Ketahui 5 Hal Penting seputar Krisis Eksistensial, Pernah Jadi Korban?

Semua pernah mengalami, apalagi di masa quarter life crisis

Apa kamu pernah mendengar istilah krisis eksistensial? Kondisi ini adalah bentuk konflik internal mengenai arti hidup dan eksistensi diri. 

Pada saat-saat tertentu dalam hidup, seperti kehilangan pekerjaan atau, atau kehilangan orang yang dicintai, bisa mengubah dunia kita.

Terkadang, peristiwa tragis atau memilukan membuat kita mempertanyakan makna kehidupan dan eksistensi diri. Saat itulah terjadi kecemasan, depresi, atau kondisi meresahkan yang terwujud sebagai krisis eksistensial. 

1. Kilas balik krisis eksistensial

Ketahui 5 Hal Penting seputar Krisis Eksistensial, Pernah Jadi Korban?pexels/AlexandrBurzinskij

Gagasan tentang krisis eksistensial bukanlah hal baru. Seorang filsuf Denmark abad ke-19, Søren Kierkegaard, dianggap sebagai bapak eksistensialisme, berteori bahwa dunia itu sendiri tidak bermakna. Maksudnya, itu jadi bermakna ketika kita hidup secara otentik. 

Filsuf lain, Jean-Paul Sartre, mempopulerkan istilah "eksistensialisme" pada tahun 1940-an. Lewat berbagai penelitian, para psikolog dan psikiater telah mempelajari apa artinya berada dalam krisis eksistensial sejak saat itu.

Menurut sebuah tinjauan ilmiah yang diterbitkan dalam International Journal of Psychology tahun 2016, krisis eksistensial ditandai dengan perasaan bersalah, takut, dan cemas.

Tidak seperti krisis mental lainnya, analisis menunjukkan bahwa krisis eksistensial mencakup konflik batin dan kecemasan yang sejalan dengan tanggung jawab, kemandirian, kebebasan, tujuan, dan komitmen.

2. Mengenali penyebab krisis eksistensial

Ketahui 5 Hal Penting seputar Krisis Eksistensial, Pernah Jadi Korban?freepik.com/freepik

Biasanya, keadaan meresahkan memicu krisis eksistensial. Apa pun krisis spesifiknya, biasanya itu menimbulkan banyak pertanyaan di dalam pikiran, seperti "apa artinya semua ini?", "apa gunanya?", "kenapa saya repot-repot untuk ini, dia saja tidak peduli", dan sebagainya.

Krisis eksistensial dapat membuat kita merasa cemas atau tertekan. Akan tetapi, krisis eksistensial tidak sama dengan kecemasan atau depresi. Pengalaman khas kecemasan dan depresi ada dalam satu rangkaian, mulai dari ringan, spesifik, dan sementara hingga parah, umum, dan terus-menerus.

Sebagian besar dari kita pernah mengalami keadaan kecemasan lewat situasi yang tak biasa atau saat menghadapi tantangan ketika kita tidak siap dalam menghadapinya. Beberapa dari kita mungkin juga pernah menghadapi ketakutan berlebihan terus-menerus, misalnya fobia tertentu. Demikian pula depresi bisa berkisar dari perasaan sedih sementara, hingga bentuk depresi berat yang parah.

Krisis eksistensial bisa memiliki gejala mirip depresi, tetapi cenderung berbeda dalam arti bahwa biasanya ada krisis makna kehidupan.

Baca Juga: Kenali 8 Gejala Fisik Gangguan Kecemasan atau Anxiety

3. Gejala dan tanda dari krisis eksistensial

Ketahui 5 Hal Penting seputar Krisis Eksistensial, Pernah Jadi Korban?pexels.com/RenanLima

Jika mengalami krisis eksistensial, kamu pasti merasa bahwa dasar keberadaanmu terpojokkan atau dikikis oleh keadaan yang membawa implikasi luas bagi siapa dirimu dan bagaimana kamu hidup.

Misalnya, kamu mungkin bergumul dengan perasaan siapa kamu sebenarnya ditambah lagi konflik kehilangan pekerjaan, ditinggal pasangan, atau trauma seperti kehilangan apa yang dimiliki.

Bahkan, yang lebih buruk, pikiran bisa semakin absurd yang dipenuhi dengan imajinasi aneh. Misalnya kamu membayangkan duniamu tiba-tiba dihujani panah yang bisa merenggut nyawa dalam sekejap. Atau, kamu tiba-tiba membayangkan dirimu berada di dunia yang asing karena kehilangan atau perubahan drastis yang tidak diinginkan. Kamu pun mulai mengajukan pertanyaan menyedihkan yang sulit dijawab.

4. Lalu, bagaimana cara mengatasinya?

Ketahui 5 Hal Penting seputar Krisis Eksistensial, Pernah Jadi Korban?pexels.com/ChermitiMohamed

Salah satu penyangga terhadap krisis semacam itu adalah hidup secara otentik layaknya ucapan Søren Kierkegaard.

Secara praktis dan mudah, berikut ini adalah beberapa hal yang bisa kamu lakukan untuk mengatasi krisis eksistensial:

  • Bersikaplah baik-baik saja dalam keheningan. Kamu bisa melakukannya dengan menjauhi semua gangguan. Itu berarti semua perangkat digital, termasuk ponsel, tablet, komputer, jam tangan pintar, pembaca elektronik, dan televisi.
  • Rangkul ketidakpastian. Tanyakanlah pada dirimu dua pertanyaan: "apa hal yang paling aku takuti?" dan "bagaimana jika itu menjadi kenyataan?" Sering kali, jawabannya terkesan sangat sulit, padahal sederhana dan singkat seperti, "ini akan sangat sulit, tetapi aku mampu mengatasinya."
  • Buatlah jurnal rasa syukur. Isi jurnal tersebut dengan semua hal yang menambah makna bagi hidupmu. Ini akan membantumu memilah apa yang benar-benar penting bagimu dan membantu memperjelas apa yang ingin kamu lakukan dalam hidup.
  • Terhubung dengan orang lain. Krisis eksistensial dapat terjadi ketika kamu merasa terputus dengan orang lain. Makanya, habiskanlah waktu dengan orang lain dalam percakapan yang akrab tentang hal-hal yang penting.
  • Latih perhatian penuh. Baik itu lewat yoga, meditasi, atau aktivitas yang membuatmu merasa baik seperti menjadi sukarelawan .

5. Kapan harus mencari pertolongan?

Ketahui 5 Hal Penting seputar Krisis Eksistensial, Pernah Jadi Korban?pexels.com/CliffBooth

Jika perasaan putus asa berlangsung lebih dari beberapa minggu, carilah bantuan lewat psikolog, psikiater, atau konselor. Cari bantuan segera jika kamu atau orang yang kamu sayangi sedang memikirkan tentang hidup adalah sumber penderitaan, apalagi sampai terlintas pikiran untuk bunuh diri.

Juga, cari pertolongan jika kamu bergumul dengan perasaan diri tak berarti selama berbulan-bulan. Inilah saatnya untuk menjangkau orang lain, sehingga kamu bisa memperbaiki pandangan tentang arti hidup dan apa yang kamu butuhkan.

Itulah lima hal yang perlu diketahui tentang krisis eksistensial atau krisis jati diri. Lima poin di atas bisa jadi edukasi agar kamu tak merasa gagal dalam hidup dan bisa lekas bangkit. Selain itu, jangan malu untuk mengakui bila dirimu perlu pertolongan. Tetap semangat, ya!

Baca Juga: 9 Gejala Depresi yang Mungkin Luput dari Perhatian

Basri W Pakpahan Photo Verified Writer Basri W Pakpahan

Menulis untuk Memperbaiki Diri

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya