Plasenta Akreta: Penyebab, Gejala, dan Pengobatan

Kondisi saat plasenta tumbuh terlalu dalam ke dinding rahim

Plasenta akreta atau placenta accreta, juga dikenal sebagai placenta accreta spectrum, adalah kondisi kehamilan yang mana plasenta melekat atau tumbuh terlalu dalam ke dinding rahim.

Kondisi ini dianggap sebagai kondisi iatrogenik. Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), penyakit iatrogenik adalah reaksi obat yang merugikan atau komplikasi yang disebabkan oleh tindakan intervensi tanpa obat. Darcy (1998) mendefinisikannya sebagai penyakit yang disebabkan oleh obat yang diresepkan dokter, setelah prosedur medis atau bedah, resep yang tidak sah, dan peristiwa lingkungan (misalnya jatuh atau peralatan yang rusak).

Lebih umum dialami perempuan yang pernah menjalani persalinan sesar, berikut ini adalah fakta seputar plasenta akreta yang perlu diketahui.

1. Apa itu plasenta akreta?

Plasenta Akreta: Penyebab, Gejala, dan Pengobatanilustrasi plasenta akreta (pregnancybirthbaby.org.au)

Selama hamil, plasenta menempel pada dinding rahim perempuan dan terlepas setelah melahirkan. Plasenta akreta adalah komplikasi kehamilan serius yang dapat terjadi ketika plasenta menempel atau tumbuh terlalu dalam ke dinding rahim. Ini menyebabkan sebagian atau seluruh plasenta tetap melekat erat pada rahim saat melahirkan. Plasenta akreta dapat menyebabkan perdarahan hebat setelah melahirkan.

Sebagai gambaran angka kasus, American Congress of Obstetricians and Gynecologists menyebut bahwa 1 dari 533 perempuan Amerika Serikat (AS) mengalami plasenta akreta setiap tahun.

Dalam beberapa kasus, plasenta melekat begitu dalam ke dinding rahim hingga menempel pada otot rahim. Ini disebut plasenta inkreta. Bahkan, bisa sampai menempel lebih dalam melalui dinding rahim dan ke organ lain, seperti kandung kemih. Ini disebut plasenta perkreta.

Plasenta akreta dianggap sebagai komplikasi kehamilan yang berpotensi mengancam nyawa. Kadang kondisi ini ditemukan selama persalinan, meski dalam banyak kasus perempuan terdiagnosis plasenta akreta saat hamil. Dokter biasanya akan melakukan persalinan sesar dini dan kemudian mengangkat rahim pasien (histerektomi) bila komplikasi terdeteksi sebelum persalinan.

2. Jenis

Plasenta Akreta: Penyebab, Gejala, dan Pengobatanilustrasi jenis plasenta akreta spektrum (preventaccreta.org)

Dilansir Cleveland Clinic, terdapat tiga jenis plasenta akreta yang didasarkan pada seberapa dalam plasenta menempel pada rahim. 

  • Plasenta akreta: Plasenta menempel kuat pada dinding rahim, tidak melewati dinding rahim atau berdampak pada otot-otot rahim. Ini adalah jenis yang paling umum.
  • Plasenta inkreta: Pada jenis ini, plasenta tertanam lebih dalam di dinding rahim. Masih tidak melewati dinding rahim, tetapi melekat erat pada otot rahim.
  • Plasenta perkreta: Ini merupakan jenis yang paling parah, yang terjadi ketika plasenta melewati dinding rahim. Plasenta mungkin tumbuh melalui rahim dan berdampak pada organ lain, seperti kandung kemih atau usus.

American Pregnancy Association (APA) memperkirakan bahwa dari perempuan yang mengalami plasenta akreta, sekitar 15 persen mengalami plasenta inkreta, sedangkan sekitar 5 persen mengalami plasenta perkreta.

Baca Juga: 5 Gangguan Plasenta yang Bahayakan Ibu dan Janin, Bumil Harus Tahu

3. Gejala

Plasenta Akreta: Penyebab, Gejala, dan PengobatanPerdarahan vagina pada trimester ketiga harus diwaspadai. (pexels.com/Cliff Booth)

Seperti dijelaskan dalam laman Healthline, perempuan dengan plasenta akreta biasanya tidak menunjukkan tanda atau gejala apa pun selama kehamilan. Kondisi tersebut terkadang terdeteksi oleh dokter selama pemeriksaan USG rutin.

Namun, pada beberapa kasus, plasenta akreta menyebabkan perdarahan vagina selama trimester ketiga (minggu ke-27 hingga ke-40). Segera hubungi dokter bila mengalami perdarahan vagina selama trimester ketiga. Bila mengalami perdarahan hebat, seperti perdarahan yang membasahi pembalut dalam waktu kurang dari 45 menit, atau yang berat dan disertai sakit perut, cari pertolongan medis secepatnya.

4. Penyebab

Plasenta Akreta: Penyebab, Gejala, dan Pengobatanilustrasi plasenta previa (babygest.com)

Dilansir Pregnancy Birth and Baby, meskipun jarang terjadi, plasenta akreta menjadi lebih umum dalam beberapa tahun terakhir karena jumlah operasi sesar yang meningkat. Operasi apa pun yang meninggalkan jaringan parut pada lapisan rahim dapat meningkatkan risiko ibu hamil mengalami plasenta akreta.

Tidak diketahui pasti apa yang menyebabkan plasenta akreta, tetapi dokter menduga itu berhubungan dengan ketidakteraturan yang ada pada lapisan rahim dan kadar fetoprotein yang tinggi, protein yang diproduksi oleh bayi yang dapat dideteksi dalam darah ibu.

Penyimpangan ini dapat terjadi akibat jaringan parut setelah operasi sesar atau operasi rahim. Bekas luka ini memungkinkan plasenta tumbuh terlalu dalam ke dinding rahim. Ibu hamil yang plasentanya menutupi sebagian atau seluruh serviks (plasenta previa) juga berisiko lebih tinggi mengalami plasenta akreta. Namun, dalam beberapa kasus, plasenta akreta terjadi pada perempuan tanpa riwayat operasi rahim atau plasenta previa.

Melahirkan sesar meningkatkan risiko plasenta akreta pada kehamilan berikutnya. Semakin banyak persalinan sesar yang dijalani, semakin besar risikonya. APA memperkirakan bahwa perempuan yang memiliki lebih dari satu persalinan sesar menyumbang 60 persen dari semua kasus plasenta akreta.

Risiko juga makin meningkat bila ibu hamil:

  • Menderita fibroid.
  • Mengandung anak kembar.
  • Perokok.
  • Berusia di atas 35 tahun.

5. Faktor risiko

Plasenta Akreta: Penyebab, Gejala, dan Pengobatanilustrasi pembedahan atau operasi (pexels.com/Vidal Balielo Jr.)

Dilansir Mayo Clinic, beberapa faktor dapat meningkatkan risiko plasenta akreta, termasuk:

  • Operasi rahim sebelumnya: Risiko plasenta akreta meningkat dengan jumlah operasi sesar atau operasi rahim lainnya yang pernah dilakukan.
  • Posisi plasenta: Jika plasenta menutupi sebagian atau seluruh serviks (plasenta previa) atau berada di bagian bawah rahim, perempuan berisiko lebih tinggi mengalami plasenta akreta.
  • Usia ibu hamil: Plasenta akreta lebih sering terjadi pada wanita yang lebih tua dari 35 tahun.

Menurut keterangan dari American College of Obstetricians and Gynecologists, ada beberapa faktor risiko plasenta akreta. Yang paling umum adalah kelahiran sesar sebelumnya, dengan insiden meningkat seiring jumlah kelahiran sesar sebelumnya.

Dalam tinjauan sistematis, tingkat plasenta akreta meningkat 0,3 persen pada perempuan dengan satu kelahiran sesar sebelumnya, hingga 6,74 persen pada perempuan dengan lima atau lebih persalinan sesar.

Faktor risiko tambahan termasuk usia lanjut pada ibu, multiparitas (telah melahirkan anak lebih dari satu kali), operasi rahim sebelumnya atau kuretase, dan sindrom Asherman.

Plasenta previa adalah faktor risiko lain yang signifikan. Plasenta akreta terjadi pada 3 persen perempuan yang didiagnosis dengan plasenta previa dan tidak pernah melahirkan sesar sebelumnya.

Pada kasus plasenta previa dan satu atau lebih kelahiran sesar sebelumnya, risiko plasenta akreta meningkat secara dramatis. Untuk perempuan dengan plasenta previa, risiko plasenta akreta adalah 3 persen, 11 persen, 40 persen, 61 persen, dan 67 persen, masing-masing untuk operasi sesar pertama, kedua, ketiga, keempat, dan kelima atau lebih.

Selain itu, hasil abnormal dari biomarker plasenta meningkatkan risiko plasenta akreta. Misalnya, peningkatan yang tidak dapat dijelaskan pada serum alfa-fetoprotein ibu dikaitkan dengan peningkatan risiko. Namun, serum alfa-fetoprotein ibu merupakan prediktor spektrum plasenta akreta yang buruk dan tidak cukup akurat untuk berguna secara klinis.

Analit plasenta lain yang terkait dengan plasenta akreta termasuk plasma protein A terkait kehamilan, pro B-type natriuretic peptide, troponin, free β-hCG (mRNA), dan human placental lactogen (cell-free mRNA). Selain itu, penanda lain yang diusulkan untuk invasi trofoblas yang menyimpang, total placental cell-free mRNA, dapat dikaitkan dengan plasenta akreta. Seperti halnya alfa-fetoprotein, penanda tersebut terlalu tidak spesifik untuk penggunaan klinis.

6. Pengobatan

Plasenta Akreta: Penyebab, Gejala, dan Pengobatanilustrasi operasi caesar (pexels.com/Vidal Balielo Jr)

Setiap kasus plasenta akreta berbeda-beda. Jika dokter telah mendiagnosis plasenta akreta, mereka akan merencanakan untuk memastikan bayi dilahirkan seaman mungkin.

Kasus yang parah ditangani dengan pembedahan. Pertama-tama, dokter akan melakukan operasi sesar untuk melahirkan bayi. Selanjutnya, mereka dapat melakukan histerektomi. Ini untuk mencegah kehilangan darah serius yang dapat terjadi jika sebagian, atau seluruh, plasenta tertinggal di rahim setelah bayi lahir.

Bila masih ingin hamil, ada pilihan pengobatan setelah melahirkan yang bisa menjaga kesuburan. Ini adalah prosedur pembedahan yang meninggalkan banyak plasenta di dalam rahim. Akan tetapi, perempuan yang menerima perawatan ini memiliki risiko komplikasi yang lebih tinggi. Dokter mungkin akan menyarankan histerektomi bila perempuan terus mengalami perdarahan vagina setelah prosedur. Dikatakan bahwa akan sangat sulit untuk hamil setelah prosedur ini.

Itulah ulasan pengertian, penyebab, gejala, faktor risiko, serta pengobatan plasenta akreta. Sayangnya, tidak ada cara untuk mencegah kondisi ini. Dokter akan memantau kehamilan secara ketat untuk mencegah komplikasi apa pun bila kamu terdiagnosis dengan plasenta akreta.

Baca Juga: Bisa Lancarkan Persalinan, 7 Olahraga Ini Sangat Tepat Bagi Ibu Hamil

Derinda Astri Irdiyana  Photo Verified Writer Derinda Astri Irdiyana

Jual hamster Bergas Ungaran Kabupaten Semarang Instagram @dekyrahamster030721

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Nurulia
  • Bayu Aditya Suryanto

Berita Terkini Lainnya