TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Polycystic Ovary Syndrome (PCOS): Gejala, Penyebab, Pengobatan

Ovarium menghasilkan hormon laki-laki secara berlebihan

ilustrasi perempuan dengan polycystic ovary syndrome (PCOS) atau sindrom ovarium polikistik (pexels.com/Sora Shimazaki)

Polycystic ovary syndrome (PCOS) atau sindrom ovarium polikistik adalah kondisi hormonal yang bisa dialami perempuan usia subur. Ini merupakan kondisi ketidakseimbangan hormon yang disebabkan oleh ovarium yang menghasilkan hormon laki-laki secara berlebihan. Kondisi ini bisa memengaruhi kesuburan.

Selain itu, PCOS juga dapat menghentikan menstruasi atau membuatnya tidak teratur, menyebabkan jerawat dan rambut tubuh dan wajah yang tidak diinginkan, serta meningkatkan risiko masalah kesehatan lainnya termasuk diabetes dan tekanan darah tinggi.

Perempuan dengan PCOS bisa mendapatkan perawatan untuk gejalanya dan tetap bisa hamil, meskipun mungkin butuh minum obat untuk meningkatkan kesuburan.

1. Penyebab

ilustrasi polycystic ovary sindrome atau sindrom ovarium polikistik (parkwayeast.com.sg)

Penyebab pasti PCOS masih belum diketahui dengan jelas. Faktor-faktor yang berperan, seperti dilansir Mayo Clinic, dapat meliputi:

  • Kadar insulin yang berlebihan. Insulin adalah hormon yang diproduksi di pankreas yang memungkinkan sel menggunakan gula, suplai energi utama tubuh. Jika sel-sel menjadi resistan terhadap aksi insulin, maka kadar gula darah bisa meningkat dan tubuh mungkin memproduksi lebih banyak insulin. Kelebihan insulin ini dapat meningkatkan produksi androgen yang dapat menyulitkan ovulasi.

  • Peradangan tingkat rendah. Istilah ini digunakan untuk menggambarkan produksi zat sel darah putih untuk melawan infeksi. Penelitian telah menunjukkan bahwa perempuan dengan PCOS memiliki jenis peradangan tingkat rendah yang merangsang ovarium polikistik untuk memproduksi androgen, yang dapat menyebabkan masalah jantung dan pembuluh darah.

  • Keturunan. Penelitian menunjukkan bahwa gen tertentu mungkin berhubungan dengan PCOS.

  • Kelebihan androgen. Ovarium menghasilkan kadar androgen yang sangat tinggi, yang mengakibatkan hirsutisme (pertumbuhan rambut yang tidak normal pada perempuan) dan jerawat.

2. Gejala

ilustrasi hirsutisme atau pertumbuhan rambut berlebih pada perempuan (conquerpcos.org)

Beberapa perempuan bisa mulai melihat gejala PCOS saat menstruasi pertama, sementara beberapa lainnya mengetahui dirinya mengalami kondisi ini setelah berat badan bertambah banyak atau sulit hamil.

Seperti dipaparkan di laman Healthline, gejala PCOS yang paling umum dapat meliputi:

  • Haid tidak teratur. Kurangnya ovulasi mencegah lapisan rahim luruh setiap bulan. Beberapa perempuan dengan PCOS mendapatkan kurang dari delapan periode setahun atau tidak sama sekali.
  • Pendarahan haid yang berat. Lapisan rahim menumpuk untuk jangka waktu yang lebih lama, sehingga menstruasi yang dialami bisa lebih berat dari biasanya.
  • Pertumbuhan rambut (hirsutisme). Lebih dari 70 persen perempuan dengan kondisi ini memiliki pertumbuhan rambut berlebih di wajah dan tubuh, termasuk di punggung, perut, dan dada.
  • Jerawat. Hormon laki-laki dapat membuat kulit lebih berminyak dan memicu jerawat di wajah, dada, dan punggung atas.
  • Kenaikan berat badan. Hingga 80 persen perempuan dengan PCOS mengalami kelebihan berat badan atau obesitas.
  • Kebotakan dengan pola seperti laki-laki. Rambut di kulit kepala menjadi lebih tipis dan mungkin rontok.
  • Kulit menjadi lebih gelap: Bercak gelap pada kulit dapat terbentuk di lipatan tubuh seperti di leher, di selangkangan, dan di bawah payudara.
  • Sakit kepala. Perubahan hormon dapat memicu sakit kepala pada beberapa perempuan.

Baca Juga: 7 Pilihan Pengobatan untuk Perempuan dengan PCOS

3. Diagnosis

ilustrasi USG panggul atau sonogram (sonoworld.co.uk)

Mengutip Office on Women's Health, tidak ada tes tunggal untuk mendiagnosis PCOS. Untuk diagnosis dan menyingkirkan penyebab lain dari gejala, dokter mungkin akan menanyakan riwayat kesehatan dan melakukan pemeriksaan fisik dan beberapa tes.

