Apakah Indeks Massa Tubuh Akurat sebagai Prediktor Kesehatan Kita?

Indeks massa tubuh (IMT) atau body mass index (BMI) adalah perhitungan dengan menggunakan tinggi dan berat badan untuk memperkirakan berapa banyak lemak tubuh yang dimiliki seseorang. Hasilnya nanti akan dikategorikan ke empat kelompok, yaitu obesitas, berat badan berlebih, berat badan normal, dan berat badan di bawah normal.
Akan tetapi IMT bukanlah diagnostik yang benar untuk kegemukan atau kesehatan individu secara keseluruhan. Berikut ini fakta-faktanya yang penting untuk diketahui.
1. Mengenal IMT
IMT pertama kali diperkenalkan oleh seorang ahli matematika dari Belgia, Lambert Adolphe Jacques Quetelet. Ia mengembangkan skala IMT untuk memperkirakan dengan cepat tingkat kelebihan berat badan dan obesitas pada populasi tertentu untuk membantu pemerintah mengalokasikan daya kesehatan dan keuangan. Pada saat itu, IMT digunakan untuk mengukur obesitas pada populasi umum.
Rumus menghitung IMT adalah:
Berat badan (kg) : tinggi badan (m)²
Perlu diketahui, untuk beberapa orang, hasilnya kemungkinan tidak akurat. Misalnya pada perempuan hamil atau binaragawan. Artinya, meskipun hasil penghitungan IMT mereka di atas normal, tetapi bukan berarti mereka memiliki lemak berlebih.
Menurut keterangan dari Kementerian Kesehatan RI, batas ambang IMT untuk Indonesia adalah:
- Kurus
- Kekurangan berat badan tingkat berat: <17,0
- Kekurangan berat badan tingkat ringan: 17,0-18,4
- Normal: 18,5-25,0
- Gemuk
- Kelebihan berat badan tingkat ringan: 25,1-27,0
- Kelebihan berat badan tingkat berat: >27,0
Sementara itu, mengacu pada klasifikasi WHO Western Pacific Region, 2000, klasifikasi IMT-nya adalah:
- Berat badan kurang (underweight): <18,5
- Berat badan normal: 18,5 - 22,9
- Kelebihan berat badan (overweight) dengan risiko: 23-24,9
- Obesitas I: 25-29,9
- Obesitas II: ≥ 30