Babesiosis: Penyebab, Gejala, Pengobatan, dan Pencegahan

Bisa terjadi bersamaan dengan penyakit Lyme

Babesiosis adalah infeksi sel darah merah yang langka dan bisa mengancam jiwa, yang biasanya disebarkan oleh kutu. Penyakit ini disebabkan oleh parasit kecil yang bernama Babesia.

Berikut ini akan dijelaskan fakta medis seputar babesiosis yang perlu kamu ketahui agar bisa terus waspada!

1.  Apa itu babesiosis?

Babesiosis: Penyebab, Gejala, Pengobatan, dan Pencegahanilustrasi protozoa Babesia (pixnio.com)

Menurut keterangan dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC), babesiosis adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit mikroskopis yang menginfeksi sel darah merah.

Berbagai spesies parasit Babesia telah ditemukan pada hewan, tetapi hanya sedikit yang ditemukan pada manusia.

Babesia microti—yang biasanya menginfeksi tikus berkaki putih dan mamalia kecil lainnya—adalah spesies utama yang ditemukan pada manusia di Amerika Serikat. Beberapa kasus yang disebabkan oleh spesies Babesia lain telah terdeteksi, seperti Babesia divergens dan Babesia duncani.

2. Gejala

Babesiosis: Penyebab, Gejala, Pengobatan, dan Pencegahanilustrasi demam (pexels.com/Pavel Danilyuk)

Dilansir Verywell Health, babesiosis mungkin tidak menyebabkan gejala. Sebagian besar orang yang terinfeksi Babesia tidak merasa sakit (asimtomatik) atau cuma mengembangkan gejala ringan.

Gejala umum babesiosis bisa mirip flu, seperti:

  • Perasaan kurang sehat dan lesu (malaise)
  • Merasa kelelahan dan tidak bertenaga
  • Kehilangan nafsu makan dan mual
  • Demam, menggigil, dan keringat dingin
  • Nyeri sendi

Bila seseorang terkena babesiosis dari kutu, gejala biasanya muncul dalam beberapa minggu setelah gigitan. Kadang, bisa lebih lama, bisa sampai sembilan minggu.

Karena kutu yang membawa penyakit seperti babesiosis atau penyakit Lyme menginfeksi ketika mereka masih sangat kecil dan sulit dilihat, bukan hal yang aneh bagi seseorang untuk mengetahui bahwa mereka memiliki penyakit yang ditularkan melalui kutu dan tidak ingat pernah mengalami gigitan kutu.

Beberapa orang akan sakit parah setelah digigit kutu pembawa parasit Babesia. Kasus yang lebih parah biasanya terjadi pada lansia, tidak memiliki limpa (baik karena diangkat melalui pembedahan atau karena terlahir tanpa limpa), atau tidak memiliki sistem kekebalan yang baik (sebagai akibat dari penyakit kronis penyakit yang memengaruhi sistem kekebalan, seperti HIV, atau karena mereka sedang minum obat atau menerima terapi obat, seperti kemoterapi yang menekan sistem kekebalan mereka).

Babesiosis juga lebih umum dan bisa lebih serius pada orang yang sudah menderita penyakit yang ditularkan melalui kutu, seperti penyakit Lyme. Sebanyak 20 persen penderita Lyme juga ditemukan terinfeksi Babesia.

Pada kasus parah, gejala yang muncul bisa termasuk:

  • Anemia hemolitik
  • Pembesaran limpa bila pasien masih memilikinya
  • Gagal ginjal
  • Kulit dan mata menguning secara abnormal (penyakit kuning atau jaundice)
  • Gagal hati
  • Gumpalan darah yang disebabkan oleh kondisi yang disebut koagulasi intravaskular diseminata atau disseminated intravascular coagulation (DIC)
  • Walau jarang, tetapi pasien bisa mengalami gangguan pernapasan berat yang disebabkan oleh penumpukan cairan di alveoli atau kantung udara kecil di paru-paru. Ini dikenal sebagai adult respiratory distress syndrome (ARDS)

Pada kasus parah, babesiosis bisa berlangsung selama berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun, dan berpotensi fatal jika tidak ditangani.

Baca Juga: Waspada! 5 Penyakit yang Bisa Ditularkan dari Kutu

3. Penyebab

Babesiosis: Penyebab, Gejala, Pengobatan, dan Pencegahanilustrasi siklus hidup parasit Babesia (slideshare.net)

Menurut keterangan dari National Organization for Rare Disorders (NORD), babesiosis disebabkan oleh mikroorganisme bersel tunggal (protozoa) dari genus Babesia. Mikroorganisme tersebut adalah parasit yang menyerang sel darah merah (eritrosit).

Ada lebih dari 100 spesies Babesia. Dua spesies penyebab penyakit pada manusia (patogen) umumnya adalah Babesia microti dan Babesia divergens. Spesies yang terlibat bervariasi tergantung pada lokasi geografis tertentu.

Protozoa Babesia seperti B. microti ditularkan ke manusia melalui gigitan kutu yang terinfeksi. Kutu berfungsi sebagai "vektor", istilah untuk organisme apa pun yang terinfeksi dan kemudian menularkan agen penyakit tertentu (misalnya, bakteri atau virus) ke organisme lain, yang kemudian dapat terinfeksi. Kutu rusa (Ixodes dammini atau scapularis) adalah vektor paling umum yang menularkan babesiosis.

Dalam kasus yang sangat jarang, babesiosis dapat ditularkan setelah transfusi darah dengan darah yang terkontaminasi mikroorganisme.

4. Diagnosis

Babesiosis: Penyebab, Gejala, Pengobatan, dan Pencegahanilustrasi sampel darah (freepik.com/rawpixel.com)

Mengutip WebMD, biasanya babesiosis bisa terdiagnosis lewat tes darah untuk memeriksa tanda-tanda infeksi. Ini termasuk mencari parasit Babesia dalam darah lewat mikroskop.

Dokter juga mungkin akan memesan tes darah lainnya untuk menyingkirkan kondisi lainnya yang punya gejala serupa, seperti anaplasmosis atau penyakit Lyme, yang juga disebabkan oleh kutu. Sangat mungkin untuk memiliki penyakit Lyme dan babesiosis pada waktu bersamaan.

5. Pengobatan

Babesiosis: Penyebab, Gejala, Pengobatan, dan Pencegahanilustrasi obat-obatan (pexels.com/Freestocks)

Seperti dijelaskan di laman Healthline, Babesia adalah parasit dan tidak akan merespons antibiotik saja. Pengobatannya akan membutuhkan obat antiparasit seperti yang digunakan untuk malaria.

Atovaquone dan azithromycin digunakan untuk mengobati sebagian besar kasus ringan sampai sedang, dan biasanya diminum selama 7-10 hari. Alternatif obat lainnya adalah klindamisin dan pil kina.

Pada kasus yang berat, pengobatan biasanya terdiri dari azithromycin yang diberikan secara intravena ditambah atovakuon oral atau klindamisin yang diberikan secara intravena ditambah kina oral. Pada kasus parah, tindakan dukungan tambahan dapat dilakukan, misalnya transfusi darah.

Kekambuhan bisa terjadi setelah pengobatan. Jika mengalami gejala lagi, pasien harus dirawat kembali. Pada beberapa orang, seperti orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah, mungkin perlu dirawat lebih lama untuk membersihkan infeksi.

6. Pencegahan

Babesiosis: Penyebab, Gejala, Pengobatan, dan Pencegahanilustrasi memakai celana panjang (pexels.com/Harrison Haines)

Menghindari kontak dengan kutu adalah pencegahan terbaik terhadap babesiosis dan penyakit Lyme. Jika kamu pergi ke area hutan dan padang rumput di mana terdapat rusa, lakukan tindakan pencegahan seperti:

  • Kenakan pakaian yang dirawat dengan permetrin
  • Menyemprotkan pengusir serangga yang mengandung DEET pada sepatu, kaus kaki, dan area kulit yang tak terlindungi
  • Kenakan celana panjang dan kemeja lengan panjang. Selipkan ujung bawah celana ke dalam kaus kaki untuk mencegah kutu masuk
  • Periksa seluruh tubuh setelah menghabiskan waktu di luar ruangan. Minta seorang teman untuk melihat punggung dan bagian belakang kaki, terutama di belakang lutut
  • Mandi dan gunakan sikat bergagang panjang di area yang tidak terlihat

Kutu harus menempel di kulit sebelum dapat menularkan penyakit. Penempelan kutu biasanya butuh waktu beberapa jam setelah kutu berkontak dengan kulit atau pakaian. Bahkan setelah kutu menempel, ada jeda waktu sebelum kutu menularkan parasit, yaitu sekitar 36 hingga 48 jam. Gunakan jeda waktu tersebut untuk mencari kutu dan menghilangkannya.

Demikian informasi seputar penyakit babesiosis. Bila kamu mengalami gejala-gejalanya, jangan ragu untuk memeriksakan diri ke dokter agar bisa mendapat penanganan berdasarkan penyebab yang mendasarinya.

Baca Juga: Mengenal 7 Fakta Pedikulosis, Invasi Kutu pada Rambut Manusia, Ngeri! 

Derinda Astri Irdiyana  Photo Verified Writer Derinda Astri Irdiyana

Jual hamster Bergas Ungaran Kabupaten Semarang Instagram @dekyrahamster030721

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya