Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi otak manusia (freepik.com/tira)
ilustrasi otak manusia (freepik.com/tira)

Intinya sih...

  • Silent stroke terjadi tanpa gejala khas stroke, tetapi kerusakan ini tetap nyata dan bisa berdampak jangka panjang.

  • Penyebabnya termasuk penggumpalan darah, tekanan darah tinggi, penyempitan pembuluh darah, kadar kolesterol tinggi, dan diabetes.

  • Dampak silent stroke bisa serius dan bertahan lama, sehingga deteksi dini melalui pemeriksaan pencitraan otak sangat penting.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Ketika mendengar kata stroke, yang terlintas di benak biasanya adalah gejala khas seperti bicara pelo atau kelumpuhan mendadak. Namun, tahukah kamu bahwa stroke bisa terjadi tanpa menunjukkan satu pun dari gejala tersebut? Ini yang disebut sebagai silent stroke.

Silent stroke merupakan kondisi ketika otak mengalami kerusakan akibat gangguan aliran darah, tetapi tanpa tanda-tanda yang jelas atau disadari. Meski tampak tak berbahaya karena tidak menunjukkan gejala nyata, tetapi silent stroke bukanlah sesuatu yang bisa dianggap sepele.

1. Penyebab silent stroke

ilustrasi stroke (IDN Times/Novaya Siantita)

Silent stroke terjadi dengan mekanisme yang mirip dengan stroke iskemik, yaitu saat pasokan darah ke bagian tertentu dari otak tiba-tiba terhenti. Akibatnya, jaringan otak kekurangan oksigen dan sel-sel otak mulai rusak.

Meski tanpa gejala yang mencolok, tetapi kerusakan ini tetap nyata dan bisa berdampak jangka panjang. Beberapa faktor yang berkontribusi terhadap terjadinya silent stroke antara lain:

  • Penggumpalan darah.

  • Tekanan darah tinggi (hipertensi).

  • Penyempitan pembuluh darah (arteri menyempit).

  • Kadar kolesterol tinggi.

  • Diabetes

Silent stroke sulit dikenali karena biasanya terjadi di area otak yang tidak mengontrol fungsi-fungsi motorik atau sensori yang terlihat. Oleh karena itu, penderitanya bisa saja tidak menyadari bahwa mereka pernah mengalami stroke. Kebanyakan silent stroke merupakan jenis stroke lakunar, yaitu stroke yang menyumbat pembuluh darah kecil pada otak, sehingga bagian dari otak yang terpengaruh sedikit. Jenis stroke ini dapat memiliki gejala ringan dan bahkan tanpa gejala.

2. Apakah silent stroke lebih ringan dari stroke biasa?

Walaupun tidak menimbulkan gejala langsung, tetapi bukan berarti dampaknya bisa dianggap ringan. Meskipun kerusakannya mungkin hanya mencakup area kecil di otak, tetapi efeknya bersifat kumulatif. Artinya, makin sering silent stroke terjadi, makin besar potensi gangguan yang ditimbulkan terhadap fungsi otak.

Seseorang yang mengalami beberapa silent stroke bisa mulai merasakan gejala neurologis, seperti kesulitan mengingat, sulit berkonsentrasi, atau penurunan fungsi kognitif lainnya.

Menurut American Stroke Association, silent stroke juga meningkatkan risiko terjadinya stroke dengan gejala yang lebih jelas di masa mendatang. Dengan kata lain, hanya karena stroke ini "diam", bukan berarti tidak meninggalkan jejak serius.

3. Bagaimana cara tahu jika kamu pernah mengalami silent stroke?

ilustrasi stroke (IDN Times/Novaya Siantita)

Karena silent stroke tidak menunjukkan gejala yang jelas, banyak orang tidak menyadari bahwa mereka pernah mengalaminya. Satu-satunya cara yang pasti untuk mendeteksi silent stroke adalah melalui pemeriksaan pencitraan otak, seperti CT scan atau MRI.

Pada hasil scan, dokter akan melihat adanya bintik putih atau lesi, yang merupakan tanda bahwa sel-sel otak di area tertentu telah rusak dan tidak lagi berfungsi.

Selain itu, beberapa gejala halus yang sering dianggap sebagai bagian dari proses penuaan juga bisa menjadi petunjuk adanya silent stroke, antara lain:

  • Masalah keseimbangan.

  • Sering terjatuh.

  • Inkontinensia urine (kebocoran urine).

  • Perubahan suasana hati.

  • Penurunan kemampuan berpikir atau mengingat.

Silent stroke mungkin tidak menimbulkan gejala langsung, tetapi dampaknya bisa serius dan bertahan lama. Karena sering tak terdeteksi, penting untuk mewaspadai faktor risikonya dan menjaga kesehatan otak sejak dini. Pemeriksaan rutin, terutama jika kamu memiliki tekanan darah tinggi, diabetes, atau kolesterol tinggi, bisa menjadi langkah penting untuk mencegah kerusakan yang tak terlihat.

Referensi

Gupta, Ajay, Ashley E. Giambrone, Gino Gialdini, Caitlin Finn, Diana Delgado, Jose Gutierrez, Clinton Wright, et al. “Silent Brain Infarction and Risk of Future Stroke.” Stroke 47, no. 3 (February 18, 2016): 719–25.

Leung, Lester Y., Paul K. J. Han, Christine Lundquist, Gene Weinstein, David E. Thaler, and David Kent. “Clinicians’ Perspectives on Incidentally Discovered Silent Brain Infarcts – A Qualitative Study.PLoS ONE 13, no. 3 (March 29, 2018).

"Mengenal Stroke Lakunar: Stroke Ringan yang Tidak Bisa Diremehkan." Kemenkes RS Ngoerah. Diakses Juni 2025.

Editorial Team