"Sistem ini membuat sayatan yang sangat kecil pada tubuh pasien, kira-kira 1 hingga beberapa milimeter. Jadi, ketika luka yang timbul kecil, pendarahan juga minim sehingga hal ini memungkinkan pasien pulih lebih cepat. Kira-kira 2–3 hari setelah operasi, mereka bisa pulang untuk pemulihan selanjutnya," ungkap Dr. Lim.
Mengenal Bedah Robotik, Teknologi Operasi yang Presisi dan Noninvasif

- Bedah robotik menggunakan cara berbeda dari operasi konvensional, dengan kamera resolusi tinggi dan robot empat lengan presisi.
- Pembedahan noninvasif memungkinkan operasi dengan sayatan kecil sehingga pemulihan pasien lebih cepat, terutama untuk pembedahan ginekologi dan kanker prostat.
- Meski biaya prosedur bedah robotik cenderung lebih mahal, tetapi teknologi ini memungkinkan pasien untuk pulih lebih cepat daripada menjalani operasi konvensional. Jadi, pasien bisa menghemat dari biaya rawat inap.
Johor Bahru, IDN Times - Kemajuan teknologi makin banyak dimanfaatkan di bidang kesehatan, termasuk dalam prosedur pembedahan. Salah satunya adalah melalui bedah robotik atau robotic assisted surgery. Metode pembedahan ini memanfaatkan bantuan robot untuk membantu dokter melakukan tindakan dengan lebih presisi.
Dibandingkan dengan bedah konvensional, teknik ini mampu menghadirkan sayatan yang lebih kecil, nyeri pascaoperasi yang lebih ringan, hingga waktu pemulihan yang lebih cepat. Dokter tak perlu lagi melakukan pembedahan invasif untuk penyakit-penyakit kompleks, termasuk berbagai jenis kanker.
Sistem yang diluncurkan oleh HMI Medical Group Malaysia ini bernama hinotori. Teknologi bedah robotik yang diusung dari Jepang tersebut bisa diakses pasien di Regency Specialist Hospital Johor Bahru dan Mahkota Medical Center Melaka. Bedah robotik ini diwujudkan untuk meniru ketepatan gerakan tangan dokter sebagai hasil kolaborasi antara Kawasaki Heavy Industry dan Sysmex Corporation.
Penasaran seperti apa cara kerja bedah robotik, penyakit yang bisa ditangani, hingga keunggulannya? Simak penjelasan berikut ini!
1. Perbedaan bedah robotik dibanding pembedahan konvensional

Bedah robotik ini menggunakan cara yang berbeda dari operasi konvensional. Secara umum, ada dua komponen utama dari "robot" ini. Pertama, kamera resolusi tinggi yang mampu memperbesar area operasi sehingga dokter bisa melihat lebih detail. Kedua, ada robot dengan empat lengan presisi yang dikendalikan dokter untuk menyalurkan gerakan tangan ke area tubuh pasien.
Jangkauan penyakit yang bisa ditangani oleh bedah robotik ini juga terbilang luas. Bidang urologi, ginekologi, hingga pembedahan umum bisa memanfaatkannya. HMI Medical Group mengatakan bahwa permintaan akan bedah robotik ini terus meningkat, terutama untuk pembedahan ginekologi dan kanker prostat.
2. Bedah robotik memungkinkan operasi dengan sayatan kecil sehingga pemulihan pasien lebih cepat

Pembedahan noninvasif bukanlah hal baru di bidang kedokteran. Bedah robotik hinotori yang diluncurkan oleh HMI Medical Group Malaysia ini bisa dibilang mirip dengan prosedur laparoskopi. Pembedahan dilakukan dengan sayatan kecil di tubuh pasien sehingga minimal invasif.
Namun, ada beberapa keunggulan yang membedakan bedah robotik ini dengan laparoskopi. Dokter Lim Huay Cheen, konsultan dokter bedah umum dari Regency Specialist Hospital yang telah mahir menggunakan sistem ini mengungkapkan pendapatnya saat ditanya oleh IDN Times dalam acara peluncurkan hinotori pada Senin (22/9/2025).
3. Mirip laparoskopi, tetapi dengan sudut gerak yang lebih fleksibel

Lebih lanjut, Dr. Lim juga mengatakan bahwa memang sistem ini mirip dengan laparoskopi, tetapi ada hal yang membuat bedah robotik hinotori lebih unggul. Ia mengungkap, untuk laparoskopi, dokter hanya bisa menggerakkan alat dengan dua angle dengan sudut sekitar 60 derajat. Lain halnya dengan bedah robotik. Dokter bisa menggerakkan lengan-lengan robot tersebut ke berbagai sudut.
"Untuk laparoskopi, cuma ada dua sudut, ke atas dan ke bawah. Ini karena alat itu tidak punya 'sendi' seperti pergelangan tangan kita. Namun, untuk robot hinotori mereka punya 'pergelangan tangan' seperti kita. Jadi kita bisa menjahit dari belakang, depan, dari samping. Lain dengan laparoskopi yang hanya satu arah," Dr. Lim menjelaskan.
4. Bedah robotik juga bisa mempermudah pekerjaan dokter

Dalam kesempatan yang sama, Frank Buescher, CEO dari Sysmex Asia Pacific Pte Ltd yang turut mengembangkan hinotori mengungkapkan tujuan perusahaannya menciptakan teknologi ini.
Buescher mengatakan, "Kami ingin memfasilitasi dan mempermudah pekerjaan para ahli bedah. Dengan laparoskopi, biasanya dokter harus berdiri berjam-jam untuk menyelesaikan pekerjaannya. Namun, hinotori lebih ergonomis dan tidak melelahkan karena mereka bisa mengoperasikannya sambil duduk. Ini akan membuat para dokter jadi lebih percaya diri akan hasilnya."
Hal ini diiyakan oleh Dr. Lim yang sudah mengoperasikan puluhan operasi dengan bedah robotik. "Sistem ini memang menawarkan ergonomi yang lebih baik untuk ahli bedah. Kami juga bisa mengoperasikan robot ini di ruangan yang kecil karena ukurannya yang kecil."
5. Berapa biaya bedah robotik hinotori?

Kemajuan teknologi tentu diikuti dengan peningkatan biaya yang tidak murah. Hal ini juga berlaku untuk bedah robotik hinotori. Biaya yang tinggi, ungkap Dr. Lim, memang jadi satu kelemahan teknologi tersebut, terutama dari sisi pasien.
"Kelemahan utama dari robot ini adalah biayanya. Namun, saya rasa dibandingkan dengan sistem bedah robotik lainnya, penggunaan hinotori masih bisa dibilang lebih terjangkau. Untuk hinotori, pasien umumnya harus mengeluarkan ekstra uang sekitar 4.000 hingga 5.000 ringgit lebih dari bedah konvensional," jelas Dr. Lim.
Jika dikonversikan ke dalam rupiah, biaya tambahan untuk bedah robotik hinotori ini mencapai Rp15 juta hingga 19 juta. Namun, Dr. Lim mengatakan, bahwa di sistem bedah robotik lain yang pernah dioperasikannya, biaya tambahannya bisa 2 hingga 3 kali lipat dari hinotori.
Meski biaya prosedur bedah robotik cenderung lebih mahal, tetapi teknologi ini memungkinkan pasien untuk pulih lebih cepat daripada menjalani operasi konvensional. Jadi, pasien bisa menghemat dari biaya rawat inap.
Seiring perkembangan teknologi dan meningkatnya kebutuhan pasien, bukan tidak mungkin jika akses bedah robotik akan makin luas dan lebih terjangkau di masa depan. Untuk saat ini, teknologi hinotori baru tersedia di tiga rumah sakit di Asia Tenggara. Tepatnya, di Regency Specialist Hospital Johor Bahru dan Mahkota Medical Centre Melaka di Malaysia, serta Singapore General Hospital di Singapura