TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Berpotensi Tularkan Virus, Apakah Ibu HIV Boleh Menyusui?

Diperbolehkan dengan pertimbangan beberapa syarat

ilustrasi menyusui bayi di malam hari (pexels.com/NIKOLAY OSMACHKO)

Memilih metode untuk menyusui adalah salah satu keputusan paling penting yang dibuat oleh ibu dan orang tua baru. Keputusan ini bisa menjadi lebih rumit ketika ibu yang melahirkan memiliki HIV

Sementara pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif secara umum sangat direkomendasikan untuk mendukung pertumbuhan bayi. Namun, dengan adanya infeksi HIV pada ibu menyusui, ini bisa membuat pengecualian khusus.

Mungkin masih banyak yang belum memahami apakah ibu menyusui dengan HIV boleh menyusui bayi. Pertanyaan ini akan dijawab lewat ulasan di bawah ini. Simak, ya!

1. Penularan HIV melalui ASI

ilustrasi ibu memberikan ASI eksklusif kepada bayinya (pexels.com/MART PRODUCTION)

Human immunodeficiency virus (HIV) adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh dan bisa menyebar melalui cairan tubuh tertentu, termasuk ASI. Penularan perinatal dapat terjadi selama kehamilan, kelahiran, atau menyusui.

Jadi, secara langsung HIV bisa ditularkan melalui pemberian ASI ke bayi. Meskipun risiko penularan melalui ASI bisa diturunkan dengan penggunaan obat HIV dan viral load tidak terdeteksi, tetapi diperkirakan ini masih berisiko.

Sebuah penelitian terhadap lebih dari 2.000 ibu dan bayi di Afrika dan India dilibatkan dalam uji coba PROMISE membandingkan hasil ketika ibu menyusui atau bayinya menggunakan obat HIV. Temuan yang dipublikasikan Journal of Acquired Immune Deficiency Syndromes tahun 2018 itu menunjukkan bahwa dua bayi tertular HIV dari ibu mereka.

2. Faktor yang harus dipertimbangkan

ilustrasi antiretroviral (unsplash.com/melany tuinfosalud com)

Beberapa hal yang dapat menjadi faktor keamanan menyusui dengan HIV, antara lain:

  • Terapi antiretroviral (ART): Ibu dengan HIV harus menerima terapi antiretroviral secara konsisten selama kehamilan dan saat menyusui untuk mengurangi risiko penularan.
  • Jumlah virus ibu: Ibu hamil dengan HIV yang memiliki viral load (muatan virus) tidak terdeteksi mungkin dapat menyusui dengan lebih aman. 
  • Ketersediaan sumber pangan lain: Akses ke air bersih yang terjangkau, susu formula, atau susu donor, akan memengaruhi apakah menyusui adalah pilihan terbaik untuk orang yang hidup dengan HIV. 

Baca Juga: Post-Exposure Prophylaxis, Pertolongan Pertama saat Terpapar HIV 

3. Rekomendasi organisasi kesehatan

ilustrasi bayi (pexels.com/Benji Aird)

Di Amerika Serikat, karena akses ke air bersih dan makanan pengganti terjangkau, maka Centers for Disease Control and Prevention (CDC) dan American Academy of Pediatrics (AAP) sama-sama menyarankan ibu dengan HIV tidak menyusui. 

Sementara itu, di negara-negara dengan sumber daya terbatas, misalnya di benua Afrika, CDC merekomendasikan agar ibu menerima terapi ART dan menyusui bayinya secara ekslusif selama 6 bulan pertama, kemudian menyusui dilanjutkan dengan penambahan makanan padat (MPASI) hingga 12 bulan.

Badan Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan otoritas kesehatan nasional untuk memberi rekomendasi apakah yang terbaik adalah menghindari atau tetap menyusui. Dalam situasi ketika menyusui dianjurkan, WHO menyarankan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pertama dan melanjutkan menyusui dengan tambahan makanan padat selama sisa tahun pertama. 

Di Indonesia, konseling menyusui diberikan secara khusus untuk memberikan pilihan apakah ingin memberikan ASI atau susu formula. Mengacu sistem informasi HIV-AIDS dan IMS (SIHA) Kementerian Kesehatan, pemberian hanya bisa dilakukan oleh salah satu jenis susu saja, dan tidak boleh mencampur ASI dengan susu formula (mixed feeding). 

4. Jadi apakah ibu HIV boleh menyusui?

ilustrasi ibu menyusui (unsplash.com/kevin liang)

Dengan beberapa catatan, ibu dengan HIV boleh menyusui. Ini karena, seperti dilansir The Well Project, ASI juga mentransfer antibodi ibu ke bayinya. Ini dapat melindungi bayi dari penyakit umum dan alergi. Seperti halnya obat lain, obat HIV yang diminum ibu akan diteruskan ke bayi melalui pemberian ASI.

Terutama untuk bayi yang lahir dengan berat badan rendah, pemberian ASI bermanfaat untuk menurunkan komplikasi prematuritas yang signifikan. Namun, tetapi harus dipertibangkan bahwa cara terbaik untuk mencegah penularan HIV ke bayi lewat ASI adalah dengan tidak menyusui. 

5. Manfaat dan risiko ibu dengan HIV menyusui

ilustrasi ibu menggendong bayi (pexels.com/Kristina Paukshtite)

Manfaat pemberian ASI secara umum adalah:

  • ASI memiliki nutrisi yang ideal untuk kebutuhan bayi. 
  • Kesempatan untuk membangun ikatan antara ibu dan bayi. 
  • Dapat membantu pemulihan kesehatan ibu setelah melahirkan. 
  • Dapat mengurangi kemungkinan depresi pascapersalinan. 
  • Lebih murah dari alternatif lain. 

Risiko pemberian ASI dari ibu dengan HIV:

  • Terdapat potensi penularan HIV dari ibu ke bayi.
  • Risiko payudara terluka dan menyebabkan luka terbuka akibat menyusui.

Baca Juga: Bisakah HIV Menular di Kolam Renang? Ini Penjelasannya!

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya