Abses Otak: Penyebab, Gejala, Diagnosis, dan Pengobatan

Kumpulan nanah di jaringan otak

Abses otak atau abses serebri adalah kumpulan nanah di jaringan otak, yang disebabkan oleh infeksi bakteri atau jamur. Kondisi ini dapat berkembang sebagai komplikasi dari infeksi, trauma, atau pembedahan.

Dilansir Harvard Health Publishing, abses otak tergolong kasus yang jarang, akan tetapi orang-orang dengan sistem kekebalan yang lemah (seperti orang dengan HIV atau orang yang baru menerima transplantasi organ) lebih mungkin untuk mengalaminya. Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai abses otak, simak ulasan lengkapnya berikut ini.

 1.  Apa itu abses otak?

Abses Otak: Penyebab, Gejala, Diagnosis, dan Pengobatanilustrasi abses otak (kowsarpub.com)

Abses otak adalah kumpulan nanah yang berkembang sebagai respons terhadap infeksi atau trauma. Ini merupakan kondisi serius dan berpotensi mengancam nyawa.

Pada masa lalu, abses otak selalu berakibat fatal. Akan tetapi, menurut laporan dalam jurnal Neurohospitalist tahun 2014, para peneliti mencatat bahwa kemajuan dalam diagnosis dan pengobatan telah secara signifikan meningkatkan peluang untuk bertahan hidup.

Efeknya bisa bervariasi, tergantung pada ukuran abses dan di mana abses terbentuk di otak.

Sebagai gambaran angka kasus, dilansir StatPearls, antara 1.500 dan 2.500 kasus abses otak terjadi setiap tahunnya di Amerika Serikat (AS). Kondisi ini paling mungkin menyerang laki-laki dewasa usia di bawah 30 tahun. Di antara anak-anak, abses otak paling sering berkembang pada usia 4–7 tahun. Bayi baru lahir juga berisiko. Program vaksinasi telah mengurangi kejadian abses otak pada anak kecil.

2. Gejala

Abses Otak: Penyebab, Gejala, Diagnosis, dan Pengobatanilustrasi sakit kepala (unsplash.com/Usman Yousaf)

Mengutip Medical News Today, beberapa tanda dan gejala abses otak yang perlu diwaspadai di antaranya:

  • Sakit kepala (69–70 persen kasus).
  • Demam (45–53 persen).
  • Kejang (25–35 persen).
  • Mual dan muntah (40 persen).

Kejang mungkin adalah tanda pertama abses. Mual dan muntah cenderung muncul saat tekanan terbentuk di dalam otak.

Nyeri umumnya dimulai di sisi kepala di mana abses terbentuk, dan ini bisa terjadi tiba-tiba maupun mendadak.

Perubahan pada status mental muncul pada 65 persen kasus, dan ini bisa menyebabkan:

  • Kebingungan.
  • Mengantuk dan lesu.
  • Iritabilitas atau lekas marah.
  • Fokus mental yang buruk.
  • Respons buruk.
  • Proses berpikir yang lambat.
  • Koma (kemungkinan).

Kesulitan neurologis memengaruhi 50–65 persen orang dengan abses otak. Masalah-masalah ini sering mengikuti sakit kepala, muncul dalam beberapa hari atau minggu, dan dapat mencakup:

  • Kelemahan otot.
  • Kelemahan atau kelumpuhan pada satu sisi tubuh.
  • Gangguan berbicara, misalnya bicara cadel.
  • Koordinasi tubuh yang buruk.

Gejala lainnya yang bisa muncul meliputi:

  • Kekakuan di leher, punggung, atau bahu.
  • Penglihatan kabur, ganda, atau keabuan.

Gejala-gejala abses otak adalah akibat dari kombinasi infeksi, kerusakan jaringan otak, dan tekanan pada otak, karena abses tumbuh untuk mengambil lebih banyak ruang.

Bila sakit kepala tiba-tiba memburuk, ini mungkin artinya abses pecah.

Dilansir StatPearls, dalam dua pertiga kasus, gejala muncul selama 2 minggu. Rata-rata, dokter mendiagnosis masalah ini 8 hari setelah gejala dimulai.

Baca Juga: Abses Peritonsil: Penyebab, Gejala, Diagnosis, Pengobatan

3. Penyebab

Abses Otak: Penyebab, Gejala, Diagnosis, dan Pengobatanilustrasi cedera kepala (pexels.com/Karolina Grabowska)

Dilansir nidirect, terdapat tiga mekanisme utama abses otak bisa berkembang, yakni:

  • Infeksi di bagian lain tengkorak, seperti infeksi telinga, sinusitis, atau abses gigi yang bisa menyebar langsung ke otak.
  • Infeksi di bagian lain tubuh, misalnya infeksi yang menyebabkan pneumonia yang menyebar ke otak melalui darah.
  • Trauma, seperti cedera kepala parah, yang membuat tengkorak retak, memungkinkan bakteri atau jamur masuk ke otak.

