TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Kemenkes RI: Pneumonia di China Tingkat Fatalitasnya Rendah

Masyarakat diminta untuk tidak panik

ilustrasi pasien pneumonia (unsplash.com/Taylor Brandon)

China saat ini mengalami  penyebaran pneumonia misterius yang mulai merebak sejak November 2023. Selain China, penyakit radang paru-paru ini juga dilaporkan terjadi di Eropa.

Dalam konferensi pers yang dilaksanakan secara daring pada Rabu (29/11/2023), dr. Imran Pambudi, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular dari Kemenkes RI, mengimbau masyarakat untuk tidak panik dalam merespons kasus undiagnosed pneumonia. Penularan penyakit ini dilaporkan didominasi anak-anak. 

1. Latar belakang undiagnosed pneumonia di China

ilustrasi anak sakit (freepik.com/lifeforstock)

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendeteksi kasus undiagnosed pneumonia pada anak di China yang dipublikasikan di ProMED pada 22 November 2023. Media China menginformasikan adanya peningkatan kasus mycoplasma pneumonia sejak Mei 2023. Sebanyak 3/4 pasien didiagnosis sebagai infeksi mycoplasma.

Menurut penjelasan dr. Imran, mycoplasma memang menjadi penyebab terbanyak pada kasus pneumonia di China. 

"Berdasarkan laporan epidemiologi, tampak peningkatan kasus mycoplasma sekitar 40 persen, influenza, SARS COV-2, dan lain-lain," ucap dr. Imran.

Selain itu, adanya peningkatan kasus rawat jalan dan rawat inap pada anak yang disebabkan oleh bakteri Mycoplasma pneumoniae sejak Mei 2023.

2. Fatalitas undiagnosed pneumonia dinilai rendah

ilustrasi menggunakan masker saat sakit (pexels.com/EVG Kowalievska)

Menurut dr. Imran, pneumonia yang saat ini merebak di China pada prinsipnya sama dengan pneumonia yang umum terjadi di masyarakat, yaitu disebabkan oleh infeksi bakteri. Hanya saja, berdasarkan laporan epidemiologi, kebanyakan kasus pneumonia di sana disebabkan oleh Mycoplasma pneumoniae.

"Tingkat bahayanya sendiri, kan, ini termasuk umum yang terjadi di China ya, jadi fatalitasnya tidak terlalu tinggi," jelas dr. Imran. 

Mycoplasma merupakan bakteri penyebab umum infeksi pernapasan sebelum COVID-19. Bakteri ini diketahui memiliki masa inkubasi yang panjang. Karena itu, penyebarannya tidak secepat virus penyebab pandemi COVID-19, sehingga tingkat fatalitasnya rendah.

Baca Juga: Pasien Diabetes 3 Kali Lebih Berisiko Terkena Pneumonia

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya