Anemia dan gangguan penglihatan masih menjadi dua masalah serius yang membayangi tumbuh kembang anak-anak Indonesia. Sayangnya, banyak orang tua belum menyadari bahwa dampaknya tidak hanya sebatas anak mudah lelah atau kesulitan membaca tulisan di papan tulis. Masalah ini diam-diam memengaruhi fungsi kognitif anak, terutama memori kerja, yaitu kemampuan otak untuk menyimpan dan mengolah informasi dalam waktu singkat. Padahal, memori kerja adalah fondasi penting bagi anak untuk bisa fokus, memahami pelajaran, dan memecahkan masalah di sekolah.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat bahwa sekitar 25 persen anak usia sekolah di dunia mengalami anemia. Angka ini sejalan dengan temuan studi dalam jurnal PLOS One tahun 2023, yang menunjukkan bahwa hampir separuh kasus anemia pada anak disebabkan oleh defisiensi zat besi. Kekurangan zat besi ini terbukti berdampak negatif pada perkembangan otak, terutama kemampuan belajar dan daya ingat.
Melihat ancaman yang sering luput diperhatikan ini, Indonesia Nutrition Association (INA) melalui rangkaian INA Nutri Symposium 2025 mengadakan sesi Study & Symposium Supported by Danone. Dalam forum tersebut, Indonesian Health Development Center (IHDC) memaparkan dua hasil studi terbaru yang menghubungkan anemia defisiensi zat besi dan gangguan penglihatan dengan penurunan memori kerja hingga prestasi akademik anak di sekolah.
Temuan ini menjadi pengingat bahwa upaya pencegahan anemia dan masalah penglihatan tak hanya soal perbaikan gizi, tetapi juga pemeriksaan rutin mata dan edukasi keluarga. Dengan perhatian sejak dini, anak-anak Indonesia diharapkan bisa tumbuh optimal tak cuma fisik, tetapi juga tajam daya ingat dan prestasinya.