ilustrasi ginjal (unsplash.com/Robina Weermeijer)
Sebuah tinjauan tahun 2015 meneliti berbagai penelitian tentang minuman berenergi, menilai dampaknya terhadap kesehatan. Ditemukan bahwa kandungan kafein dalam minuman ini meningkatkan frekuensi buang air kecil, suatu masalah yang dapat menyebabkan dehidrasi saat berolahraga di lingkungan yang panas.
Tinjauan tersebut mengutip sebuah laporan kasus gagal ginjal yang disebabkan oleh konsumsi minuman berenergi Red Bull dalam jumlah besar. Laporan kasus tersebut dipublikasikan pada tahun 2014. Meskipun kasusnya hanya melibatkan satu orang, tetapi ini perlu diperhatikan karena menunjukkan bahwa minuman tersebut berpotensi menyebabkan kerusakan serius pada ginjal.
Minuman berenergi mungkin tidak dapat ditoleransi oleh pasien penyakit ginjal kronis, atau orang-orang yang menjalani dialisis. Sebuah artikel ilmiah tahun 2018 menyimpulkan bahwa sebelum mengizinkan pasien untuk mengonsumsi minuman tersebut, seorang ahli diet dialisis atau profesional kesehatan dialisis harus terlebih dahulu mengevaluasi keamanan merek tertentu, serta kandungannya.
Efek samping ini jarang terjadi, tetapi cukup serius. Risiko kerusakan pada ginjal dapat berupa:
- Gagal ginjal akut. Ini adalah kondisi ginjal gagal fungsi, terjadi secara mendadak dalam beberapa jam atau beberapa hari. Kandungan kafein, taurin, ekstrak ginseng, dan gula yang berlebihan berperan pada naiknya tekanan darah dan gangguan aliran darah pada ginjal.
- Gagal ginjal kronis yang berefek tidak langsung berupa gangguan pada struktur maupun fungsi ginjal yang berkembang secara bertahap, selama minimal 3 bulan.
Sebuah penelitian tentang pemberian minuman berenergi dengan kandungan kafein 80 mg menyimpulkan adanya peningkatkan tekanan darah, denyut jantung, dan efek pada ginjal menyebabkan stres glomerulus. Stres yang terjadi terus-menerus menyebabkan kerusakan fungsi ginjal.
Studi lain tentang efek kronis minuman berenergi pada ginjal membuktikan bahwa konsumsi minuman berenergi dosis tinggi dapat menyebabkan gangguan pada fungsi ginjal, ditunjukkan dengan adanya peningkatan serum kreatinin, peningkatan ekskresi albumin dan penebalan medulla ginjal.
Studi lain menyimpulkan bahwa kafein berpengaruh nyata pada bobot ginjal, diameter glomerulus, ukuran sel epitel kapsula Bowman, dan sel epitel tubulus proksimal. Perubahan ini dapat digunakan sebagai indikator tingkat kerusakan ginjal, dapat menjadi informasi penting bagi masyarakat tentang dampak buruk mengonsumsi minuman berenergi.
Referensi
"Amankah Konsumsi Minuman Berenergi?" Kemenkes Ditjen Yankes. Diakses November 2024.
"Energy Drinks' Effect on Kidneys and Health". Verywell Health. Diakses November 2024.
"Energy Drinks". The Nutrition Source Harvard T.H. Chan School of Public Health. Diakses November 2024.
"Cegah Meningkatnya Diabetes, Jangan Berlebihan Konsumsi Gula, Garam, Lemak". Sehat Negeriku - Biro Komunikasi & Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan RI. Diakses November 2024.
Alsunni, Ahmed Abdulrahman. “Energy Drink Consumption: Beneficial and Adverse Health Effects,” October 1, 2015.
Greene, Elisa, Kristy Oman, and Mary Lefler. “Energy Drink–Induced Acute Kidney Injury.” Annals of Pharmacotherapy 48, no. 10 (July 1, 2014): 1366–70.
Justus, Haley. "Trendy Energy Drinks and the Renal Diet". Journal of Renal Nutrition, Volume 28, Issue 2, e5 - e10.
"Can Energy Drinks Damage Your Kidneys?" Livestrong. Diakses November 2024.