Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Konsultan onkologi senior OncoCare Singapura, dr. Akhil Chopra, dalam acara media gathering "Batuk Biasa atau Tanda Awal Kanker Paru", di Jakarta, pada Jumat (29/08/2025).
Konsultan onkologi senior OncoCare Singapura, dr. Akhil Chopra, dalam acara media gathering "Batuk Biasa atau Tanda Awal Kanker Paru", di Jakarta, pada Jumat (29/08/2025).

Intinya sih...

  • Batuk yang disertai darah, sesak napas, nyeri dada, dan penurunan berat badan bisa menjadi tanda kanker paru-paru.

  • Kanker paru bukan hanya dialami oleh perokok, tetapi juga oleh perokok pasif dan orang yang terpapar polusi udara.

  • Pilihan pengobatan kanker paru meliputi kemoterapi, terapi radiasi, dan targeted therapy dengan dukungan tim medis multidisiplin.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Batuk merupakan salah satu gejala paling umum—bisa karena infeksi bakteri, virus, atau kondisi pernapasan lainnya. Biasanya, ini tidak perlu dikhawatirkan karena batuk identik dengan pilek atau flu, atau masalah kesehatan ringan yang akan reda seiring waktu.

Namun, di balik gejala yang tampak sepele ini, ada risiko lain yang perlu diwaspadai. Batuk yang tak kunjung sembuh bisa menjadi tanda dari kanker paru-paru. Inilah yang sering membuat banyak orang lengah karena gejalanya samar, mirip penyakit pernapasan biasa. Lantas, bagaimana cara membedakan batuk biasa dengan batuk yang bisa jadi sinyal adanya kanker paru-paru? Batuk yang disertai darah tidak boleh dibaikan.

"Jika batuk disertai darah, itu merupakan gejala serius yang harus diperiksa. Orang yang batuk terus-menerus, sesak napas yang makin memburuk, juga harus diwaspadai. Gejala lainnya termasuk nyeri dada dan penurunan berat badan," ujar konsultan onkologi senior di OncoCare Singapura, dr. Akhil Chopra, dalam acara media gathering "Batuk Biasa atau Tanda Awal Kanker Paru", di Jakarta, pada Jumat (29/08/2025).

Pasien kanker paru tidak selalu perokok

Di Indonesia, kanker paru merupakan kanker ketiga terbanyak dan penyebab utama kematian akibat kanker pada laki-laki. Sekitar 70 persen kasus kanker paru di Indonesia terdiagnosis pada stadium lanjut.

Mengapa seseorang bisa terkena kanker paru? Ada beberapa faktor risiko yang perlu diketahui. Tentu saja, merokok adalah penyebab utama. Akan tetapi, perannya sebagai penyebab kanker paru kini makin berkurang.

Penyebab lain adalah paparan asap rokok orang lain (perokok pasif) dan polusi udara, yang sayangnya sangat umum di Indonesia, termasuk Asia Tenggara, China, dan India. Ada juga paparan di tempat kerja, serta riwayat keluarga dengan kanker paru yang bisa meningkatkan risiko terkena penyakit ini.

Dokter Chopra mengingatkan bahwa tidak semua kasus batuk itu mudah sembuh.

“Tidak semua batuk itu ringan. Bila batuk berlangsung lama, terutama pada mereka yang memiliki riwayat merokok atau terpapar polusi, perlu dilakukan pemeriksaan,” kata dr. Chopra.

Langkah-langkah pemeriksaan

Kanker paru yang terdeteksi sejak dini, sebelum menyebar, memberikan peluang kesembuhan yang jauh lebih baik. Saat ini, terapi yang tertarget dapat mengobati mutasi genetik tertentu, memberikan harapan baru bagi pasien kanker.

Diagnosis kanker paru biasanya akan dimulai dengan pemeriksaan pencitraan dasar seperti rontgen dada, CT scan, atau kadang PET CT scan. Jika ditemukan kelainan pada hasil pencitraan yang mencurigakan, maka langkah berikutnya adalah biopsi. Diagnosis kanker paru hampir selalu dipastikan dengan melihat jaringan di bawah mikroskop.

Biopsi dapat dilakukan dengan panduan CT scan, atau melalui prosedur endoskopi, ketika dokter paru memasukkan kamera melalui saluran pernapasan untuk mengambil sampel jaringan. Setelah kanker paru terkonfirmasi, saat ini sudah menjadi standar untuk melakukan tes molekuler tambahan dengan bantuan tes genetik untuk menentukan pilihan pengobatan terbaik bagi pasien.

Jika diduga kanker paru, tes genetik berbasis jaringan bisa dilakukan untuk mendeteksi sel kanker, dengan sampel diambil lewat biopsi CT scan. Kadang perlu dilakukan prosedur invasif oleh dokter bedah paru, tetapi lebih sering jaringan diperoleh melalui endoskopi.

Pilihan pengobatan kanker paru

Pasca diagnosis kanker paru, selanjutnya adalah menentukan tahapan (stadium) kanker. Stadium berarti mencari tahu apakah kanker masih terbatas di paru-paru atau sudah menyebar ke bagian tubuh lain.

  • Stadium 1: Kanker masih terbatas pada satu bagian. Pada tahap ini pasien biasanya ditangani dengan operasi dan tingkat kesembuhanya masih cukup tinggi. Jika pasien berusia lanjut atau risiko operasi terlalu tinggi, terapi radiasi juga bisa digunakan untuk kanker paru kecil.

  • Stadium 2: Kanker sudah menyebar ke kelenjar getah bening di dekat paru. Pasien masih berpotensi sembuh dengan operasi, ditambah kemoterapi atau terapi tambahan lainnya.

  • Stadium 3: Kanker sudah meluas ke lebih banyak kelenjar getah bening. Operasi terkadang masih bisa dilakukan, tetapi sering kali tidak memungkinkan. Jika operasi tidak bisa dilakukan, terapi yang digunakan adalah kombinasi radiasi, kemoterapi, dan imunoterapi. Hasilnya bisa cukup baik.

  • Stadium 4: Sel kanker sudah menyebar ke bagian tubuh lain. Pada tahap ini, kesembuhan jarang terjadi. Namun, dengan pengobatan modern, kanker masih bisa dikendalikan dalam jangka panjang dan pasien tetap bisa memiliki kualitas hidup yang baik.

Pilihan pengobatan kanker paru yang tersedia:

  • Kemoterapi: Obat-obatan yang digunakan untuk membunuh sel kanker. Kemoterapi sudah digunakan sejak tahun 1950-an, dan kini penggunaannya makin baik dengan efek samping yang lebih sedikit.

  • Terapi radiasi: Menggunakan sinar-X bertenaga tinggi yang diarahkan langsung ke kanker. Dalam 10–20 tahun terakhir, teknologi radiasi berkembang pesat, dan di Singapura kini tersedia radiasi proton yang memungkinkan pemberian radiasi tepat sasaran dengan efek samping minimal.

  • Targeted therapy: Obat-obatan yang dirancang khusus untuk menyerang mutasi gen tertentu pada kanker. Terapi ini sangat umum digunakan pada kasus kanker paru.

Fasilitas yang diberikan OncoCare

Konsultan onkologi senior OncoCare Singapura, dr. Akhil Chopra, dalam acara media gathering "Batuk Biasa atau Tanda Awal Kanker Paru", di Jakarta, pada Jumat (29/08/2025).

OncoCare memberikan dukungan kepada pasien berupa: 

  • Tim multidisiplin: Berupa onkolog, ahli bedah toraks, radiolog dan tenaga medis lain yang bekerja secara terintegrasi untuk memberikan perawatan yang terkoordinasi dan berbasis keahlian.

  • Rencana terapi personal: Setiap pasien mendapat rencana pengobatan sesuai jenis kanker, profil genetik, gaya hidup, serta tujuan pribadi, sehingga perawatan akan lebih tepat dan nyaman.

  • Akses ke terapi modern: Dari terapi tertarget, imunoterapi, hingga uji klinis, pasien bisa mengakses pengobatan terbaru yang menawarkan hasil lebih baik dengan efek samping lebih ringan.

  • Layanan pasien internasional: Dengan pusat layanan di Singapura dan Malaysia, OncoCare melayani pasien internasional, termasuk dukungan staf berbahasa Indonesia dan bantuan concierge.

Jika kamu mengalami batuk yang tidak kunjung sembuh, jangan abaikan. Bisa jadi bukan masalah serius, tetapi mungkin saja itu menandakan kanker paru-paru. Pemeriksaan tepat waktu dan deteksi dini bisa memaksimalkan peluang kesembuhan kanker.

Editorial Team