ilustrasi stroke (IDN Times/Novaya Siantita)
Karena silent stroke tidak menunjukkan gejala yang jelas, banyak orang tidak menyadari bahwa mereka pernah mengalaminya. Satu-satunya cara yang pasti untuk mendeteksi silent stroke adalah melalui pemeriksaan pencitraan otak, seperti CT scan atau MRI.
Pada hasil scan, dokter akan melihat adanya bintik putih atau lesi, yang merupakan tanda bahwa sel-sel otak di area tertentu telah rusak dan tidak lagi berfungsi.
Selain itu, beberapa gejala halus yang sering dianggap sebagai bagian dari proses penuaan juga bisa menjadi petunjuk adanya silent stroke, antara lain:
Silent stroke mungkin tidak menimbulkan gejala langsung, tetapi dampaknya bisa serius dan bertahan lama. Karena sering tak terdeteksi, penting untuk mewaspadai faktor risikonya dan menjaga kesehatan otak sejak dini. Pemeriksaan rutin, terutama jika kamu memiliki tekanan darah tinggi, diabetes, atau kolesterol tinggi, bisa menjadi langkah penting untuk mencegah kerusakan yang tak terlihat.
Referensi
Gupta, Ajay, Ashley E. Giambrone, Gino Gialdini, Caitlin Finn, Diana Delgado, Jose Gutierrez, Clinton Wright, et al. “Silent Brain Infarction and Risk of Future Stroke.” Stroke 47, no. 3 (February 18, 2016): 719–25.
Leung, Lester Y., Paul K. J. Han, Christine Lundquist, Gene Weinstein, David E. Thaler, and David Kent. “Clinicians’ Perspectives on Incidentally Discovered Silent Brain Infarcts – A Qualitative Study.” PLoS ONE 13, no. 3 (March 29, 2018).
"Mengenal Stroke Lakunar: Stroke Ringan yang Tidak Bisa Diremehkan." Kemenkes RS Ngoerah. Diakses Juni 2025.