  • Pemeriksaan fisik. Dokter akan mengukur tekanan darah, indeks massa tubuh, dan lingkar pinggang. Kulit juga akan diperiksa untuk mencari pertumbuhan rambut berlebih di wajah, dada atau punggung; jerawat; atau perubahan warna kulit. Dokter mungkin mencari kerontokan rambut atau tanda-tanda kondisi kesehatan lainnya (seperti pembesaran kelenjar tiroid).

  • Pemeriksaan panggul. Ini dilakukan untuk mengetahui tanda-tanda hormon laki-laki tambahan (misalnya pembesaran klitoris) dan memeriksa apakah ovarium membesar atau bengkak.

  • Ultrasonografi panggul (sonogram). Tes ini untuk memeriksa apakah ada kista di ovarium serta memeriksa endometrium (lapisan rahim atau rahim).

  • Tes darah. Tes ini dilakukan untuk memeriksa kadar hormon androgen alias hormon laki-laki. Dokter juga akan memeriksa hormon lain yang terkait dengan masalah kesehatan umum lainnya yang dapat disalahartikan sebagai PCOS, misalnya penyakit tiroid. Dokter mungkin juga menguji kadar kolesterol dan menguji untuk diabetes.

Setelah kondisi lain dikesampingkan, seorang perempuan mungkin didiagnosis PCOS jika memiliki setidaknya dua dari gejala berikut:

  • Haid tidak teratur, termasuk haid yang datang terlalu sering, tidak cukup sering, atau tidak sama sekali.
  • Tanda-tanda kadar androgen yang tinggi, seperti pertumbuhan rambut ekstra di wajah, dagu, dan tubuh.
  • Jerawat.
  • Penipisan rambut kulit kepala.
  • Tingkat androgen darah lebih tinggi dari normal.
  • Kista multipel pada satu atau kedua ovarium.

4. Pengobatan

ilustrasi diet sehat untuk pasien dengan PCOS (rmany.com)

Pengobatan untuk PCOS akan bergantung pada beberapa faktor, seperti usia, seberapa parah gejala, serta kondisi kesehatan secara keseluruhan. Jenis perawatan yang akan diberikan juga mungkin akan bergantung pada apakah pasien ingin hamil atau tidak di kemudian hari, mengutip Johns Hopkins Medicine.

Apabila pasien ingin hamil, perawatan PCOS mungkin meliputi:

  • Perubahan pola makan dan aktivitas fisik. Pola makan sehat bergizi seimbang dan rutin olahraga bisa membantu menurunkan berat badan dan mengurangi gejala. Ini juga dapat membantu tubuh menggunakan insulin lebih efisien, menurunkan kadar glukosa darah, dan dapat membantu ovulasi.

  • Obat-obatan untuk memicu ovulasi. Tujuannya untuk membantu ovarium melepaskan telur secara normal. Obat-obatan ini juga memiliki risiko tertentu, misalnya meningkatkan peluang hamil kembar dan bisa menyebabkan hiperstimulasi ovarium. Ini adalah kondisi saat ovarium melepaskan terlalu banyak hormon. Gejalanya meliputi perut kembung dan nyeri panggul.

Jika pasien tidak ingin hamil, pengobatan yang bisa dipilih antara lain:

  • Pil KB. Pil KB hormonal dapat membantu mengontrol siklus menstruasi, menurunkan kadar hormon androgen, dan mengurangi jerawat.

  • Obat-obatan diabetes. Ini sering digunakan untuk menurunkan resistansi insulin pada PCOS. Perawatan ini juga bisa membantu mengurangi kadar hormon androgen, memperlambat pertumbuhan rambut, serta membantu ovulasi lebih teratur.

  • Perubahan pola makan dan aktivitas fisik. Pola makan sehat dan rutin olahraga dapat membantu menurunkan berat badan dan mengurangi gejala, juga membantu tubuh menggunakan insulin lebih efisien, menurunkan kadar glukosa darah, serta berovulasi.

  • Obat-obatan untuk menangani gejala lainnya. Misalnya obat untuk mengurangi pertumbuhan rambut atau jerawat.

Selain itu, bila kamu didiagnosis PCOS, dokter mungkin akan menyarankan beberapa tes tambahan untuk komplikasi, seperti:

  • Tes tekanan darah, toleransi glukosa, serta cek kolesterol dan trigliserida secara berkala.
  • Skrining untuk kecemasan dan depresi.
  • Skrining untuk sleep apnea obstruktif.

5. Pencegahan

ilustrasi pola makan sehat (pexels.com/Nathan Cowley)

Tidak ada cara yang terbukti dapat mencegah PCOS, tetapi ada langkah-langkah untuk mengurangi gejalanya, misalnya dengan:

  • Makan makanan bergizi
  • Olahraga secara teratur
  • Mengatur berat badan
  • Membatasi konsumsi makanan manis

Baca Juga: Penyebab Sindrom Ovarium Polikistik, Salah Satunya Kelebihan Androgen!

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya