Alat pembedahan robotik hinotori di Regency Hospital, Johor Bahru, Malaysia. (IDN Times/Izza Namira)
Lebih lanjut, keunggulan lain yang dimiliki bedah robotik ini adalah potensi yang besar untuk menjalankan kasus-kasus yang tidak bisa dijangkau oleh laparoskopi. Sebagai informasi, instrumen laparoskopi hanya bisa bergerak dengan dua angle. Sementara itu, bedah robotik bergerak seperti pergelangan tangan manusia yang lebih fleksibel.
"Robot ini bisa memungkinkan pembedahan di kasus-kasus yang lebih susah. Yang dulu saya kesulitan menjalankannya dengan laparoskopi, kita bisa menjalankannya dengan robot," kata Dr. Selva.
Ia mencontohkan, salah satu kasus yang menurutnya sulit adalah endometriosis. Penyakit ini ditandai dengan tumbuhnya jaringan mirip dinding rahim, tetapi di luar organ tersebut.
"Endometriosis, contohnya, ini adalah penyakit yang bisa memengaruhi berbagai organ di area panggul. Penyakit ini bisa memengaruhi kerja saluran kencing, kandung kemih, hingga usus. Itulah kenapa, endometriosis termasuk kasus yang sulit karena ada area yang sulit dijangkau dengan alat laparoskopi. Namun dengan bedah robotik, hal itu mungkin untuk dilakukan."
Dengan berbagai keunggulan yang ditawarkan, bedah robotik, termasuk hinotori, hadir sebagai alternatif baru untuk kasus-kasus di bidang ginekologi. Dengan presisi yang lebih tinggi hingga proses pemulihan pasien yang lebih cepat, metode ini akan makin dilirik di dunia medis modern ke depannya.