Dalam beberapa kasus, sumber infeksi tidak diketahui.

4. Faktor risiko

Abses Otak: Penyebab, Gejala, Diagnosis, dan Pengobatanilustrasi obat-obatan kemoterapi (unsplash.com/National Cancer Institute)

Semua orang pada dasarnya bisa mengalami abses otak. Namun, beberapa kelompok memiliki risiko lebih besar daripada yang lainnya, seperti dilansir Healthline. Beberapa penyakit, gangguan, dan kondisi yang dapat meningkatkan risiko abses otak di antaranya:

  • Sistem kekebalan yang terganggu karena HIV atau AIDS.
  • Kanker dan penyakit kronis lainnya.
  • Penyakit jantung bawaan.
  • Cedera kepala berat atau patah tulang tengkorak.
  • Meningitis.
  • Obat imunosupresan, seperti yang digunakan dalam kemoterapi.
  • Sinus kronis atau infeksi telinga tengah.

Cacat lahir tertentu memungkinkan infeksi mencapai otak lebih mudah melalui gigi dan usus. Salah satu contohnya adalah tetralogi Fallot, yang merupakan kelainan jantung.

5. Diagnosis

Abses Otak: Penyebab, Gejala, Diagnosis, dan Pengobatanilustrasi diagnosis abses otak (medicalnewstoday.com)

Bila seseorang dicurigai mengalami abses otak, penilaian awal akan dilakukan berdasarkan:

  • Gejala.
  • Riwayat kesehatan.
  • Apakah baru saja mengalami infeksi atau sistem kekebalan yang melemah.

Tes darah juga dapat dilakukan untuk memeriksa infeksi.

Bila dirujuk ke rumah sakit untuk pemeriksaan lebih lanjut, pemeriksaan berikut ini bisa dilakukan terhadap pasien:

  • CT scan.
  • MRI.

6. Pengobatan

Abses Otak: Penyebab, Gejala, Diagnosis, dan Pengobatanilustrasi pembedahan (pexels.com/Vidal Balielo Jr.)

Umumnya, bila dokter mencurigai seorang pasien mengalami abses otak, antibiotik spektrum luas biasanya akan segera diresepkan karena kondisi ini dapat mengancam jiwa.

Bila hasil tes menunjukkan bahwa infeksi diakibatkan oleh virus, bukan bakteri, dokter akan mengubah pengobatan yang sesuai.

Efektivitas pengobatan akan tergantung pada:

  • Ukuran abses.
  • Berapa banyak abses.
  • Kondisi kesehatan pasien.

Jika ukuran abses lebih kecil dari 1 inci, pasien mungkin hanya akan menerima antibiotik intravena, antijamur, atau obat antivirus. Namun, dokter mungkin perlu mengeringkan abses yang lebih kecil untuk menentukan antibiotik mana yang terbaik.

Jika abses lebih besar dari 1 inci, dokter perlu menyedotnya, mengeringkannya, atau memotongnya.

Jika ada beberapa abses, memotongnya mungkin terlalu berisiko. Dokter bedah akan merekomendasikan aspirasi.

Pasien tersebut juga memerlukan pengobatan untuk infeksi primer, misalnya di paru-paru, perut, atau hidung.

Pasien mungkin butuh dioperasi bila:

  • Tekanan di otak terus meningkat.
  • Abses tidak merespons obat.
  • Ada gas pada abses.
  • Ada risiko abses bisa pecah.

Kraniotomi adalah prosedur di mana ahli bedah membuat lubang di tengkorak.

Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:

  • Dokter bedah akan mencukur rambut di sebagian kecil kulit kepala.
  • Dokter mengambil sepotong kecil tulang untuk mendapatkan akses ke otak
    Dokter akan menghilangkan abses atau mengeluarkan nanah, mungkin dengan bantuan CT scan.
  • Mengganti tulang dan menjahit kulit.

Untuk pengobatannya sendiri, kortikosteroid dosis tinggi jangka pendek dapat membantu jika ada peningkatan tekanan intrakranial dan risiko komplikasi, seperti meningitis. Namun, dokter tidak meresepkan kortikosteroid sebagai tindakan rutin.

Beberapa komplikasi yang mungkin bisa terjadi antara lain kerusakan otak, meningitis yang parah dan mengancam jiwa, kekambuhan infeksi, dan kejang.

Segera cari pertolongan medis bila kamu mengalami gejala-gejala abses otak terlebih bila ada faktor risikonya. Sementara itu, untuk mengurangi risiko terbentuknya abses otak, pastikan untuk mendapatkan penanganan yang tepat untuk infeksi atau kondisi kesehatan yang dapat menyebabkannya.

Baca Juga: Abses Bartholin: Penyebab, Gejala, Komplikasi, dan Pengobatan

Derinda Astri Irdiyana  Photo Verified Writer Derinda Astri Irdiyana

Jual hamster Bergas Ungaran Kabupaten Semarang Instagram @dekyrahamster030721

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya