Disfagia: Penyebab, Jenis, Gejala, Pengobatan, Komplikasi

Gangguan menelan yang bisa menyebabkan malnutrisi

Disfagia atau dysphagia adalah gangguan atau kesulitan menelan, yang berarti butuh lebih banyak waktu dan usaha untuk memindahkan makanan atau cairan dari mulut ke perut. Kondisi ini juga bisa dikaitkan dengan rasa sakit. Dalam beberapa kasus, seseorang mungkin tak bisa menelan sama sekali.

Disfagia mungkin terjadi saat kita makan terlalu cepat atau tidak mengunyah makanan dengan cukup baik, yang mana ini tak perlu dikhawatirkan. Akan tetapi, disfagia persisten bisa menandakan adanya kondisi medis serius yang butuh penanganan.

1. Apa itu disfagia?

Disfagia: Penyebab, Jenis, Gejala, Pengobatan, Komplikasiilustrasi seseorang dengan disfagia (pexels.com/Pavel Danilyuk)

Dilansir Cleveland Clinic, disfagia secara sederhana didefinisikan sebagai gangguan menelan. Ini dapat terjadi pada salah satu dari tiga fase menelan:

  • Oral.
  • Faring.
  • Kerongkongan.

Disfagia sering ditemukan pada penderita stroke dan dapat memengaruhi fase menelan oral dan/atau faring. Pasien mungkin batuk atau tersedak saat mencoba menelan air liur, cairan, atau makanan.

Seorang ahli patologi wicara-bahasa sering menilai kemampuan pasien untuk menelan untuk menentukan risiko aspirasi, (makanan atau cairan masuk ke paru-paru) yang berpotensi menyebabkan infeksi paru-paru atau pneumonia.

Pasien stroke berisiko mengalami kondisi di mana makanan atau cairan tidak masuk ke lambung melainkan ke saluran napas, yaitu aspirasi, yang mana ini bisa terjadi tidak disadari (silent aspiration), alias makanan dan cairan masuk ke paru-paru tanpa batuk atau tersedak. Pada pasien ini, tidak ada tanda atau gejala dari masalah menelan.

2. Gejala

Disfagia: Penyebab, Jenis, Gejala, Pengobatan, Komplikasiilustrasi disfagia (therapy-a.com)

Beberapa pasien mengalami disfagia dan tidak menyadarinya. Dalam kasus ini, mungkin disfagia tidak terdiagnosis dan mendapat penanganan, sehingga meningkatkan risiko pneumonia aspirasi (infeksi paru-paru yang dapat berkembang setelah secara tidak sengaja menghirup air liur atau partikel makanan), mengutip Medical News Today.

Disfagia yang tidak terdiagnosis juga dapat menyebabkan dehidrasi dan malnutrisi.

Gejala yang terkait dengan disfagia meliputi:

  • Tersedak saat makan.
  • Batuk atau tersedak saat menelan.
  • Mengiler.
  • Makanan atau asam lambung naik ke tenggorokan.
  • Sakit mag berulang.
  • Suara serak.
  • Sensasi makanan tersangkut di tenggorokan atau dada, atau di belakang tulang dada.
  • Penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan.
  • Kondisi kembalinya cairan atau makanan secara spontan dari lambung ke tenggorokan (regurgitasi).
  • Kesulitan mengontrol makanan di mulut.
  • Kesulitan memulai proses menelan.
  • Pneumonia berulang.
  • Ketidakmampuan untuk mengontrol air liur.

Pasien mungkin merasa seperti ada makanan yang tersangkut.

Baca Juga: Tenggorokanmu Terus-terusan Berlendir? Ini 7 Cara Ampuh Mengatasinya

3. Jenis

Disfagia: Penyebab, Jenis, Gejala, Pengobatan, Komplikasiilustrasi disfagia (longislandentcare.com)

Dilansir Healthline, proses menelan terjadi dalam empat fase, yaitu:

  1. Oral preparatory atau persiapan oral
  2. Oral
  3. Faringeal atau faring
  4. Esofageal atau esofagus atau kerongkongan

Kesulitan menelan bisa dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu orofaringeal (mencakup fase 1-3) dan esofageal.

Orofaringeal

Disfagia orofaringeal disebabkan oleh gangguan pada saraf dan otot di tenggorokan. Gangguan ini melemahkan otot, sehingga sulit bagi seseorang untuk menelan tanpa tersedak atau tersedak. Penyebabnya adalah kondisi yang terutama memengaruhi sistem saraf, seperti:

  • Multiple sclerosis.
  • Penyakit Parkinson.
  • Kerusakan saraf akibat operasi atau terapi radiasi.
  • Post-polio syndrome.

Disfagia orofaringeal juga dapat disebabkan oleh kanker esofagus dan kanker kepala atau leher. Ini mungkin disebabkan oleh penyumbatan di tenggorokan bagian atas, faring, atau kantong faring yang mengumpulkan makanan.

Esofageal

Disfagia esofagus adalah perasaan seperti ada sesuatu yang tersangkut di tenggorokan. Kondisi ini disebabkan oleh:

  • Kejang di esofagus bagian bawah, seperti spasme esofagus distal atau ketidakmampuan sfingter esofagus untuk relaksasi.
  • Sesak di esofagus bagian bawah karena penyempitan intermiten cincin esofagus.
  • Penyempitan kerongkongan dari pertumbuhan atau jaringan parut.
  • Ada benda asing bersarang di kerongkongan atau tenggorokan.
  • Pembengkakan atau penyempitan kerongkongan akibat peradangan atau GERD.

Jaringan parut di kerongkongan karena peradangan kronis atau perawatan setelah terapi radiasi.

4. Penyebab

Disfagia: Penyebab, Jenis, Gejala, Pengobatan, Komplikasiilustrasi diffuse esophageal spasm (elsevier.es)

Seperti dijelaskan di laman Mayo Clinic, menelan adalah proses kompleks, dan sejumlah kondisi bisa memengaruhi proses ini. Kadang penyebab disfagia tidak bisa teridentifikasi. Namun, disfagia umumnya termasuk dalam salah satu kategori berikut.

Disfagia esofagus

Disfagia esofagus mengacu pada sensasi makanan menempel atau menggantung di pangkal tenggorokan atau di dada setelah seseorang mulai menelan. Beberapa penyebabnya meliputi: 

  • Akalasia. Ketika otot esofagus bagian bawah (sfingter) tidak relaksasi dengan benar untuk membiarkan makanan masuk ke perut. Ini dapat menyebabkan makanan kembali ke tenggorokan. Otot-otot di dinding kerongkongan mungkin juga lemah, suatu kondisi yang cenderung memburuk dari waktu ke waktu.
  • Spasme atau kejang difus. Kondisi ini menghasilkan beberapa tekanan tinggi, kontraksi kerongkongan yang tidak terkoordinasi dengan baik, biasanya setelah menelan. Kejang difus memengaruhi otot-otot tak sadar di dinding kerongkongan bagian bawah.
  • Striktur esofagus. Kerongkongan yang menyempit (striktur) dapat menjebak makanan dalam jumlah besar. Tumor atau jaringan parut, sering disebabkan oleh GERD, dapat menyebabkan penyempitan.
  • Tumor esofagus. Kesulitan menelan cenderung semakin memburuk ketika ada tumor esofagus.
  • Benda asing. Kadang makanan atau benda lain sebagian dapat menyumbat tenggorokan atau kerongkongan. Orang dewasa yang lebih tua dengan gigi palsu dan orang-orang yang mengalami kesulitan mengunyah makanan lebih mungkin mengalami makanan yang tersangkut di tenggorokan atau kerongkongan.
  • Esophageal ring atau cincin Schatzki atau cincin Schatzki-Gary. Ini adalah cincin yang dapat ditemui di bagian bawah esofagus yang dapat menyebabkan kesulitan menelan. Cincin ini terbuat dari jaringan mukosa atau jaringan muskular.
  • GERD. Kerusakan jaringan kerongkongan akibat asam lambung yang naik ke kerongkongan dapat menyebabkan spasme atau jaringan parut dan penyempitan kerongkongan bagian bawah.
  • Esofagitis eosinofilik. Kondisi ini, yang mungkin terkait dengan alergi makanan, disebabkan oleh kelebihan populasi sel yang disebut eosinofil di kerongkongan.
  • Skleroderma. Pengembangan jaringan seperti bekas luka, menyebabkan kekakuan dan pengerasan jaringan, dapat melemahkan sfingter esofagus bagian bawah, memungkinkan asam untuk kembali ke kerongkongan dan menyebabkan heartburn atau nyeri ulu hati yang sering.
  • Radiasi. Terapi kanker ini bisa menyebabkan inflamasi dan jaringan parut pada kerongkongan.

Disfagia orofangeal

Kondisi tertentu dapat melemahkan otot tenggorokan, sehingga sulit untuk memindahkan makanan dari mulut ke tenggorokan dan kerongkongan saat mulai menelan. Pengidapnya mungkin tersedak, muntah, atau batuk saat mencoba menelan atau merasakan sensasi makanan atau cairan turun ke tenggorokan (trakea) atau naik ke hidung. Hal ini dapat menyebabkan pneumonia.

Penyebabnya antara lain:

  • Kelainan saraf. Gangguan tertentu, seperti multiple sclerosis, distrofi otot, dan penyakit Parkinson dapat menyebabkan disfagia.
  • Kerusakan neurologis. Kerusakan saraf yang tiba-tiba, seperti akibat stroke atau cedera otak atau sumsum tulang belakang, dapat memengaruhi kemampuan untuk menelan.
  • Divertikulum faringoesofagus (divertikulum Zenker). Kantung kecil yang membentuk dan mengumpulkan partikel makanan di tenggorokan, sering kali tepat di atas kerongkongan, menyebabkan kesulitan menelan, suara berdeguk, bau mulut, dan batuk atau berdehem berulang kali.
  • Kanker. Beberapa kanker dan pengobatannya, seperti radiasi, dapat menyebabkan kesulitan menelan.

5. Pengobatan dan risiko komplikasinya

Disfagia: Penyebab, Jenis, Gejala, Pengobatan, Komplikasiilustrasi operasi atau pembedahan (pexels.com/ Павел Сорокин)

Menurut keterangan dari National Health Service, pengobatan disfagia akan bergantung pada penyebabnya. Kebanyakan kasus bisa membaik dengan penanganan yang cermat, tetapi tak selalu bisa sembuh.

Beberapa opsi pengobatannya antara lain:

  • Terapi wicara dan bahasa untuk mempelajari teknik menelan baru.
  • Mengubah konsistensi makanan dan cairan agar lebih aman untuk ditelan.
  • Bentuk pemberian makan lainnya, seperti pemberian selang melalui hidung atau perut.
  • Operasi untuk melebarkan kerongkongan, dengan meregangkannya atau memasukkan tabung plastik atau logam (stent).

Disfagia kadang dapat menyebabkan masalah lebih lanjut. Salah satu masalah yang paling umum adalah batuk atau tersedak saat makanan masuk ke "jalan yang salah" dan menghalangi jalan napas. Ini dapat menyebabkan infeksi dada, seperti pneumonia aspirasi, yang memerlukan perawatan medis segera.

Pneumonia aspirasi dapat berkembang setelah secara tidak sengaja menghirup sesuatu, seperti sepotong kecil makanan.

Tanda-tanda peringatan pneumonia aspirasi meliputi:

  • Suara serak basah atau gurgly saat makan atau minum.
  • Batuk saat makan atau minum.
  • Kesulitan bernapas, pernapasan mungkin cepat dan dangkal.

Itulah informasi penting seputar pengertian, jenis, penyebab, gejala, pengobatan, dan risiko komplikasi disfagia. Bila kamu atau orang terdekatmu mengalami gejala-gejala di atas, sebaiknya periksa ke dokter, ya.

Baca Juga: 10 Cara Mengeluarkan Dahak di Tenggorokan dengan Ampuh

Derinda Astri Irdiyana  Photo Verified Writer Derinda Astri Irdiyana

Jual hamster Bergas Ungaran Kabupaten Semarang Instagram @dekyrahamster030721

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Nurulia
  • Bayu Aditya Suryanto

Berita Terkini Lainnya