Fakta dan sekaligus kabar baik untuk kita semua, karena teknologi pada tata laksana penanganan pasien PJB sudah semakin maju dan berkembang, sehingga jika dibandingkan dengan tahun 90-an atau satu dekade terakhir menunjukan angka survival pasien PJB meningkat 30 persen," tambah dr. Radityo. 

Baca Juga: Waspada Aritmia pada Usia Muda, Ini Kata Pakar 

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya