TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

7 Mitos dan Fakta seputar Anemia, Kondisi Kurang Darah

Benarkah orang dengan anemia tak boleh olahraga?

Cepat lelah adalah salah satu gejala anemia. (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Anemia atau kurang darah adalah kondisi yang ditandai dengan kurangnya jumlah sel darah merah. Kondisi ini bisa terjadi saat sel-sel darah merah tidak mengandung kadar hemoglobin secara cukup, yaitu protein kaya akan zat besi yang memberi warna merah pada darah.

Hemoglobin berperan dalam membantu sel darah merah mengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh. Bila tubuhmu kekurangan zat besi, hemoglobin akan terganggu.

Jumlah sel darah merah atau eritrosit normal manusia adalah 4,32-5,72 juta sel/mcL pada laki-laki dan 3,90-5,02 juta sel/mcL pada perempuan. Sementara itu, tingkat hemoglobin normal adalah 132-166 gram/L untuk laki-laki dan 116-150 gram/L untuk perempuan. Jika kurang dari itu, bisa dibilang kamu mengalami anemia. Pemeriksaan dokter diperlukan untuk memastikannya.

Karena merupakan kondisi yang sering dijumpai, ada banyak informasi seputar anemia yang mungkin benar, mungkin juga salah. Yuk, kenali mitos yang beredar mengenai kondisi kurang darah ini beserta faktanya.

1. "Anemia selalu disebabkan oleh kondisi defisiensi zat besi"

Ilustrasi lelah akibat anemia. menusano.com

Ini mitos!

Dilansir Cleveland Clinic, penyebab paling sering anemia adalah rendahnya kadar zat besi dalam tubuh. Namun, ini bukan satu-satunya penyebab.

Kondisi lainnya yang dapat menyebabkan anemia antara lain:

  • Pola makan rendah vitamin B12 atau kondisi tubuh seseorang tak bisa menggunakan atau menyerap vitamin B12 (seperti anemia pernisiosa)
  • Pola makan rendah asam folat atau tubuh tak mampu menggunakan asam folat dengan semestinya (seperti anemia defisiensi folat)
  • Kelainan darah bawah (seperti anemia sel sabit atau talasemia)
  • Kondisi yang menyebabkan sel darah merah rusak terlalu cepat (seperti anemia hemolitik)
  • Kondisi kronis yang menyebabkan tubuh tidak memiliki cukup hormon untuk membuat sel darah merah, seperti hipertiroidisme, hipotiroidisme, penyakit ginjal tahap lanjut, lupus, dan penyakit kronis lainnya
  • Kehilangan darah yang berhubungan kondisi tertentu seperti tukak lambung, wasir, atau gastritis

Baca Juga: 10 Gejala Anemia, Mulai Tubuh Lelah sampai Tampak Pucat

2. "Vegetarian lebih rentan mengalami anemia"

Ilustrasi vegetarian. unsplash.com/Julius Yls

Dilansir News24, menjadi vegetarian maupun vegan berarti menghindari perbagai produk hewani yang kebanyakan merupakan sumber tinggi zat besi yang lebih mudah diserap, contohnya daging merah. Tidak mengonsumsi daging merah dan produk susu memang bisa meningkatkan risiko anemia defisiensi zat besi, tetapi ini tak selalu terjadi.

Selain itu, pelaku pola makan vegetarian maupun vegan juga bisa mengalami anemia kekurangan vitamin B12 yang banyak bersumber dari daging merah, daging unggas, dan produk susu.

Meski demikian, bila vegan dan vegetarian memperhatikan asupan nutrisinya, ini bisa dibantu dokter ahli spesialis gizi, maka anemia bisa dihindari.

3. "Mayoritas anemia diderita oleh anak-anak"

Ilustrasi anak yang mengalami anemia. freepik.com/jcomp

Anemia defisiensi zat besi memang lebih sering dialami bayi dan anak-anak, tetapi bukan berarti tak bisa terjadi pada usia lain. Ibu hamil juga rentan mengalami anemia, dan pada dasarnya anemia bisa dialami siapa pun, berapa pun usianya.

4. "Penderita anemia tidak boleh berolahraga"

Ilustrasi olahraga. freepik.com/tirachardz

Dilansir Medscape, pada orang-orang dengan anemia kronis, olahraga bisa membuat mereka cepat lelah dan sesak napas. Ini karena darah kekurangan zat besi dan membawa lebih sedikit oksigen ke otot yang bekerja, aktivitas fisik sedang bisa terasa jauh lebih besar.

Meski demikian, penelitian menunjukkan bahwa olahraga teratur bisa secara nyata meningkatkan daya tahan dan tingkat kebugaran tubuh secara keseluruhan. Kunci untuk memaksimalkan manfaat dari olahraga adalah mengikuti program yang dirancang dengan baik yang bisa diikuti dalam jangka panjang. Diskusikan ini dengan dokter.

5. "Anemia bisa berubah menjadi leukemia"

Ilustrasi pasien yang dirawat di rumah sakit. pexels.com/Andrea Piacquadio

Tidak ada hubungannya! Meskipun keduanya terjadi pada darah, anemia yang tidak sembuh-sembuh tidak pernah berkembang menjadi leukemia yang merupakan jenis kanker darah.

Meski demikian, pasien leukemia bisa mengalami gejala seperti anemia. Proses pengobatan leukemia pun bisa menyebabkan efek samping berupa anemia.

Perlu diketahui, leukemia terjadi ketika sel darah kanker terbentuk di sumsum darah dan mengeluarkan sel darah sehat.

6. "Semua anemia bersifat genetik"

pexels.com/Andrea Piacquadio

Ya, anemia mungkin genetik. Dilansir MedicineNet, kelainan bawaan membuat hemoglobin abnormal dan bisa memperpendek masa hidup sel darah merah yang menyebabkan anemia (anemia sel sabut). Gangguan keturunan juga bisa menyebabkan anemia dengan mengganggu produksi hemoglobin normal (misalnya talasemia alfa dan talasemia beta).

Meski begitu, anemia juga bisa terjadi karena faktor lainnya seperti dari pola makan yang buruk (lihat lagi poin nomor 1).

Baca Juga: 12 Makanan Penambah Darah untuk Mengobati Penyakit Anemia

Verified Writer

Sherly Naswa S

Hobi makan cita-cita kurus:v

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya