ilustrasi vaksin LSD. (IDN Times/Aditya Pratama)
Tetap saja, pencegahan lebih baik daripada harus mengobati. Dilansir Pharmaceutical Technology, vaksinasi tetap menjadi salah satu langkah utama untuk mencegah infeksi Omicron. Selain itu, penelitian menemukan manfaat vaksinasi terhadap risiko long COVID.
Dalam sebuah penelitian di Inggris yang dimuat dalam jurnal Lancet Infectious Diseases pada Januari 2022, sebanyak 11 persen pasien COVID-19 yang tak divaksinasi menderita gejala yang menetap selama 8 hari. Angka ini terbilang tinggi, dibanding 5 persen pada pasien COVID-19 yang telah divaksinasi.
Melalui riset yang dimuat dalam jurnal Nature Immunology pada Januari 2022, para peneliti Australia menemukan indikasi long COVID, yaitu inflamasi dan aktivasi sistem imun yang membandel hingga 8 bulan pasca-COVID-19. Terlihat enam sitokin pemicu inflamasi yang meningkat pada pasien long COVID.
infografis pencegahan COVID-19 (IDN Times)
Kesimpulannya, risiko long COVID pada pasien yang terinfeksi varian Omicron masih belum diketahui jelas. Karena Omicron sendiri baru mendunia sejak November 2021 silam, maka berbagai peneliti masih mencoba memahami varian ini.
Meskipun memiliki risiko gejala yang cenderung ringan, tetapi ini bukan berarti Omicron bisa dianggap remeh. Jika long COVID terjadi setelah infeksi Omicron, segeralah periksakan diri.
Tetap lindungi diri dan orang-orang di sekitarmu dengan vaksinasi komplet (termasuk dosis lanjutan atau booster) dan disiplin menerapkan protokol kesehatan seperti:
- Memakai masker lapis ganda.
- Mencuci tangan dengan air dan sabun selama 20 detik.
- Menjaga jarak dari kerumunan 1,8–2 meter.
- Tidak keluar rumah saat tidak fit atau tak ada keperluan penting.
- Tidak menyentuh mata, hidung, dan mulut.